Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 01:57 WIB | Kamis, 13 Maret 2025

Menlu AS: Bola di Tangan Rusia, Setelah Pembicaraan Gencatan Senjata dengan Ukraina

AS melanjutkan pengiriman senjata ke Kiev, akan mencabut jeda berbagi intelijen
Menlu AS: Bola di Tangan Rusia, Setelah Pembicaraan Gencatan Senjata dengan Ukraina
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, dan Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, mengadakan pertemuan di hadapan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan dan Penasihat Keamanan Nasional, Mosaad bin Mohammed al-Aiban, di Jeddah, Arab Saudi, hari Selasa, 11 Maret 2025. (Foto: via Reuters)
Menlu AS: Bola di Tangan Rusia, Setelah Pembicaraan Gencatan Senjata dengan Ukraina
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio (kiri) dan Penasihat Keamanan Nasional, Mike Waltz (kanan) berbicara setelah pertemuan dengan delegasi Ukraina di Jeddah, Arab Saudi, 11 Maret 2025. (AFP)

JEDDAH, SATUHARAPAN.COM-Diplomat tinggi Amerika Serikat memuji pada hari Selasa (11/3) sebagai "hari yang baik untuk perdamaian" setelah pejabat Amerika dan Ukraina bertemu langsung untuk pertama kalinya sejak pertikaian Ruang Oval bulan lalu antara Presiden Donald Trump dan Presiden Volodymyr Zelenskyy.

“Berkat kepemimpinan @POTUS dan keramahtamahan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, kita selangkah lebih dekat untuk memulihkan perdamaian abadi bagi Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, di media sosial.

“Bola sekarang ada di tangan Rusia,” tambahnya dalam sebuah posting di X.

Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional, Mike Waltz, memimpin delegasi AS yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha dan kepala staf Zelenskyy, Andriy Yermak. Pertemuan tersebut diadakan di Jeddah, Arab Saudi, di mana Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan dan Penasihat Keamanan Nasional Mosaad bin Mohammed al-Aiban mewakili Kerajaan.

Pernyataan bersama AS-Ukraina-Saudi dirilis setelah pertemuan selama berjam-jam, di mana AS mengumumkan dimulainya kembali pembagian informasi intelijen dengan Kiev dan pencabutan penangguhan pengiriman senjata, sementara Ukraina menyatakan kesiapan untuk mencapai gencatan senjata selama 30 hari dengan Rusia.

Kedua pihak sepakat bahwa sudah waktunya untuk memulai proses menuju perdamaian abadi, demikian bunyi pernyataan bersama tersebut.

Washington berkomitmen untuk membahas proposal perdamaian abadi yang memberikan keamanan jangka panjang bagi Ukraina dengan perwakilan dari Rusia, dan delegasi Ukraina menegaskan kembali bahwa mitra Eropa harus dilibatkan dalam proses perdamaian.

Utusan khususnya untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, diperkirakan akan bertemu dengan Vladimir Putin akhir pekan ini di Rusia untuk membahas tanggapan Rusia terhadap perkembangan terkini. Rubio juga mengatakan bahwa ia akan segera berbicara dengan mitranya dari Rusia.

Trump mengancam akan memberikan sanksi berat kepada Rusia dan sektor perbankannya jika Rusia tidak mematuhi atau menunjukkan keinginan untuk mengakhiri perang, yang dimulai setelah Moskow menginvasi Ukraina pada tahun 2022.

Putin mengatakan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak akan terjadi. Kiev menginginkan jaminan keamanan dan perlindungan dari invasi Rusia lainnya di kemudian hari.

Setelah pertemuan tersebut, saat berbicara kepada wartawan, Rubio mengatakan Ukraina siap untuk berhenti menembak dan mulai berbicara. "Saya berharap mereka (Rusia) akan mengatakan ya. Dan jika mereka melakukannya, maka saya pikir kita telah membuat kemajuan besar. Jika mereka mengatakan tidak, maka sayangnya kita akan mengetahui hambatan bagi perdamaian di sini," katanya.

Kesepakatan Mineral

Pernyataan bersama tersebut juga mengatakan bahwa presiden kedua negara sepakat untuk menyelesaikan kesepakatan mineral sesegera mungkin untuk "memperluas ekonomi Ukraina dan menjamin kemakmuran dan keamanan jangka panjang Ukraina."

Kesepakatan tersebut, yang seharusnya ditandatangani selama pertemuan Trump-Zelenskyy bulan lalu, kini tampaknya akan segera terjadi.

