Menkes Brasil Mundur, Diduga Terkait Beda Pandangan Penanganan COVID-19
Brasil melaporkan 15.305 kasus baru virus corona dalam 24 jam, hari Jumat (15/5).
BRASILIA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Kesehatan Brasil, Nelson Teich, mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada hari Jumat (15/5) bahwa ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Dia menjadi orang kedua yang meninggalkan posisi kesehatan masyarakat teratas dalam waktu kurang dari sebulan di tengah-tengah pandemi virus corona.
Teich berterima kasih kepada Presiden Jair Bolsonaro karena menawarkannya kesempatan untuk bekerja sebagai menteri, dan mengatakan telah memberikan yang terbaik, tetapi tidak memberikan alasan mengapa dia memilih untuk mengundurkan diri, menurut laporan Reuters.
Brasil mencatat 15.305 kasus baru virus corona pada hari Jumat, rekor baru tambahan untuk periode 24 jam, serta 824 kematian terkait, menurut data dari Kementerian Kesehatan.
Brasil telah mencatat 218.223 kasus virus corona yang dikonfirmasi sejak awal pandemi dan 14.817 pasien meninggal.
Menurut laporan AP, Teich mengundurkan diri terkait pergolakan negara itu dalam mengatasi pandemi COVID-19 dan tekanan Presiden Jair Bolsonaro yang menekankan untuk memprioritaskan masalah ekonomi atas penguncian yang digerakkan oleh kepentingan kesehatan.
Kepentingan Ekonomi vs Kesehatan
Teich adalah ahli onkologi, dan mantan konsultan perawatan kesehatan. Dia mulai menjabat pada 17 April di bawah tekanan untuk menyelaraskan tindakan kementerian kesehatan dengan pandangan presiden bahwa ekonomi tidak boleh dihancurkan oleh pembatasan untuk mengendalikan penyebaran virus.
Para pejabat mengatakan bahwa lebih dari 13.000 orang telah meninggal karena COVID-19 di Brasil, meskipun beberapa ahli mengatakan angka sebenarnya secara signifikan lebih tinggi, karena pengujian yang tidak mencukupi, dan para analis mengatakan puncak krisis belum melanda negara terbesar di Amerika Latin itu.
Orang nomor dua di kementerian itu, Jenderal Eduardo Pazuello, yang tidak memiliki pengalaman kesehatan dan bergabung dengan kementerian pada bulan April, akan menjadi menteri sementara sampai Mr. Bolsonaro memilih pengganti permanen Teich. Ini dilakukan satu hari setelah Bolsonaro mengatakan kepada para pemimpin bisnis dalam sebuah konferensi video bahwa dia akan melonggarkan aturan penggunaan obat antimalaria untuk mengobati orang yang terinfeksi virus corona.
Teich sering menyebut penggunaan chloroquine sebagai ketidakpastian dalam memerangi virus, dan pekan ini memperingatkan efek sampingnya. Kementerian Kesehatan sebelumnya mengizinkan penggunaan klorokuin hanya untuk pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi serius. Namun atas desakan Bolsonaro, Laboratorium Kimia dan Farmasi milik Angkatan Darat negara itu meningkatkan produksi chloroquine pada akhir Maret. (Reuters/AP)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...