Menteri Pariwisata Ramaikan Tradisi Barong Ider Bumi Banyuwangi
BANYUWANGI, SATUHARAPAN.COM – Kabupaten Banyuwangi dikenal kaya dengan ragam tradisinya, termasuk tradisi yang digelar warga seusai merayakan Hari Idulfitri. Di antaranya adalah tradisi Barong Ider Bumi warga Desa Kemiren yang merupakan salah satu basis Suku Using, masyarakat asli Banyuwangi.
Tradisi yang digelar untuk mengusir bala (bencana) dari desa itu dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Sabtu (16/6). Bupati Anas mengatakan, Banyuwangi akan konsisten menjaga tradisi warganya sebagai bentuk mempertahankan kearifan lokal.
Anas meyakini, kearifan lokal yang dibangun para leluhur itu dilakukan mereka untuk menjaga keseimbangan alam dan kehidupan warganya. “Tradisi ini adalah budaya yang hidup di masyarakat yang terus dilestarikan setiap tahunnya. Tradisi yang tumbuh dan berakar di masyarakat ini kemudian kami kenalkan kepada masyarakat luas dalam balutan agenda wisata Banyuwangi Festival,” kata Anas.
Barong Ider Bumi digelar warga Desa Kemiren setiap 2 Syawal, atau Hari Raya kedua. “Saat daerah lain membawa tema global ke tingkat lokal, Banyuwangi justru sangat bangga memperkenalkan budaya lokal ke tingkat global karena nilai-nilai kearifan yang dimiliknya,” kata Anas.
Banyuwangi Kota Festival Terbaik Nasional
Menpar Arief Yahya mengapresiasi pemerintah daerah yang konsisten melestarikan tradisi lokalnya, salah satunya tradisi Barong Ider Bumi dari Desa Kemiren yang telah berumur 116 tahun ini. “Saya ucapkan selamat kepada masyarakat Desa Kemiren karena ritual Barong Ider Bumi saat ini sudah jadi trending topic nasional. Konon saya dengar barong yang digunakan ini usianya sama dengan kakak tertua saya sudah 71 tahun. Maka, saya minta, tradisi ini terus dilestarikan,” kata Menpar saat membuka acara tersebut.
Menurut Arief, saat ini Banyuwangi juga telah menjelma menjadi kota budaya nasional. Terbukti, dari 77 event agenda pariwisata Banyuwangi Festival yang digelar sepanjang tahun 2018, dua di antaranya masuk top 100 event nasional, yaitu Gandrung Sewu (20 Oktober) dan Internasional Tour de Banyuwangi Ijen (26-29 September).
“Bahkan, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) masuk dalam Top 10 event nasional. Ini bukti bahwa Banyuwangi layak dijuluki kota festival terbaik nasional,” ujar Menpar.
Seusai pembukaan, Menpar dan Anas terlihat berbaur dengan warga mengikuti prosesi bersih desa. Arief dan Anas lalu diajak warga mengelilingi desa sambil menaiki kereta kencana menuju ke arah barat. Tentu saja juga ada barong yang ikut berkeliling desa, yang memang diyakini bisa mengusir bencana.
Di sepanjang jalan desa, Arief dan Anas menyapa masyarakat sambil menyemburkan uang receh (sembur uthik-uthik) yang langsung disambut riuh warga yang berebut mengambilnya. Setelah sampai di sisi barat perbatasan desa, mereka kembali ke timur batas desa untuk melakukan kenduri masal sebagai penutup tradisi tersebut.
Menu kendurinya pun khas masyarakat Using, yakni pecel pitik. Makanan khas Desa Kemiren berupa suwiran ayam kampung yang dibakar dan dicampur dengan bumbu parutan kelapa.
Ritual Ungkapan Rasa Syukur
Barong Ider Bumi ini menarik perhatian sejumlah wisatawan yang sedang berlibur di Banyuwangi. Salah satunya Nelly Ivanova (28) dari Bulgaria. Nelly yang tengah berlibur di Banyuwangi ini merasa senang bisa menyaksikan tradisi Barong Ider Bumi. “Acaranya unik. Ritual bersih desa mengusir roh jahat seperti ini juga ada di negara saya, tapi yang di sini lebih colorful. Ritualnya lebih banyak, dan menarik. Musik pengiringnya juga beragam. Kalau di Bulgaria diiringi satu alat musik saja,” kata Nelly.
Dalam kesempatan itu, Arief juga menyerahkan bantuan untuk mendukung ritual adat Barong Ider Bumi berupa uang koin senilai Rp5 juta yang digunakan untuk ritual sembur uthik-uthik. Ritual menyemburkan uang receh yang dicampur bunga dan beras kuning di sepanjang jalan desa itu merupakan ungkapan rasa syukur atas rezeki yang berlimpah selama satu tahun lalu.
Sejumlah atraksi wisata budaya digelar di Banyuwangi selama libur Lebaran. Selain Barong Ider Bumi, ada Seblang Olehsari, yang digelar di Desa Olehsari Kecamatan Glagah selama tujuh hari berturut-turut dari tanggal 3 Syawal.
Seblang adalah ritual ungkapan rasa syukur atas keselamatan desa dalam bentuk gadis belia yang menari dalam kondisi kerasukan arwah leluhur. Ritual akan dimulai pukul 14.00 WIB dan berakhir menjelang Magrib.
“Ada juga Puter Kayun yang akan digelar 24 Juni esok. Ini adalah tradisi warga Boyolangu, Kecamatan Giri dengan menaiki delman hias menuju wisata Pantai Watu Dodol untuk menggelar selamatan sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang melimpah,” kata Anas. (banyuwangikab.go.id)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...