Menteng alias Kepundung, Buah Lokal yang Kian Langka
SATUHARAPAN.COM – Menyebut kata “menteng”, ingatan banyak orang akan tertuju pada nama kawasan elite di Jakarta Pusat. Tidak banyak, terutama generasi masa kini, yang akan melayangkan ingatan ke nama buah mirip duku, namun berkulit lebih mengkilap, dan memiliki rasa asam-asam manis.
Bisa dimaklumi. Karena dianggap kurang bernilai ekonomi, tumbuhan yang namanya diabadikan jadi kawasan paling dekat dengan pusat pemerintahan itu, kini jadi langka. Jangankan di Menteng, di Pasar Minggu yang dikenal sebagai sentra buah-buahan lokal pun buah ini jarang ditemukan, bahkan langka, dijual di pasar.
Berbagai referensi, di antaranya situs web Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan tumbuhan ini masih dapat dijumpai di wilayah Bogor.
Di Jawa, buah ini disebut kepundung atau pundung. Nama Sungai Cikapundung yang membelah Kabupaten dan Kota Bandung, diambil dari nama buah kapundung, atau kepundung, yang dulu banyak dijumpai di daerah aliran sungainya.
Dalam bahasa Inggris, kedua nama, baik menteng atau kepundung, dipakai, atau kadang juga dituliskan kapundung. Menteng juga dikenal dalam nama lokal lain, seperti rusip, kisip (Sumatera), engkuni, enkunik, kayu masam, longkuno, moho liok (Kalimantan), asam tambun, rambi, tamut, tampoi (Malaysia).
Kesemua nama itu disatukan oleh nama ilmiah dalam bahasa Latin yang berlaku secara internasional, Baccaurea racemosa (Reinw. Ex Bl) Muell. Arg. Selain dimakan langsung sebagai buah segar, buah menteng atau kepundung juga dapat diolah menjadi sirup, asinan, atau difermentasi menjadi minuman anggur.
Kayu pohon menteng, mengutip dari agrobisnisinfo.com, memiliki kualitas yang baik dan dapat digunakan untuk bangunan rumah, perahu, dan mebel. Selain itu, kulit dan daun pohon kepundung ini mempunyai khasiat sebagai tanaman obat. Salah satunya adalah sebagai obat mencret dan untuk pelancar haid. Kulit kayunya juga biasa dimanfaatkan untuk pewarna.
Kepundung atau menteng disebutkan sebagai tumbuhan buah-buahan asli Asia Tenggara, tersebar dari Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan (termasuk Sarawak, Sabah, dan Brunei Darussalam), Sulawesi, sampai Maluku. Tumbuhan ini tumbuh liar sebagai tumbuhan lapis bawah pada hutan tropika basah, tetapi juga dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan.
Menteng atau kepundung adalah tumbuhan pohon, yang dapat mencapai tinggi 15-25 m. Tajuknya padat, namun tidak beraturan. Batangnya halus atau bersisik, bersemu oranye, dengan percabangan keras.
Daunnya tunggal, berselang-seling, menggerombol di ujung ranting, berbentuk bulat telur atau lonjong sampai bulat telur sungsang, berukuran (7-18) cm x (3-7) cm, berkelenjar. Panjang tangkai daun 0,5-4,5 cm, berpenumpu segitiga.
Perbungaannya dioesis, atau berumah dua, pada batang atau cabang tua. Perbungaan jantan bertipe thyrsiform, panjang sumbu 5-12 cm, tersusun atas bunga berkelompok tiga-tiga, berbentuk payung menggarpu, berbulu lebat, berukuran sangat kecil, berdaun kelopak 4-5 helai, benang sari berjumlah 4-8 utas. Perbungaan betina bertipe tandan, panjang tandan 10-20 cm, kuntum bunga sendiri-sendiri atau mengelompok, berukuran agak besar, daun kelopak 5 helai, bakal buah beruang 3-4.
Buahnya bertipe buah kapsul, berdiameter 2-2,4 cm, berwarna hijau kekuning-kuningan atau hijau kemerah-merahan pada saat matang. Biji dalam daging buah berwarna putih, kuning, atau merah. Menteng atau kepundung, mengutip dari tropical.theferns.info, berbuah sepanjang tahun.
Di hutan, tumbuhan menteng merupakan komponen dari hutan dipterokarp pegunungan bawah sampai ketinggian 1.100 meter di atas permukaan air laut. Menteng atau kepundung tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 21 – 28 derajat Celsius, namun dapat beradaptasi pada suhu 14 – 34 derajat Celsius, serta menyukai tanah aluvial berpasir atau berlempung untuk pertumbuhannya. Pada kawasan belukar tumbuh sebagai pohon sisa pra-pembalakan.
Manfaat dan Khasiat Kepundung
Buah menteng, mengutip dari agrobisnisinfo.com, juga organisasi.org, mengandung energi sebesar 65 kilokalori, protein 1,7 gram, karbohidrat 16,1 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 13 miligram, fosfor 20 miligram, dan zat besi 1 miligram. Selain itu di dalam buah menteng juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 3 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram buah menteng, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 64 persen.
Walaupun menuliskan tidak memiliki data hasil penelitian tentang khasiat, situs tropical.theferns.info menyebutkan kulit tumbuhan ini secara tradisional dimanfaatkan dalam mengobati sakit radang mata.
Menteng atau kepundung, yang paling banyak ditemukan di Indonesia, juga banyak dimanfaatkan sebagai tumbuhan peneduh.
Di sektor kehutanan, tumbuhan menteng atau kepundung ini disebutkan sebagai tumbuhan paling baik sebagai pohon penopang tumbuhan rotan.
Selain kulit batangnya, daun kepundung dapat dimanfaatkan untuk pewarna. Manfaat lain, serat tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk memproduksi kertas.
Tidak ada data tentang data budidaya tumbuhan ini. Selain dilaporkan masih dapat dijumpai di pinggiran Jakarta terutama di wlayah Bogor, kepundung diketahui dibudidayakan di Sumatera Barat. Eksplorasi dan identifikasi kepundung dilakukan Winda Rahmadhani (2016) di Kabupaten Padang Pariaman, sebagai sarat tesis Universitas Andalas.
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...