Menlu: Konflik yang Mengaitkan Agama, Meningkatkan Ketegangan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno LP Marsudi, mengatakan, konflik-konflik yang terjadi di dunia tidak secara inheren religius, tetapi unsur-unsur agama sering terkait, meningkatkan ketegangan.
Menlu mengatakan itu ketika membuka secara resmi Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) atau International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (IC-CCRL), yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri RI bekerja sama dengan Institut Leimena pada hari Rabu (10/07).
Konferensi internasional LKLB yang diadakan selama dua hari pada 10-11/07 diikuti lebih dari 160 peserta luring dan 4.000 peserta daring dari dalam dan luar negeri.
Menteri Luar Negeri dalam pidato kuncinya menyampaikan pentingnya dialog konstruktif untuk mengatasi berbagai konflik di seluruh dunia. Konflik-konflik ini tidak secara inheren religius, tetapi unsur-unsur agama sering terkait, meningkatkan ketegangan.
Oleh karena itu, memahami beragam agama menjadi sangat penting, sebuah upaya yang harus selalu dipelihara. Kebebasan setiap agama harus dijamin secara hukum, keragaman harus dihormati dan jangan sampai perbedaan agama menciptakan fanatisme dan menimbulkan ketegangan.
"Dalam hal ini, terdapat 3 (tiga) agenda di mana Indonesia senantiasa bekerja secara aktif bersama komunitas internasional, yaitu mempekuat toleransi, mempromosikan inklusifitas, dan mendorong kolaborasi lintas agama," kata Menlu.
Total negara yang hadir pada acara IC-CCRL sebanyak 37 negara, meliputi para pembicara, moderator, peserta, dan tamu undangan termasuk kedubes asing di Jakarta yang hadir pada sesi pembukaan. Gelaran kegiatan juga dihadiri peserta yang mengikuti secara daring baik dari dalam dan luar negeri.
Tamu undangan dari kedubes asing pada tingkat kepala perwakilan terlihat Duta Besar Austria, Yordania, Romania, Spanyol, Vatikan dan Persatuan Emirat Arab. Sedangkan Kedubes lain seperti Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Malaysia, Laos, dan Filipina mengirimkan diplomatnya.
Selain peserta konferensi di atas, peserta konferensi juga meliputi para pemimpin masyarakat sipil, dan para alumni pelatihan LKLB, yang terdiri dari guru madrasah dan sekolah.
Tema yang diangkat adalah “Multi-faith Collaborations in an Inclusive Society", yang berfokus kepada pemahaman adanya kebutuhan yang semakin besar kolaborasi multiagama di mana orang-orang dari berbagai agama dan kepercayaan dapat saling belajar dan bekerja sama, dengan tetap mengakui dan menghormati perbedaan agama dan kepercayaan mereka, dalam mengatasi masalah-masalah yang menjadi perhatian bersama.
Konferensi Internasional LKLB diharapkan dapat memperkokoh modalitas Indonesia akan nilai-nilai toleransi, moderasi beragama, dan penghargaan terhadap kemajemukan. Konferensi ini mengangkat berbagai topik untuk penguatan kolaborasi multiagama, termasuk dari sisi pendidikan, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan mempromosikan nilai-nilai LKLB dalam komunitas ASEAN.
Konferensi menghadirkan sekitar 50 narasumber dari berbagai negara untuk mengisi lima sesi panel dengan format hybrid via zoom dan 10 sesi pilihan (breakout sessions) khusus untuk peserta luring.
Konferensi Internasional LKLB juga menyoroti peran penting pendidikan dalam pembangunan kolaborasi multiagama. Konferensi ini melanjutkan keberhasilan pelatihan Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Indonesia yang telah melatih lebih dari 8.500 guru dalam waktu sekitar 2,5 tahun, dan melibatkan sedikitnya 30 lembaga pendidikan dan keagamaan.
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...