Mengolah Kepekaan dalam Pameran Plein Air “On the Way”
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Tidak perlu bagus kalau lukis in the spot, yang penting niat”. “Melukis di pasar, gangguan terbesar pengen jajan terus udah tau lagi ga punya duit”. Kalimat-kalimat lucu disertai dengan foto dokumentasi serta catatan ringan perjalanan memberikan narasi-ilustrasi yang cukup membantu pengunjung tentang karya seni rupa dua matra lukisan yang sedang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta.
Empat seniman-perupa muda Adi Ardiayansyah, Arbi Putra, Bagus Sadewa, dan Ramadhyan Putri Pertiwi yang kerap melakukan aktivitas melukis di luar studio dengan memanfaatkan berbagai ruang terbuka mulai dari pasar, gang-gang, hingga area pertanian dan gunung sebagai obyek lukisan mempresentasikan lima puluh lima karya lukis on the spot dalam tajuk pameran “On The Way”. Pameran dibuka oleh pengajar urusan Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta Joseph Wiyono, Minggu (3/11) malam.
“Di tengah kelaziman seniman berkarya di dalam studio, semangat seniman melakukan aktivitas melukis on the spots patut diapresiasi. Melukis secara on the spot ataupun biasa dikenal dengan plein air painting akan mengasah kepekaan dalam banyak hal bagi seniman-perupa dalam menangkap obyek-obyek. Ini penting bagi proses kreativitas seniman dalam berkarya,” jelas Joseph Wiyono.
Plein air painting secara harfiah diterjemahkan sebagai di udara terbuka. Lukisan plein air mengacu pada lukisan yang diselesaikan di lokasi (pelukisan). Melukis di luar ruangan sudah dikenal sejak lama setelah cat minyak ditemukan. sebelumnya melukis di permukaan dinding dengan bahan kapur warna (Fresco), telah dikenal sejak zaman Mesir, Romawi Kuno.
Pada pertengahan abag ke-19 sejak dikenal gata impresionis banyak seniman melukis di luar rumah. Popularitas lukisan en plein air meningkat pada tahun 1870-an dengan dikenalnya tabung pasta cat (menyerupai pasta gigi tabung moderen). Sebelumnya, masing-masing pelukis membuat cat mereka sendiri dengan digiling dan mencampur pigmen bubuk kering itu dengan minyak biji rami.
Para pelukis Plein Air painting yang terkenal pada paruh kedua abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh misalnya, di Rusia terkenal pelukis seperti Vasily Polenov, Isaac Levitan, Valentin Serov, Konstantin Korovin, Levitan Birch Grove. Di Amerika seperti Sekolah Old Lyme, termasuk, Guy Rose, Robert William Wood, Mary DeNeale Morgan, John Gamble, dan Arthur Hill Gilbert. Di Kanada misalnya Group of Seven dan Tom Thomson adalah contoh pendukung plein Air Painting. Popularitas lukisan luar ruangan telah bertahan sepanjang abad ke-20 dan abad ke-21.
Aktivitas melukis secara plein air cenderung menghasilkan karya-karya impresionis merespon kejadian sekitar secara spontan dengan goresan maupun tarikan garis yang masih menyisakan citraan obyek secara jelas. Bahkan pada seniman yang terbiasa melakukan plein air painting akan menghasilkan karya yang realis mendekati aslinya dengan kedalaman pencahayaan, gradasi-komposisi warna, maupun tekstur obyek dalam karya lukisannya. Bagus Sadewa misalnya pada karya “43-47” merekam obyek dalam komposisi warna, arah pencahayaan, gradasi, secara detail.
Goresan kuas yang kuat menjadi penanda karya lukisan plein air Arbi Putra tidak jarang menghasilkan perpaduan lukisan abstrak-realis. Adi Ardiyansyah dengan obyek-obyek tunggal dalam karya memberikan keleluasaan untuk mengeksplorasi imaji yang segar. Sementara Ramadhyan Putri Pertiwi lebih membebaskan pada rekaman perjalanan pada sudut-sudut landscape kota dan alam pedesaan tanpa berusaha terjebak tema-tema tertentu.
“Melukis on the spots akan menciptakan interaksi dengan publik. Melalui aktivitas melukis on tje spot (plein air painting) mereka secara tidak langsung belajar banyak hal. Mengelola emosi diri, melatih kekuatan mental-moril, sekaligus mengasah kepekaan rasa dalam banyak hal,” jelas seniman-perupa Laksmi Sitharesmi kepada satuharapan.com saat pembukaan pameran.
“Biarkan pohon dan batu berada di tempatnya. Kalau tidak ada di tempatnya, kami tidak bisa melukis”, sebuah kalimat sederhana dalam info grafis yang dibuat keempat seniman-perupa dengan pesan yang cukup dalam: di alam mereka belajar tentang rasa.
Pameran lukisan plein air bertajuk “On the Way” akan berlangsung hingga 10 November 2018 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...