Mesir Ajukan Proposal Akhiri Perang Hamas-Israel, dan Pembentukan Pemerintah Palestina
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Mesir telah mengajukan proposal awal yang ambisius untuk mengakhiri perang Israel-Hamas dengan gencatan senjata, pembebasan sandera secara bertahap, dan pembentukan pemerintah Palestina yang terdiri dari para ahli yang akan mengelola Jalur Gaza dan pendudukan Tepi Barat, kata seorang pejabat senior Mesir dan diplomat Eropa, hari Senin (25/12).
Proposal tersebut, yang dikembangkan bersama negara Teluk, Qatar, telah diajukan ke Israel, Hamas, Amerika Serikat, dan pemerintah Eropa, namun masih bersifat tahap awal. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan Israel untuk langsung menghancurkan Hamas dan tampaknya tidak memenuhi desakan Israel untuk mempertahankan kendali militer atas Gaza untuk jangka waktu yang lama setelah perang.
Kabinet Perang Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bertemu pada hari Senin (25/12) malam untuk membahas situasi penyanderaan, dan topik-topik lainnya, kata seorang pejabat Israel, namun tidak mengatakan apakah mereka akan membahas usulan Mesir tersebut. Pejabat tersebut berbicara tanpa menyebut nama karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media.
Proposal tersebut muncul setelah tiga hari pertempuran berdarah di Gaza sebelum Hari Natal di mana serangan udara Israel menewaskan puluhan warga Palestina sekaligus dan 17 tentara tewas dalam pertempuran darat di utara, tengah dan selatan wilayah tersebut.
Perang tersebut telah menghancurkan sebagian besar Gaza, menewaskan lebih dari 20.400 warga Palestina dan membuat hampir seluruh penduduk wilayah tersebut yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi.
Meningkatnya jumlah korban tewas di kalangan tentara Israel, 156 orang sejak serangan darat dimulai, dapat mengikis dukungan publik terhadap perang tersebut, yang dipicu ketika militan pimpinan Hamas menyerbu komunitas di Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
Sebagian besar warga Israel masih mendukung tujuan negara tersebut untuk menghancurkan kemampuan pemerintahan dan militer Hamas serta membebaskan 129 tawanan lainnya. Hal ini terjadi meskipun tekanan internasional meningkat terhadap serangan Israel, dan melonjaknya angka kematian serta penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di kalangan warga Palestina.
Proposal Mesir
Usulan Mesir tersebut merupakan upaya ambisius yang tidak hanya untuk mengakhiri perang, namun juga menyusun rencana untuk hari berikutnya.
Mereka menyerukan gencatan senjata awal hingga dua pekan di mana militan Palestina akan membebaskan 40 hingga 50 sandera, di antara mereka perempuan, orang sakit dan orang tua, sebagai imbalan atas pembebasan 120-150 warga Palestina dari penjara Israel, kata pejabat Mesir itu. Dia berbicara tanpa menyebut nama untuk membahas pembicaraan yang sedang berlangsung.
Pada saat yang sama, negosiasi mengenai perpanjangan gencatan senjata dan pembebasan lebih banyak sandera dan jenazah yang ditahan oleh militan Palestina akan terus berlanjut, katanya.
Mesir dan Qatar juga akan bekerja sama dengan semua faksi Palestina, termasuk Hamas, untuk menyepakati pembentukan pemerintahan ahli, katanya. Pemerintah akan memerintah Gaza dan Tepi Barat untuk masa transisi ketika faksi-faksi Palestina menyelesaikan perselisihan mereka dan menyetujui peta jalan untuk mengadakan pemilihan presiden dan parlemen, tambahnya.
Sementara itu, Israel dan Hamas akan terus merundingkan kesepakatan komprehensif “untuk semua”, katanya. Hal ini mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa sebagai imbalan atas semua tahanan Palestina di Israel, serta penarikan militer Israel dari Gaza dan penghentian serangan roket oleh militan Palestina ke Israel. Hampir 8.000 warga Palestina ditahan oleh Israel atas tuduhan atau hukuman terkait keamanan, menurut data Palestina.
Para pejabat Mesir mendiskusikan garis besar proposal tersebut dengan Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas yang berbasis di Qatar, yang mengunjungi Kairo pekan lalu. Mereka berencana mendiskusikannya dengan pemimpin kelompok Jihad Islam, Ziyad al-Nakhalah, yang tiba di Kairo pada hari Minggu (24/12), kata pejabat itu.
