Loading...
INSPIRASI
Penulis: Gurgur Manurung 01:00 WIB | Minggu, 05 Juni 2016

Menyiapkan Lingkungan yang Aman untuk Anak

Menciptakan lingkungan yang aman untuk anak merupakan tanggung jawab orangtua.
RPTRA Amir Hamzah, Menteng, Jakarta Pusat (foto: ymindrasmoro)

SATUHARAPAN.COM – 5 Juni diperingati sebagai hari lingkungan hidup. Inilah momentum bagi kita untuk merefleksikan makna lingkungan hidup bagi kehidupan. Tuhan menyediakan lingkungan hidup untuk keberlangsungan hidup manusia. Tidak mungkin ada kehidupan tanpa lingkungan hidup. Oleh sebab itu, manusia mutlak untuk hidup selaras dengan lingkungan. Jika tidak, terjadilah tragedi krisis lingkungan seperti banjir, kelangkaan air, dan berujung pada pemanasan global.

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan banyaknya pemerkosaan terhadap anak.  Terungkap diberbagai tempat ada pemerkosaan sadis.  Celakanya, masyarakat dan pemerintah menyikapi  dengan hukuman yang amat keras yaitu kebiri dan hukuman mati. Opini yang menonjol di publik adalah hukuman apa yang layak diberikan kepada pemerkosa. Perdebatan yang muncul adalah  setuju atau tidaknya hukuman mati atau kebiri. Diskusi dilanjutkan dengan dampak kebiri terhadap psikologis pemerkosa,  dan masa depan pemerkosa. Pokoknya, diskusi fokus terhadap hukuman.

Akhirnya pemerintahan Jokowi menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang yang isinya melegalkan kebiri dan hukuman mati. Pascaperaturan itu muncul perdebatan siapa yang akan mengebiri?  Diskusi semacam ini baik, tetapi ada hal penting yang dilupakan, yaitu hampir tidak ada yang menanyakan mengapa anak menjadi pemerkosa? Apa penyebabnya dan apa yang akan kita lakukan untuk menyelamatkan anak kita?

Mungkin kita kurang menyadari bahwa akhir-akhir ini masyarakat kita kekurangan ruang untuk bermain.  Di waktu kecil  saya hampir tiap sore bermain bola di halaman yang luas. Selain bermain bola, sibuk dengan pekerjaan yang rutin seperti menggembala kerbau, mengurus ayam dan bebek. Semua waktu habis untuk berbagai kegiatan. Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang tidak memiliki kegiatan?.  Membosankan, bukan?. Dengan kata lain, anak-anak kita tidak disediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk beraktivitas. Kita membuat sebuah kondisi yang ideal untuk anak-anak beraktivitas. Dengan demikian, mereka tidak memiliki kebiasaan (habitus) untuk beraktivitas yang rutin setiap hari. Akibatnya, banyak anak remaja hingga dewasa menjadi anak nongkrong. Andaikan mereka orang yang habitusnya kreatif dan beraktiktivitas positif dengan kawan-kawannya, maka mereka akan bebas dari hasrat seksual yang tidak terkendali.

Lalu, apakah persoalan pemerkosaan yang teramat rumit ini terjawab ketika hukuman yang seberat-beratnya diputuskan? Saya yakin tidak. Bahkan tidak berpengaruh. Hukuman mati terhadap teroris tidak mengurangi bahaya teroris di kolong langit ini.  Lalu, bagaimana jalan keluarnya?

Sikap yang benar untuk membebaskan anak dari korban kekerasan seksual ada di tangan orangtua. Anak-anak kita di sekolah, di komunitas lain, hanyalah dalam rangka membangun hubungan sosial.  Orangtua menjadi ujung tombak dalam perlindungan anak. Orangtua harus mampu melindungi anaknya selama 24 jam. Bagaimana caranya?.

Pengalaman saya melakukan proteksi terhadap anak saya  adalah saya menginventarisasi aktivitas anak saya dan saya tahu persis siapa temannya dan risiko sepanjang aktivitas itu.  Saya menghafal betul nama teman-teman anak saya dalam ekskul sepakbola. Saya melihat siapa-siapa teman-teman anak saya yang kasar dan potensi mencelakakan. Jika ada, maka saya ingatkan anak saya bagaimana mengatasinya.

Demikian juga potensi-potensi bahaya lain harus ada dalam pikiran kita dan otomatis orangtua paham menyiasatinya.  Jadi, kunci anak-anak kita bebas dari kekerasan ada di orangtua. Peraturan perundang-undangan hanya sedikit membantu.  Walaupun, kita orangtua mengharapkan pemerintah menyediakan sarana dan prasarana untuk aktivitas anak.  Dengan kata lain, semua komponen bangsa mesti fokus agar anak bangsa sungguh mencintai peradaban.

Selamat hari lingkungan hidup!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home