Menristek: Pengalihan Subsidi BBM Efektif Hemat Energi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan pengalihan subsidi BBM untuk bioenergi akan efektif menghemat energi terutama untuk kebutuhan bahan bakar kendaraan bermotor.
"Untuk menghemat energi bisa dengan mengembangkan kebun energi yang menghasilkan bioenergi, seperti biodiesel (biosolar) dan biogasoline, menggantikan bahan bakar minyak. Kalau mau bioenergi yang dibuat itu, mendapatkan biaya dari pengalihan subsidi BBM. Dari subsidi BBM yang besar bisa dialihkan ke bioenergi sehingga harganya jadi murah," kata Gusti Muhammad di kantornya, Jakarta, Rabu (11/6).
Menteri mengatakan, harga biodiesel lebih dari Rp10 ribu per liternya atau jauh dari harga Premium subsidi Rp 6.500 per liter.
"Jika kita mau serius, subsidi bisa dialihkan kepada biodiesel dan bahan bakar terbarukan lainnya. Kalau kita terus tergantung kepada BBM maka krisis energi bisa segera terjadi."
Sebagaimana diberitakan, beban subsidi BBM pada APBN 2014 sekitar Rp 300 triliun. Dari angka yang besar itu, Gusti mengusulkan subsidi dialihkan untuk biaya pengembangan dan produksi bioenergi yang mandiri. Sehingga, bioenergi bisa diproduksi di dalam negeri menilik besarnya potensi kebun energi dari lahan-lahan pertanian di Indonesia.
"Saya pikir jika kita mau fokus untuk bioenergi dengan pengalihan subsidi BBM tentu mampu menyelamatkan kita dari krisis energi dan kita juga bisa memproduksinya secara mandiri. Kalau bioenergi sudah mampu diproduksi sendiri pasti orang-orang berlomba-lomba ke sini (beralih dari BBM kepada bioenergi)," katanya.
Gusti membandingkan efektivitas penghematan energi dari biodiesel dibandingkan BBM.
"Karena bioenergi itu sifatnya lestari. Jadi kalau habis kita tanam tumbuhan energinya, kemudian hasil panennya diproses dan bioenergi didapat lagi. Berbeda kalau BBM itu di suatu tempat dikuras selama 15 tahun kemungkinannya habis dan tidak dapat terbarukan lagi, mencari lokasi lain untuk dieksploitasi. Itu tidak terbarukan sama sekali."
Meski begitu, pengembangan bioenergi memiliki sejumlah tantangan seperti kebijakan penggunaan lahan. Salah satu contohnya adalah prioritas negara dalam mengutamakan membangun lahan pertanian atau kebun energi, menilik ada kecenderungan lahan kritis semakin bertambah karena kebutuhan pemukiman. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...