Meraih Kemenangan dengan Banyak Gol atau Tersingkir
Jelang Pertandingan Ketiga Fase Grup F
SATUHARAPAN.COM - Setelah menjalani seluruh pertandingan kedua, fase grup F masih menyisakan persaingan yang sengit. Semua tim masih memiliki peluang untuk lolos ke babak gugur.
Korea Selatan yang kalah pada dua pertandingan sebelumnya bisa lolos ke babak berikutnya dengan catatan bisa meraih kemenangan saat menghadapi Jerman dan pada saat bersamaan Meksiko mengalahkan Swedia. Untuk bisa lolos, selisih gol kemenangan Korea Selatan harus lebih besar dari kemenangan Meksiko.
Jika Swedia dan Jerman bisa memenangi pertandingan terakhirnya dan lawan tidak bisa mencetak gol ataupun maksimal kedua kesebelasan memenangi dengan skor yang sama 2-1, Meksiko akan tersingkir dari persaingan. Kemenangan dalam skor lebih besar dengan selisih gol sama akan memulangkan juara bertahan.
Dengan masih terbukanya peluang lolos serta banyaknya kemungkinan, cara terbaik menjaga peluang lolos hanyalah memenangi pertandingan terakhir dengan gol sebanyak-banyaknya. Hasil imbang atau kekalahan hanya akan mengantarkan pulang lebih awal.
Mexican wave Menjaga Asa
Kesebelasan Meksiko hanya memerlukan hasil imbang untuk lolos sekaligus memuncaki grup F. Melihat dua pertandingan yang telah dijalani, rasanya hanya ketidakberuntungan yang akan menjegal mereka lolos ke babak berikutnya: penampilan yang konsisten, tidak meledak-ledak, tidak menganggap remeh lawan, serta bermain dingin dalam setiap pertandingan menjadi kunci kunci kemenangan Chicharito Hernandez dan kawan-kawan.
Pelatih Carlos Osorio mampu memaksimalkan penampilan skuadnya meskipun el-Tri diisi pemain-pemain bintang yang sudah melewati masa keemasannya, termasuk Rafael Marquez yang sudah mendekati usia kepala empat. Artinya Meksiko lebih mengandalkan kolektivitas permainan mexican wave-nya dibandingkan permainan skill individu.
Kesebelasan favorit Jerman mereka tekuk meskipun menguasai pertandingan dan dipenuhi bintang dan talenta muda berbakat. Begitupun Korea Selatan diredam dalam permainan yang dingin.
Pertemuan Meksiko melawan kesebelasan Swedia akan diwarnai permainan dalam tensi tinggi. Swedia akan mengejar kemenangan agregat gol yang banyak sementara Meksiko relatif bermain dingin sebagaimana dua pertandingan sebelumnya. Kondisi ini lebih menguntungkan Meksiko. Tidak ada salahnya bermain lebih berhati-hati bagi Chicharito Hernandez dan kawan-kawan pada pertandingan krusial dibanding meladeni permainan Swedia.
Sejauh ini langkah Swedia sudah banyak membuat kejutan semenjak babak kualifikasi PD 2018 zona Eropa dengan menyingkirkan tim kuat Italia. Serangan balik menjadi senjata mematikan bagi Swedia semenjak Zlatan Ibrahimovic, gelandang kreatif Kim Kallstrom pensiun dari timnas Swedia. Korea Selatan dan Jerman telah membuktikan bagaimana kokohnya pertahanan Swedia, bahkan Jerman memerlukan tambahan waktu hingga menit kelima ijnury time untuk bisa membuat gol kemenangan meskipun menguasai seluruh jalannya pertandingan.
Tugas berat Chicharito Hernandez-Fabian-Marquez adalah memotong aliran bola dari Lindelof-Lustig-Jansson ke Ekdal-Larsson-Durmaz dalam setiap serangan balik Swedia. Dari aliran bola melalui pola serangan balik itulah Swedia mencuri gol ke gawang Jerman dan Korea Selatan.
