Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 13:00 WIB | Jumat, 20 Oktober 2023

Mesir dan Yordania Menolak Pemindahan Warga Palestina, Menyerukan Penghentian Serangan

Foto dari Istana Kerajaan Yordania menunjukkan pertemuan Raja Yordania, Abdullah II, (kiri) dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi ,di Kairo pada hari Kamis, 19 Oktober 2023. (Foto: AFP)

KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Mesir dan Yordania pada hari Kamis (19/10) menyerukan “penghentian segera” perang melawan Gaza sambil menegaskan kembali penolakan mereka untuk memindahkan warga Gaza ke Mesir atau Yordania, demikian bunyi pernyataan dari kepresidenan Mesir dan Kerajaan Yordania setelah pertemuan puncak antara para pemimpin kedua negara.

Selama pertemuan puncak di Kairo, Presiden Mesir, Abdel-Fattah El-Sisi, dan Raja Yordania, Abdullah II, meninjau perkembangan terkini krisis Gaza, dengan menyatakan bahwa “Setiap upaya pemindahan paksa (warga Palestina) ke Yordania atau Mesir akan ditolak.”

El-Sisi dan Abdullah menegaskan kembali penolakan mereka terhadap kebijakan Israel mengenai “hukuman kolektif, termasuk pengepungan, kelaparan, atau pengusiran orang di Gaza.

Mereka menyerukan untuk segera menghentikan perang di Gaza, melindungi warga sipil, mencabut pengepungan di wilayah kantong Palestina, dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.

Kedua pemimpin tersebut memperingatkan bahwa jika perang tidak berhenti dan meluas, hal itu akan membuat kawasan tersebut menuju “kemerosotan berbahaya” yang cenderung mengarah pada bencana, menurut pernyataan Yordania.

Mereka juga menegaskan kembali bahwa pemboman Rumah Sakit Baptis di Gaza adalah eskalasi yang berbahaya, dan menegaskan kembali kecaman mereka atas kejahatan keji terhadap warga sipil yang tidak bersalah dan tidak berdaya.

E-Sisi dan Abdullah menegaskan kembali pendirian Mesir dan Yordania terhadap perjuangan Palestina, yang didasarkan pada hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka pada tanggal 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

KTT empat arah, yang dijadwalkan pada hari Rabu antara Mesir, Yordania, Palestina, dan Amerika Serikat, dibatalkan setelah ledakan di rumah sakit Gaza, yang menewaskan sedikitnya 470 orang.

Pada Rabu malam, El-Sisi melakukan panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, di mana mereka mencapai kesepakatan untuk masuknya bantuan kemanusiaan secara berkelanjutan ke Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza.

Konvoi bantuan penyelamat jiwa yang membentang bermil-mil ke Jalur Gaza yang dilanda perang masih ditahan di sisi Mesir, menunggu jalur yang aman, karena penyeberangan sisi Palestina menjadi sasaran empat pemboman udara oleh pihak Israel.

Setelah pembicaraan teleponnya dengan El-Sisi, Biden mengatakan sekitar 20 truk bantuan akan dikirim ke Gaza, dan mencatat bahwa prosesnya akan memerlukan koordinasi selama hampir delapan jam, dan diperkirakan bantuan tersebut akan mencapai Gaza pada hari Jumat (20/10).

Israel telah menempatkan Gaza, rumah bagi 2,3 orang, di bawah blokade total dan melancarkan serangan udara, menewaskan lebih dari 3.500 warga Palestina, termasuk lebih dari 1.000 anak-anak, menurut Perwakilan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour.

Israel telah menghentikan pasokan makanan, air, dan bahan bakar bagi warga sipil di Gaza; menempatkan daerah kantong tersebut pada risiko bencana kemanusiaan.

Mesir juga sedang mempersiapkan pertemuan puncak perdamaian di Gaza pada hari Sabtu (21/10), mengundang mitra regional dan internasional untuk berpartisipasi dalam upaya meredakan situasi dan melindungi warga sipil di Gaza.

Para pemimpin 12 negara mengonfirmasi kehadiran mereka, lapor Al Qahera News yang mengutip sumber.

Negara-negara tersebut termasuk para pemimpin Qatar, Turki, Yunani, Palestina, UEA, Bahrain, Kuwait, Arab Saudi, Irak, dan Siprus.

Selain itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga telah mengonfirmasi akan menghadiri acara tersebut. (dengan Al Ahram)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home