Setelah pertikaian verbal antara presiden dan wakil presiden AS di satu pihak dan Zelenskyy di pihak lain, Washington menghentikan pembagian intelijen dan bantuan senjata ke Ukraina. Trump mengatakan AS akan menyambut kembali Ukraina setelah mereka menunjukkan kesiapan mereka untuk membahas kesepakatan damai, yang merupakan salah satu janji kampanye Trump dan prioritas utama sebagai presiden.

Sementara itu, Arab Saudi mengatakan pembicaraan hari Selasa itu merupakan bagian dari upaya Kerajaan untuk menyelesaikan perang dan "memanfaatkan hubungan yang seimbang dengan semua pihak dan dalam upayanya untuk meningkatkan keamanan dan perdamaian global, dan berdasarkan keyakinannya pada pentingnya mematuhi hukum dan norma internasional.

"Pembicaraan itu juga merupakan bagian dari keyakinan Kerajaan bahwa dialog adalah satu-satunya jalan untuk menyelesaikan perselisihan dan mendekatkan perspektif kedua belah pihak untuk mencapai hasil produktif yang berkontribusi pada keamanan dan perdamaian global," kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan.

AS sepenuhnya memulihkan pembagian intelijen dengan Ukraina setelah pembicaraan di Arab Saudi, seorang pejabat senior pemerintah Ukraina mengatakan kepada Reuters pada hari Selasa setelah kedua belah pihak bertemu di bawah naungan Arab Saudi.

Secara terpisah, seorang pejabat kepresidenan mengatakan bahwa bantuan militer juga telah dilanjutkan. Kedua pihak sepakat bahwa sudah waktunya untuk memulai proses menuju perdamaian abadi, demikian bunyi pernyataan bersama tersebut.

Delegasi Ukraina menegaskan kembali, rakyat Ukraina menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Presiden Trump, Kongres AS, dan rakyat Amerika Serikat karena telah memungkinkan kemajuan yang berarti menuju perdamaian,” kata pernyataan tersebut.

Sementara itu, Ukraina menyatakan kesiapannya untuk menerima usulan AS untuk memberlakukan gencatan senjata sementara selama 30 hari, “yang dapat diperpanjang dengan kesepakatan bersama para pihak, dan yang tunduk pada penerimaan dan implementasi bersamaan oleh Federasi Rusia.”

Mereka mengatakan bahwa Washington akan mengomunikasikan kepada Rusia bahwa timbal balik Rusia adalah kunci untuk mencapai perdamaian.

Jaminan Keamanan Jangka Panjang

Washington berkomitmen untuk membahas usulan perdamaian abadi yang memberikan keamanan jangka panjang bagi Ukraina dengan perwakilan dari Rusia, dan delegasi Ukraina menegaskan kembali bahwa mitra Eropa harus dilibatkan dalam proses perdamaian.

“Terakhir, presiden kedua negara sepakat untuk menyimpulkan perjanjian komprehensif sesegera mungkin untuk mengembangkan sumber daya mineral penting Ukraina guna memperluas ekonomi Ukraina dan menjamin kemakmuran dan keamanan jangka panjang Ukraina,” kata pernyataan tersebut.

Ukraina berharap tawaran gencatan senjata sebagian di udara dan di laut akan meyakinkan Washington untuk mengembalikan bantuan. "Kami siap melakukan segalanya untuk mencapai perdamaian," kata kepala staf kepresidenan Ukraina Andriy Yermak kepada wartawan saat ia memasuki pertemuan hari Selasa di sebuah hotel mewah.

Kiev mengatakan "serangan pesawat nirawak terbesar dalam sejarah," di mana ratusan pesawat nirawak menghantam Moskow dan daerah lain dalam semalam, dimaksudkan untuk mendorong Presiden Rusia, Vladimir Putin, agar menyetujui gencatan senjata udara dan laut.

“Ini merupakan sinyal tambahan bagi Putin bahwa ia juga harus tertarik pada gencatan senjata di udara,” kata Andriy Kovalenko, pejabat dewan keamanan nasional yang bertanggung jawab untuk melawan disinformasi.

Tiga orang tewas dalam serangan itu, yang menurut kedua belah pihak merupakan serangan terbesar sejauh ini di Moskow. Militer Rusia mengatakan telah mencegat 337 pesawat nirawak di seluruh negeri.

Zelenskyy, yang bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di Jeddah pada hari Senin, meninggalkan Gedung Putih akhir bulan lalu tanpa menandatangani perjanjian yang didorong oleh Trump yang akan memberikan AS kendali atas sumber daya mineral Ukraina.

