Menteri BUMN Kena Reshuffle, Siapa Penggantinya?
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Politikus Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Hendrawan Supratikno, mendesak agar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diganti. Dia menyarankan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencari figur yang tepat untuk mensinergikan BUMN.
"Kebijakannya tidak tepat, memberi beban bagi negara. Kebijakan Bu Rini merugikan keuangan negara," kata Hendrawan kepada sejumlah wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, hari Kamis (19/11).
Menurut dia, untuk posisi menteri BUMN dibutuhkan sosok kreatif dan solutif. Untuk mengembangkan BUMN tidak harus dengan penambahan penyertaan modal negara (PMN) yang lebih besar, seperti yang diusulkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 lalu.
"Kalau kita meminta BUMN mendapatkan PMN untuk pengembangan itu semua bisa, tidak hanya seorang Rini yang katanya mantan presiden Astra International. Yang diperlukan itu sinergi antar-BUMN," kata Hendrawan.
Menurut dia, bila BUMN terus mendapatkan PMN, justru akan menjadi beban buat negara. Karena dana tersebut seharusnya bisa dialihkan ke sektor lain, seperti untuk ketahanan pangan dan energi.
Siapa Pengganti
Lalu, siapakah calon pengganti Rini Soemarno di Menteri BUMN? Nama mantan Bendahara Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Wahyu Sakti Trenggono, santer dikabarkan sebagai salah satu kandidatnya.
Namun, kabar tersebut langsung dibantah oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN, Teguh Juwarno, Dia menjelaskan, Wahyu Trenggono saat ini bukan termasuk kader PAN, karena telah mengundurkan diri.
"Beliau (Trenggono) sudah mundur dari fungsionaris PAN. Namun, masih berhubungan baik dengan PAN," kata dia.
Meski begitu, Teguh menilai, Trenggono mempunyai kapasitas untuk menjadi menteri. Hal tersebut ditinjau dari rekam jejaknya.
"Beliau profesional yang sukses melakukan terobosan dan meningkatkan nilai tambah di bidang industri telekomunikasi. Beliau pioner di industri tower yang membangun value creation di sektor ini," kata dia.
Wahyu Trenggono
Pengamat telekomunikasi lulusan Universitas Indonesia, Hiraz Simorangkir, menilai Wahyu Trenggono adalah sosok inovator dan memiliki visi dalam mengatasi perkembangan teknologi broadband, kemudian mendorong berdirinya perusahaan di bidang penyimpanan data. Sehingga, perusahaan-perusahaan tidak perlu berinvestasi untuk menyediakan server sendiri, cukup menyewa sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Namun Wahyu Trenggono disebut kurang komunikatif.
“Ya dia seorang yang visioner. Tapi sayang, Wahyu Trenggono bukan orang yang menganggap berkomunikasi depan publik itu satu hal yang penting,” kata dia dalam keterangan tertulis kepada sejumlah wartawan di Jakarta, hari Kamis (19/11).
Menurut dia, kurang komunikatifnya Wahyu Trenggono dapat dilihat dari opini negatif yang beredar selama lebih dari dua tahun mengenai transaksi penjualan yang dilakukan oleh PT Telkom terhadap anak usahanya PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) ke Tower Bersama Infrastructure (TBIG). Seharusnya, Wahyu Trenggono bisa mengklarifikasi hal tersebut, sebab sebagai pemilik, Wahyu berhasil menghindarkan TBIG dari kerugian.
“Jika dilihat dari laporan keuangan mereka, dalam tekanan ekonomi nasional yang begitu besar akibat penguatan dolar Amerika Serikat sepanjang tahun 2015, pada semester I, tahun 2015, TBIG masih meraup laba 570 miliar rupiah. Jadi saya lihat pembatalan swap tidak mempengaruhi kinerja mereka,” kata Hiraz.
Oleh karena itu, dia menilai seharusnya Wahyu Trenggono bisa memberikan klarifikasi, karena klarifkasi itu berguna untuk publik dan menghentikan perkembangan isu menjadi liar. “Inilah yang harus dipelajari Wahyu Trenggono, terlebih kini yang bersangkutan digadang sebagai calon pejabat publik. Komunikasi menjadi hal penting,” tutur Hiraz.
Editor : Sotyati
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...