Kelompok militan tersebut, yang juga ambil bagian dalam serangan 7 Oktober itu, mengatakan pihaknya siap mempertimbangkan pembebasan sandera hanya setelah pertempuran berakhir.
Seorang diplomat Barat mengatakan mereka mengetahui usulan Mesir. Namun diplomat tersebut, yang meminta tidak disebutkan namanya saat membahas masalah ini, ragu bahwa Netanyahu dan pemerintahannya yang keras akan menerima seluruh usulan tersebut. Diplomat itu tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Situasi di Dalam Gaza
Serangan Israel telah menjadi salah satu serangan militer paling dahsyat dalam sejarah terkini. Lebih dari dua pertiga dari lebih dari 20.400 warga Palestina yang tewas adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang di antara korban tewas.
Sejak hari Jumat (22/12), 17 tentara Israel tewas dalam pertempuran, sebagian besar di Gaza selatan dan tengah, sebuah indikasi pertempuran sengit di dan sekitar kota Khan Younis di selatan. “Perang ini menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi kami, namun kami tidak punya pilihan selain terus berperang,” kata Netanyahu pada Minggu (24/12).
Ada kemarahan yang meluas terhadap pemerintahannya, yang banyak dikritik karena gagal melindungi warga sipil pada 7 Oktober dan mempromosikan kebijakan yang memungkinkan Hamas memperoleh kekuatan selama bertahun-tahun. Netanyahu menghindari tanggung jawab atas kegagalan militer dan kebijakannya.
"Berkali-kali, masyarakat akan sulit mengabaikan harga mahal yang harus dibayar, serta kecurigaan bahwa tujuan yang digembar-gemborkan dengan lantang masih jauh dari tercapai, dan bahwa Hamas tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah dalam waktu dekat,” tulis Amos. Harel, komentator urusan militer untuk surat kabar Haaretz.
Serangan Israel terus memakan banyak korban. Di sebuah rumah sakit di pusat kota Deir al-Balah, warga Palestina yang panik membawa korban tewas, termasuk seorang bayi, dan terluka akibat serangan hari Minggu (24/12) di kamp pengungsi Maghazi di sebelah timur Deir al-Balah. Seorang gadis muda yang berlumuran darah tampak tertegun saat tubuhnya diperiksa apakah ada patah tulang.
Tujuh puluh orang tewas dalam serangan itu, termasuk perempuan dan anak-anak, menurut catatan rumah sakit. “Kami semua menjadi sasaran,” kata Ahmad Turkomani, yang kehilangan beberapa anggota keluarganya termasuk putri dan cucunya. “Lagi pula, tidak ada tempat yang aman di Gaza.”
Catatan rumah sakit menunjukkan bahwa 80 jenazah tambahan yang tewas dalam serangan di Gaza tengah juga diterima di rumah sakit dari Minggu hingga Senin.
Di Gaza utara, warga Palestina melaporkan pemboman besar-besaran dan tembakan Israel di kamp pengungsi perkotaan Jabaliya, sebuah wilayah yang diklaim Israel kendalikan. Militer Israel menyatakan telah menyelesaikan pembongkaran markas bawah tanah Hamas di Gaza utara.
Israel menghadapi kecaman internasional atas jumlah korban sipil yang tewas, namun mereka menyalahkan Hamas, dengan alasan bahwa kelompok militan tersebut memanfaatkan kawasan permukiman padat dan terowongan. Israel mengatakan mereka telah membunuh ribuan militan Hamas, tanpa memberikan bukti.
Israel juga menghadapi tuduhan menganiaya pria dan remaja Palestina yang ditahan di rumah, tempat penampungan, rumah sakit, dan tempat lain selama serangan tersebut. Militer mengatakan mereka telah menahan ratusan warga Palestina, termasuk lebih dari 700 orang yang dipindahkan ke Israel untuk diinterogasi lebih lanjut tentang dugaan hubungan dengan militan. Mereka membantah tuduhan pelecehan dan mengatakan mereka yang tidak memiliki hubungan dengan militan akan segera dibebaskan.
Berbicara dari ranjang rumah sakit di Rafah setelah pembebasannya, Khamis al-Burdainy dari Kota Gaza mengatakan pasukan Israel menahannya setelah tank dan buldoser menghancurkan sebagian rumahnya. Dia mengatakan para pria diborgol dan ditutup matanya.
“Kami tidak tidur. Kami tidak mendapatkan makanan dan air,” katanya sambil menangis dan menutupi wajahnya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...