Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 14:09 WIB | Jumat, 21 Agustus 2015

Menkeu: Rupiah Sedang dalam Tekanan

Ilustrasi. Menkeu Bambang Brodjonegoro (kiri) berbincang dengan Menteri BUMN Rini Soemarno usai memberikan keterangan terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015 di Gedung Kemkeu, Jakarta, Rabu (5/8). Realisasi pendapatan negara pada semester pertama mencapai Rp 771,4 triliun atau 43,8 persen sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp 913,5 triliun atau 46 persen dari pagu belanja negara. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan kondisi pada saat ini menjelaskan bahwa mata uang rupiah sedang berada dalam tekanan karena faktor global. 

"Nilai tukar rupiah sedang dalam tekanan, tetapi ini tidak hanya terjadi pada kita, tetapi semua mata uang mengalami hal yang sama," kata Bambang Brodjonegoro usai mengunjungi rumah susun Marunda, di Jakarta Utara, hari Jumat (21/8).

Namun, ia menjelaskan pemerintah dan Bank Indonesia terus bekerja sama serta koordinasi untuk makin sering berbicara bagaimana mengatasi kondisi ini.

"Kami tidak tinggal diam, kami terus berusaha agar kondisi tidak semakin memburuk," kata Bambang.

"Tidak ada prediksi, karena nilai tukar rupiah mengikuti pergerakan eksternal dan internal, sehingga pemerintah tidak ada prediksi," katanya.

Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 29 poin menjadi Rp 13.914 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.885 per dolar AS.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahannya terhadap dolar AS. Belum adanya kepastian dari the Fed mengenai waktu untuk menaikkan suku bunganya, kembali membuat pelaku pasar merasa lebih nyaman memegang dolar AS di tengah minimnya kepastian sentimen.

Di tengah kondisi saat ini, menurut dia, jika nilai tukar rupiah bergerak menguat maka itu hanya bersifat sementara. Hal itu dikarenakan sentimen dari dalam negeri juga cenderung negatif.

Kendati demikian, ia mengharapkan kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan akan mengoptimalkan operasi moneter di pasar valas domestik dapat meredam tekanan lebih dalam.

Ia mengemukakan bahwa Bank Indonesia dikabarkan menerapkan beberapa strategi, di antaranya memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah di pasar uang, melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, dan mengubah mekanisme lelang Reverse Repo (RR) SBN dari "variable rate tender" menjadi "fixed rate tender". (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home