Menristekdikti: Riset Juga Dikembangkan untuk Jaga Bumi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan pengembangan riset dan teknologi di Indonesia cukup luas dan salah satunya mencakup fungsi mitigasi yang bertujuan untuk menjaga bumi.
"Terkait Hari Bumi, saya rasa banyak riset kami yang sudah dikembangkan di bidang mitigasi kebencanaan yang dikelompokkan menjadi teknologi `disaster management`. Teknologi-teknologi ini dikembangkan untuk membantu menjaga dan memperbaiki kondisi bumi," kata Nasir kepada Antara usai meresmikan dan menjajal Wahana Petualangan Sains baru milik Pusat Peraga Iptek di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Jumat (21/4).
Persoalan menjaga bumi, menurut dia, adalah bagaimana cara memelihara lingkungan dengan baik. Ekosistem harus dibangun dengan baik.
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), lanjutnya, juga memiliki tugas melakukan riset dan pengembangan teknologi-inovasi yang berkaitan dengan masalah kebumian.
Pengembangan yang kemudian dilakukan, ia mengatakan berkaitan dengan teknologi mitigasi untuk berbagai jenis bencana seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, pergerakan tanah, banjir, longsor, bahkan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mineral maupun gambut.
Teknologi-teknologi yang dikembangkan semua berkaitan dengan upaya mitigasi untuk memperbaiki kondisi lingkungan hingga mencegah dan mengatasi bencana. Contoh Morpalaga yang dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mendeteksi tinggi level muka air lahan gambut sehingga dapat menjadi landasan pencegahan karhutla gambut, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BPPT yang diterapkan untuk antisipasi karhutla maupun banjir, satelit LAPAN-A2 dan LAPAN-A3 yang digunakan mendeteksi titik panas karhutla, atau metode Bio-mitigasi gerakan tanah dengan tumbuh-tumbuhan tertentu yang dikembangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Tidak hanya mengembangkan riset dan teknologi mitigasi, Kemristekdikti melalui Pusat Peraga Iptek (PP-IPTEK) juga memberikan edukasi mitigasi lingkungan dan bencana melalui alat-alat peraga sains yang menyasar masyarakat dan khususnya anak-anak.
Perayaan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April 2017 diperingati berbagai kalangan di berbagai daerah Indonesia dengan berbagai aksi seperti memungut sampah di pesisir pantai hingga di dalam laut. Aksi menanam pohon sebagai bentuk mitigasi bencana banjir dan longsor sekaligus menyerap emisi Gas Rumah Kaca (GRK) juga dilakukan komunitas masyarakat.
Sementara itu organisasi Earth Day Network melakukan kampanye global yang menyuarakan edukasi untuk masyarakat agar melek soal isu lingkungan dan perubahan iklim melalui pendidikan keaksaraan lingkungan yang menjadi cara ampuh untuk tidak hanya menciptakan "green voter" tetapi juga mendukung undang-undang serta kebijakan lingkungan dan pengembangan teknologi hijau. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Satu Kritis, Sembilan Meninggal, 1.403 Mengungsi Akibat Erup...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 1.403 korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, N...