Osorio tentu telah menyiapkan strategi meredam serangan balik Swedia. Setidaknya barisan pertahanan Meksiko yang digalang Salcedo, Ayala, Moreno mampu meredam serangan bergelombang gelandang-gelandang Jerman. Meskipun berada dalam tekanan yang sama beratnya, bermain dingin dan disiplin menjaga pergerakan pemain Swedia adalah pilihan terbaik Osorio menjaga peluang lolos ke babak berikutnya. Osorio lebih diuntungkan dengan kondisi psikologis pemainnya yang dalam kepercayaan tinggi. Dengan menjaga trend permainan positifnya, Meksiko layak lolos ke babak berikutnya.
Perkiraan susunan pemain:
Meksiko (3-4-3) : Ochoa (gk), Salcedo, Ayala/Reyes, Moreno, Molina, Marquez, Guardado, Fabian, Vela, Chicharito Hernandez, Jimenez. | pelatih: Juan Carlos Osorio.
Swedia (4-4-2): Karl-Johan Johnsson (gk) Victor Lindelof, Pontus Jansson, Martin Olsson, Ludwig Augustinsson, Durmaz, Larsson, Ekdal, Hiljemark, Guidetti, Thelin. | pelatih: Janne Andersson
Jerman tanpa Penyerang Berbahaya
Di perhelatan Piala Dunia Jerman-Korea Selatan sudah dua kali bertemu. Pada PD 1994 mereka berada dalam satu grup dimana Jerman memenangi pertandingan dengan susah payah setelah sebelumnya leading 3 gol di babak pertama. Korea Selatan memperkecil dua gol pada babak kedua. Pada saat itu terjadi insiden pada pemain Jerman Effenberg yang berujung pada pemulangan dirinya akibat tidak bersikap simpatik pada pendukungnya sendiri.
Pada pertemuan keduanya terjadi pada partai semi final PD 2002 dimana Korea Selatan bersama Jepang menjadi tuan rumah. Dengan skuad paling "buruk" yang pernah dimiliki Jerman melenggang ke partai final dengan skor tipis 1-0 untuk bertemu kesebelasan Brasil.
Datang ke Rusia, Jerman memikul beban berat sebagai salah satu tim favorit bukan saja sebagai juara bertahan namun juga sebagai kesebelasan yang penuh dengan pemain-pemain bertalenta tinggi di semua lini. Dengan komposisi-materi pemain yang dimiliki, ekspektasi pendukungnya tentu sangat tinggi agar Jerman kembali mengulang prestasi empat tahun silam.
Di sisi lain, setiap kesebelasan tentu mengincar kemenangan atas Jerman. Kemenangan itu selain sebuah prestise sekaligus melempangkan langkah ke babak berikutnya.
Jerman menjalani fase grup tidak mulus. Dikalahkan Meksiko pada pertandingan pertama serta harus menunggu hingga injury time untuk bisa mencetak kemenangan saat menghadapi Swedia memberikan indikasi bahwa Jerman memiliki masalah dalam mencetak gol ke gawang lawan meskipun mereka mampu menguasai jalannya permainan sepanjang pertandingan.
Semenjak Miroslav Klose pensiun dari Die Mannschaft, Jerman belum memiliki penyerang murni. Gol-gol yang diciptakan pemain Jerman lebih banyak lahir dari gelandang serang yang beroperasi dari lini kedua. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan bagi skema permainan Low. Meskipun dipenuhi dengan gelandang serang berbakat, tanpa striker murni Jerman hanya akan menjadi kesebelasan yang tumpul dalam penyelesaian akhir. Tanpa penyerang murni banyak kesebelasan kesulitan menjalani laganya. Sebutlah Brasil yang dalam dua kali laganya direpotkan oleh Swiss dan Kosta Rika. Kondisi ini bisa dibandingkan juga dengan penampilan Spanyol yang memiliki Diego Costa ataupun Belgia dengan Lukaku sebagai target man.
