Mensos Australia Mengetahui Penyuapan ABK Indonesia
AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Sosial Australia Scott Morrison mengaku megetahui apakah petugas Bea Cukai Australia melakukan penyuapan atau tidak terhadap Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia untuk memulangkan 65 imigran gelap kembali ke Indonesia. Namun ia menyatakan tidak ingin mengungkapkan informasinya.
Scott Morrison yang sebelumnya menjabat Menteri Imigrasi yang membawahi Bea Cukai mengatakan tahu apa yang dilakukan aparat Australia di lapangan terkait dengan tuduhan penyuapan tersebut.
"Saya tahu apa yang kami lakukan, dan saya tahu apa yang sebenarnya terjadi dan saya tahu bahwa semuanya dalam koridor hukum," kata Morrison yang kini menjabat Menteri Sosial.
Apa yang terjadi di lapangan menurut Menteri Morrison tidak melanggar hukum "Baik menurut hukum Australia maupun hukum internasional".
Sebelumnya Polisi Daerah Nusa Tenggara Timur mengungkap rincian dan kronologi dugaan tindakan penyuapan yang dilakukan petugas Bea Cukai (Customs and Border Protection) Australia.
Tuduhan penyuapan itu disampaikan oleh nakhoda asal Indonesia yang perahunya dicegat oleh patroli Australia.
Menurut sang nakhoda, ia diberi uang sebesar enam ribu dolar AS serta lima ABK diberi masing-masing lima ribu dolar AS.
Tujuan pemberian tersebut agar mereka membawa kembali 65 orang imigran gelap asal Sri Lanka, Bangladesh dan Myanmar ke perairan Indonesia dan tidak melanjutkan perjalanan ke Selandia Baru sebagaimana yang mereka rencanakan.
Menurut penuturan sang nakhoda, perahu mereka dicegat dan disita oleh petugas Australia, namun mereka kemudian diberi dua buah perahu berbeda untuk dipergunakan kembali ke Indonesia.
Kementerian Luar Negeri Indonesia telah meminta penjelasan resmi kepada Australia mengenai tuduhan penyuapan tersebut. Namun hingga kini belum diketahui apakah Pemerintah Australia telah menyampaikan jawaban melalui saluran diplomatik atau belum.
Namun, Menteri Morrison menanggapi keberatan Indonesia dengan menyatakan, "ini bukan pertama kalinya" kedua negara mengalami ketidaksepakatan mengenai perlindungan perbatasan.
Dia juga tidak bersedia memberikan penilaian apakah tindakan aparat Australia di lapangan melanggar nilai moral atau tidak.
"Saya bukan filsuf, saya seorang menteri. Bukan tugas saya untuk menjadi teolog. Tugas saya adalah menghentikan kedatangan perahu-perahu tersebut dan hal itulah yang kami lakukan," katanya. (radioaustralia.net.au)
Editor : Eben Ezer Siadari
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...