Menlu Rusia: Barat Berupaya Kobarkan “Revolusi” di Ukraina
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri Rusia sergey Lavrov pada Kamis (24/4) menuduh Amerika Serikat dan Uni Eropa berada di balik kerusuhan di Ukraina yang menggulingkan presiden pro-Kremlin Yanukovych pada Februari.
“Di Ukraina, AS dan UE berupaya mengobarkan – mari kita sebut tindakan mereka – sebagai ‘revolusi warna’ lainnya, sebuah operasi untuk secara inkonstitusional mengganti rezim,” ujar Lavrov seperti dikutip kantor berita Interfax.
Dalam sebuah pidato gamblang yang tidak biasa di sebuah universitas terkenal di Moskow, Lavrov mengatakan Barat berupaya menggunakan krisis Ukraina untuk melemahkan Rusia.
“Beberapa meragukan bahwa kami tidak hanya membicarakan tentang nasib Ukraina,” kata diplomat tinggi Rusia tersebut. “Mereka berupaya menggunakan Ukraina sebagai pion dalam permainan geopolitik.”
“Mitra Barat kami, pertama dan paling utama Amerika Serikat, berupaya berperilaku sebagai pemenang dalam Perang Dingin dan berpura-pura bisa mengabaikan Rusia dalam masalah Eropa serta melakukan aktivitas yang secara langsung merusak kepentingan keamanan Rusia.”
Lavrov menuduh Barat bersikap bias terhadap Rusia, dengan mengatakan Washington dan Brussel berupaya untuk merusak reputasi Moskow bahkan sebelum krisis Ukraina meletus.
“Itu cukup untuk membangkitkan kembali histeria propaganda anti-Rusia yang dilancarkan AS dan Eropa jauh sebelum krisis Ukraina, keinginan mereka untuk menodai Olimpiade Sochi lewat berbagai cara,” ucapnya.
Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Kamis bahwa pengerahan pasukan militer di Ukraina oleh otoritas Kiev merupakan satu bentuk kejahatan melawan rakyatnya sendiri yang akan “memiliki konsekuensi”.
“Jika Kiev benar-benar mengerahkan pasukan militernya melawan rakyat Ukraina... itu merupakan satu kejahatan yang sangat serius melawan rakyatnya sendiri,” ujar Putin.
Jika otoritas Kiev yang pro-Barat beralih menggunakan militer, “otoritas Kiev tentunya merupakan junta militer,” imbuhnya.
“Itu merupakan sebuah tindakan keras yang tidak diragukan lagi akan memberikan konsekuensi bagi rakyat yang membuat keputusan ini, termasuk hubungan antarpemerintah dengan kami,” ujarnya tanpa menjelaskan secara spesifik bentuk konsekuensi tersebut.
Saat berbicara dalam sebuah acara di Saint Petersburg, Putin juga menambahkan bahwa sanksi negara-negara Barat terhadap Rusia atas pencaplokan wilayah Crimea dari Ukraina tidak akan efektif.
“Semua orang tahu... bahwa tidak ada sanksi yang efektif di zaman modern, sanksi tersebut tidak pernah memberikan efek yang dikehendaki,” ujar Putin, sembari menyebut sanksi tersebut bersifat “politis.”
Militer Ukraina pada Kamis melancarkan serangan ke kota bergejolak Slavyansk yang dikuasai pemberontak, dengan mengirimkan kendaraan lapis baja dan sebuah helikopter, seperti dikabarkan jurnalis AFP di kota itu.
Beberapa kendaraan lapis baja pengangkut personel melintasi sebuah barikade pemberontak yang ditinggalkan dalam kondisi terbakar untuk mengambil posisi di jalan masuk ke kota Slavyansk.
Suara tembakan terdengar saat sebuah helikopter terbang di atasnya. Para pria bersenjata pro-Rusia di kota itu mundur ke posisi bertahan.
Seorang juru bicara pemberontak, Stella Khorocheva, mengatakan kepada AFP bahwa seluruh warga sipil diperintahkan keluar dari balai kota yang dikuasai pemberontak.
“Para pria bersenjata yang menangani pertahanan di balai kota itu akan bertahan,” katanya. (AFP)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...