Mesir Ajukan Usulan Baru Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Israel dan Hamas

KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Mesir telah mengajukan usulan baru yang ditujukan untuk memulihkan kesepakatan gencatan senjata Gaza, sumber keamanan mengatakan kepada Reuters pada hari Senin (24/3), sementara otoritas kesehatan Palestina mengatakan serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 65 orang di daerah kantong itu dalam 24 jam terakhir.
Usulan yang diajukan pekan lalu itu menyusul eskalasi kekerasan setelah Israel melanjutkan operasi udara dan darat terhadap Hamas hari Selasa lalu, yang secara efektif mengakhiri periode dua bulan yang relatif tenang.
Pejabat kesehatan mengatakan Israel telah menewaskan hampir 700 warga Palestina sejak melanjutkan serangannya, termasuk sedikitnya 400 perempuan dan anak-anak. Hamas mengatakan beberapa pejabat senior politik dan keamanannya juga telah tewas.
Rencana Mesir menyerukan Hamas untuk membebaskan lima sandera Israel setiap pekan, dengan Israel melaksanakan fase kedua gencatan senjata setelah pekan pertama, kata dua sumber keamanan.
Hamas masih menyandera 59 orang, dengan 24 di antara mereka diperkirakan masih hidup. Baik AS maupun Hamas menyetujui usulan tersebut, kata sumber keamanan, tetapi Israel belum menanggapi.
Seorang pejabat Hamas tidak mengonfirmasi tawaran yang diajukan, tetapi mengatakan kepada Reuters bahwa "beberapa usulan sedang dibahas dengan para mediator untuk menjembatani kesenjangan dan melanjutkan negosiasi untuk mencapai titik temu yang akan membuka jalan bagi dimulainya tahap kedua perjanjian tersebut."
Jadwal Penarikan Pasukan
Sumber tersebut mengatakan usulan Mesir juga mencakup jadwal penarikan penuh Israel dari Gaza, yang didukung oleh jaminan AS, sebagai imbalan atas pembebasan para sandera.
Hamas menuduh Israel melanggar ketentuan perjanjian gencatan senjata Januari tetapi mengatakan bersedia untuk menegosiasikan gencatan senjata dan sedang mempelajari usulan dari utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff.
Israel mengatakan melanjutkan operasi militernya untuk memaksa Hamas membebaskan para sandera yang tersisa yang ditahannya di Gaza.
Dikatakan bahwa mereka melakukan yang terbaik untuk mengurangi bahaya bagi warga sipil dan telah mempertanyakan jumlah korban tewas yang diberikan oleh otoritas kesehatan di daerah kantong tersebut.
Pejabat Palestina pada hari Minggu (23/3) menyebutkan jumlah korban tewas dari konflik yang berlangsung hampir 18 bulan mencapai lebih dari 50.000.
Israel melancarkan serangannya di Gaza setelah pejuang Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.
Di Rafah, pemerintah kota setempat mengatakan ribuan orang terjebak di dalam wilayah Tel Al-Sultan, tempat militer Israel mengirim sebagian pasukannya, dengan keluarga-keluarga terjebak di antara reruntuhan, tanpa air, makanan, atau obat-obatan.
Layanan Darurat Sipil Palestina mengatakan 50.000 penduduk masih terpojok di Rafah.
Militer Israel mengatakan pasukan telah mengepung Tel Al-Sultan untuk membongkar "lokasi infrastruktur teror dan melenyapkan teroris di daerah tersebut."
Badan bantuan PBB untuk Palestina, UNRWA, mengatakan 124.000 orang telah mengungsi di Gaza dalam beberapa hari terakhir.
“Keluarga-keluarga menanggung apa yang mereka miliki tanpa tempat berteduh, tanpa rasa aman, dan tidak punya tempat untuk dituju. Pemerintah Israel telah menghentikan semua bantuan. Makanan langka dan harga-harga melambung tinggi. Ini adalah bencana kemanusiaan. Pengepungan harus diakhiri,” katanya di X. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti

Gempa Bumi di Myanmar Alkibat Tabrakan Lempeng Tektonik Indi...
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM-Para ahli menjelaskan penyebab gempa besar berkekuatan 7,7 skala Richter ya...