Menlu Jerman: Serangan Turki Langgar Hukum Internasional
BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Serangan Turki ke Suriah timur laut gagal, karena melanggar hukum internasional, kata Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, hari Minggu (20/10).
"Kami tidak percaya bahwa serangan terhadap unit Kurdi atau milisi Kurdi adalah sah berdasarkan hukum internasional," kata Heiko Maas. "Jika tidak ada dasarnya dalam hukum internasional untuk invasi seperti itu, maka itu tidak mungkin sesuai dengan hukum internasional," katanya kepada penyiar Jerman, ZDF.
Serangan lintas-perbatasan Turki terhadap Kurdi Suriah dimulai 9 Oktober, setelah Amerika Serikat mengumumkan penarikan militer dari wilayah utara negara yang dilanda perang itu. Turki yang juga anggota NATO beralasan bahwa ofensif yang diperlukan untuk mengamankan perbatasannya, namun mendapat kecaman secara internasional.
Gencatan senjata yang diperantarai AS diumumkan Kamis (17/10) malam. Pada hari Minggu (20/10), Pasukan Demokrat Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi sepenuhnya menarik diri dari sebuah kota yang dikelilingi Turki di Suriah utara, dan menjadi awal penarikan pasukan yang lebih luas di bawah kesepakatan gencatan senjata.
"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan bahwa gencatan senjata ini berlangsung lebih lama dari lima hari dan menghentikan invasi untuk sementara waktu," kata Maas. Jerman, bersama dengan sejumlah negara Eropa lainnya, telah menangguhkan ekspor senjata ke Turki karena serangan itu.
Serangan Turki telah menewaskan 114 warga sipil dan mendorong setidaknya 300.000 orang untuk mengungsi, menurut monitor perang Suriah untuk hak asasi manusia. Dan lebih dari 250 pejuang SDF, dan 190 pejuang pro-Ankara tewas.
Sementara itu, Panglima Angkatan Bersenjata Pasukan Demokratik Suriah (SDF), Jenderal Mazlum Kobani Abadi, mengatakan tentang penarikan pasukannya dari kota perbatasan Ras al-Ain, namun mengatakan bahwa Turki tidak mematuhi gencatan senjata.
“Kami menarik semua pasukan kami dari Ras al-Ain. Seperti yang Anda ketahui, kemarin kami membawa sejumlah kawan kami yang terluka keluar dari kota,” katanya seperti dikutip Al Arabiya.
Ras al-Ain adalah salah satu dari dua kota di perbatasan Turki-Suriah yang telah menjadi target utama serangan Turki terhadap para pejuang Kurdi dan menciptakan "zona aman" lebih dari 30 kilometer di dalam wilayah Suriah.
Dari Turki dilaporkan bahwa Presiden Recep Tayyip Erdogan mengancam akan melanjutkan serangan jika dalam lima hari milisi YPG, (Unit Perlindungan Rakyat) Kurdi Suriah tidak ditarik dari zona aman yang diinginkan Turki.
Turki dan AS pada hari Kamis menyepakati gencatan senjata lima hari untuk memungkinkan milisi YPG Kurdi Suriah menarik diri. Erdogan mengatakan ofensif akan dilanjutkan jika penarikan tidak selesai dalam lima hari, kata dia hari Minggu (20/10, seperti dikutip Reuters. Erdogan mengklaim telah memberi tahu negara-negara Uni Eropa dan delegasi AS bahwa Turki akan melanjutkan operasi jika kesepakatan itu goyah.
Dia juga mengharapkan AS tidak menggunakan taktik mengulur waktu dengan kesepakatan untuk menghentikan ofensifnya ke Suriah.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, pada hari yang sama mengatakan bahwa Turki dan Rusia akan membahas pemindahan pasukan Kurdi YPG dari kota Manbij dan Kobani di Suriah utara yang juga dikenal sebagai Ain al-Arab, dalam pertemuan di Sochi, Rusia, pekan depan.
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...