Tidak ada yang perlu dibicarakan dari materi-komposisi kedua kesebelasan, karena PD kerap menyajikan hal-hal diluar dugaan yang berkaitan semata-mata pada teknis. Tingginya tekanan turnamen menjadikan hal-hal non-teknis turut mempengaruhi jalannya pertandingan. Mental pemain, tekanan supporter, tekanan harus tampil bagus dan lolos ke babak selanjutnya menjadi faktor penentu lainnya yang sangat berkontribusi pada hasil akhir. Strategi dan materi pemain tentu telah dikantongi masing-masing pelatih, di tengah lapangan sangat tergantung bagaimana pemain membaca dinamika permainan sepanjang pertandingan berlangsung.
Di sinilah peran dan kreativitas gelandang Gundogan-Kroos-Ozil dan Ki Sung-Moon Seon-Park Jo menjadi pertaruhan bagi kedua kesebelasan. Aliran bola dan serangan banyak ditentukan dari lini tengah kedua kesebelasan. Yang mungkin agak merugikan adalah kartu merah yang diterima Boateng sedikit banyak akan berpengaruh bagi pertahanan Jerman. Bagaimanapun Boateng menjadi salah satu napas pertahanan Jerman. Meski begitu Jerman masih memiliki palang pintu yang bisa diperankan oleh Mats Hummels ataupun pemain muda Niclas Sule. Hanya yang perlu diwaspadai barisan pertahanan Jerman adalah serangan balik Korea Selatan yang efektif bisa menjadi ancaman Hummels dan kawan-kawan. Dalam sebuah serangan balik yang cepat, Son Heung-min mampu mencuri gol ke gawang Meksiko yang dijaga Ochoa dari luar kotak penalti. Jika barisan pertahanan Jerman tidak berhati-hati penyerang muda Son Heung-min yang merumput di Totenham Hotspurs berpotensi mengulanginya ke gawang Neuer.
Low perlu memberikan tempat bagi penyerang muda Timo Werner selain sebagai regenarasi sekaligus memberikan kepercayaan diri padanya. Di perhelatan dengan tekanan yang tinggi, menurunkan pemain muda memang beresiko namun sekaligus menjadi investasi bagi tim tersebut di masa datang. Prancis mulai menyemainya dengan menurunkan Mbappe hingga mencetak satu gol kemenangan. Kepercayaan kepada pemain muda sangat penting, dan Low adalah salah satu pelatih yang kerap melakukan hal itu. Pada pertemuan melawan Korea Selatan, akankah Low melanjutkan revolusi di tubuh kesebelasan Die Mannschaft dengan menurunkan pemain-pemain muda Sule, Gorretska, Werne, Draxler? Menarik untuk ditunggu.
Perkiraan susunan pemain:
Jerman (4-2-3-1) : Manuel Neuer (gk), Kimmich, Rudiger, Hummels, Marvin Plattenhardt, Khedira/Gundogan, Ozil, Gorretska, Kroos/Draxler, Rudy, Reuz/Werner. | pelatih: Joachim Low
Korea Selatan (5-4-1) : Kim Seung-gyu (gk), Lee Yong, Go Yo, Kim Min-woo, Oh Ban-suk, Jang Hyun, Lee Seung-woo, Ki Sung, Moon Seon, Park Joo, Son Heung-min. | pelatih: Shin Tae-yong
Jadwal pertandingan
Pertandingan babak ketiga fase grup F mempertemukan Korea Selatan melawan kesebelasan Jerman dan Meksiko melawan Swedia akan berlangsung pada waktu yang bersamaan, Rabu (27/6) pukul 17.00 waktu setempat atau pukul 21.00 WIB.
Kesebelasan Korea Selatan dan Jerman akan menjalani pertandingan di Kazan Arena, Kazan sementara pertandingan Meksiko-Swedia digelar di Stadion Ekaterinburg, Yekaterinburg.
Lebanon Usir Pulang 70 Perwira dan Tentara ke Suriah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon mengusir sekitar 70 perwira dan tentara Suriah pada hari Sabtu (27/1...