Menlu AS dan Iran Berbicara Selama 5 Jam di Jenewa
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Luar Negeri Iran dan Amerika Serikat melakukan pertemuan pada Rabu (14/1) dalam upaya untuk mempercepat perundingan kesepakatan nuklir di saat tenggat waktu ketiga bagi tercapainya sebuah perjanjian bersejarah sudah mendekat.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif berkumpul di sebuah hotel mewah di Jenewa menjelang perundingan lengkap bersama negara-negara kuat, Minggu.
Mereka berupaya untuk memecah kebuntuan, yang telah menyebabkan mereka sendiri gagal dua kali dalam memenuhi tenggat waktu mencapai perjanjian penuh untuk mengendalikan nuklir Iran yang dicurigai.
Zarif mengatakan kepada para wartawan bahwa pertemuan hari Rabu "penting."
"Menurut saya, (pertemuan) ini menunjukkan kesiapan kedua pihak untuk melangkah maju guna mempercepat proses."
Reuters melaporkan Kerry dan Zarif mengadakan pertemuan hampir lima jam mendiskusikan berbagai isu didampingi oleh sekelompok kecil staf dari masing-masing pihak.
Kerry juga secara tak terduga kembali ke hotel di pinggir danau di Jenewa, untuk pertemuan ketiga kalinya dengan Zarif selama 90 menit, setelah Kerry memberikan pengarahan kepada pejabat senior AS yang akan menjadi perunding dengan pihak Iran hari ini.
Namun, ketika ditanya apakah kesepakatan menyeluruh akan dicapai dengan memenuhi tenggat 1 Juli, ia tetap berhati-hati dalam menjawab, "Kita lihat nanti."
Perundingan-perundingan sebelumnya mengalami jalan buntu, dilaporkan karena Iran memaksa bahwa pihaknya memiliki hak memperkaya sejumlah uranium, yang dalam beberapa kasus bisa digunakan untuk membuat bom atom. Iran menegaskan bahwa pengayaan uranium itu dilakukan untuk menjalankan program nuklir sipil bagi tujuan damai.
Selain itu, ada ketidaksepakatan soal sanksi-sanksi global. Teheran minta agar sanksi-sanksi, yang telah melumpuhkan perekonomian Iran, itu dihentikan sementara AS bersikeras bahwa Iran hanya bisa diberikan penangguhan sanksi sementara dan bertahap.
Kerry mengatakan bahwa tujuan pembicaraan yang dilakukannya dengan Zarif pada Rabu adalah untuk "mengkaji ulang" serta memberikan arahan bagi tim-tim perundingan mereka menjelang dilangsungkannya pembicaraan putaran baru oleh negara-negara kuat dunia, yang dikenal dengan P5+1, di Jenewa, Minggu.
P5+1 terdiri dari lima negara anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia dan Tiongkok, ditambah Jerman. (AFP/Ant/Reuters)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...