Zelenskyy mengatakan ia masih bersedia untuk menandatangani, meskipun Rubio mengatakan hal itu tidak akan menjadi fokus pertemuan hari Selasa.

Rubio mengatakan Amerika Serikat tidak menghentikan intelijen untuk operasi pertahanan. Ketika ditanya apakah serangan pesawat nirawak semalam dapat menggagalkan perundingan damai, juru bicara Kremlin, Dmitri Peskov, mengatakan: “Belum ada perundingan (perdamaian), jadi tidak ada yang perlu diganggu di sini.”

Sebelumnya, ia juga menolak berkomentar mengenai sikap Rusia terhadap usulan gencatan senjata parsial. "Sama sekali tidak mungkin untuk membicarakan posisi saat ini," katanya. "Amerika baru akan tahu hari ini, seperti yang mereka katakan sendiri, sejauh mana Ukraina siap untuk berdamai."

Sementara itu, Rusia telah meningkatkan serangan terhadap infrastruktur Ukraina, dan mengatakan telah merebut kembali 12 permukiman di wilayah Kursk yang telah direbut Ukraina dalam upaya untuk mendapatkan daya tawar.

Rubio Mencari Konsesi

Dalam pertemuan Gedung Putih yang terkenal bulan lalu, Zelenskyy menolak untuk menahan diri menghadapi kritik dari Wakil Presiden JD Vance, dengan pemimpin Ukraina mempertanyakan mengapa negaranya harus mempercayai janji-janji dari Rusia.

Sejak saat itu, ia telah menulis surat penyesalan kepada Trump.

Menghadapi tekanan Washington, Ukraina akan menyatakan dukungannya untuk gencatan senjata terbatas di udara dan di laut, kata seorang pejabat Ukraina kepada AFP pada hari Senin.

Rubio mengisyaratkan bahwa pemerintahan Trump kemungkinan akan senang dengan usulan tersebut. "Saya tidak mengatakan bahwa itu saja sudah cukup, tetapi itu adalah jenis konsesi yang perlu Anda lihat untuk mengakhiri konflik," katanya kepada wartawan. "Anda tidak akan mendapatkan gencatan senjata dan mengakhiri perang ini kecuali kedua belah pihak membuat konsesi."

Rubio mengatakan dia tidak berharap untuk "menggambar garis pada peta" menuju kesepakatan akhir dalam pertemuan Jeddah, tetapi mengatakan dia akan membawa ide-ide kembali ke Rusia.

Rubio dan Waltz bertemu bulan lalu dengan rekan-rekan dari Rusia, juga di Arab Saudi, mengakhiri pembekuan kontak tingkat tinggi yang diberlakukan oleh mantan presiden Joe Biden setelah Rusia menentang peringatan Barat dan melancarkan invasinya.

Trump minggu lalu juga mengancam sanksi lebih lanjut terhadap Rusia untuk memaksanya ke meja perundingan saat melakukan serangan terhadap Ukraina.

Tetapi perubahan mendadak Trump dalam kebijakan AS - termasuk menyarankan Ukraina akanmendukung perang, dan baru-baru ini berpihak pada Rusia di PBB – telah mengejutkan banyak sekutu.

Rubio mengatakan pada hari Senin bahwa Amerika Serikat juga akan menolak bahasa yang “antagonis” terhadap Rusia pada pertemuan menteri luar negeri Kelompok Tujuh mendatang.

Ketentuan Moskow, Bukan Washington

Anggota parlemen Rusia mengatakan kesepakatan apa pun dengan Ukraina akan mengikuti ketentuan Moskow, bukan ketentuan Washington.

Seorang anggota parlemen Rusia yang berpengaruh, mengomentari proposal gencatan senjata yang disetujui antara pejabat AS dan Ukraina, mengatakan pada hari Rabu (12/3) bahwa kesepakatan apa pun akan mengikuti ketentuan Moskow, bukan ketentuan Washington.

“Rusia sedang maju (di Ukraina), dan karena itu akan berbeda dengan Rusia,” kata Konstantin Kosachev, ketua komite urusan internasional Dewan Federasi, majelis tinggi parlemen Rusia, dalam sebuah posting di Telegram.

“Kesepakatan apa pun - dengan semua pemahaman tentang perlunya kompromi - mengikuti ketentuan kami, bukan ketentuan Amerika. Dan ini bukan membanggakan diri, tetapi memahami bahwa kesepakatan nyata masih ditulis di sana, di garis depan. Yang seharusnya mereka pahami di Washington juga.” (AFP/Reuters/Al Arabiya)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home