Mesir Hadapi Kenaikan Harga Barang, Inflasi Januari Mencapai 26,5%
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Inflasi tahunan Mesir melonjak ke level tertinggi baru pada bulan Januari, dan warga Mesir terus berjuang melawan kenaikan harga yang sedang berlangsung dan mata uang yang terdepresiasi, kata biro statistik negara itu, hari Kamis (9/2).
Badan Pusat Mobilisasi dan Statistik yang dikelola negara menerbitkan angka yang menunjukkan bahwa inflasi tahunan mencapai 26,5 persen bulan lalu, naik dari 21,9 persen pada Desember 2022. Pada Januari 2022, angka yang sama hanya mencapai delapan persen, sebelum melonjak setelah wabah, perang Rusia di Ukraina pada Februari tahun lalu, mengguncang perekonomian dunia.
Selama sebulan terakhir, harga kebutuhan pokok di Mesir terus naik. Harga roti dan sereal naik rata-rata 6,6 persen sementara harga daging dan unggas naik 20,6 persen, kata biro itu.
Perekonomian Mesir telah terpukul keras oleh penghematan pemerintah selama bertahun-tahun, pandemi virus corona, dan dampak dari perang di Ukraina. Mesir adalah importir gandum terbesar di dunia, dengan sebagian besar impornya secara tradisional berasal dari Eropa timur.
30% Penduduk dalam Kemiskinan
Rumah tangga berpenghasilan rendah di Mesir sangat terpengaruh oleh kenaikan yang berkelanjutan, yang sebagian besar bergantung pada subsidi pemerintah untuk barang-barang pokok seperti roti. Hampir 30 persen orang Mesir hidup dalam kemiskinan, menurut angka resmi.
Pada bulan Desember, otoritas Mesir dan Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui paket bail-out US$3 miliar untuk meredakan krisis. Kesepakatan IMF macet dengan imbalan Mesir menerapkan sejumlah reformasi ekonomi, termasuk pergeseran ke nilai tukar yang fleksibel. Kesepakatan itu memungkinkan untuk lebih lanjut US$14 miliar kemungkinan pembiayaan untuk Mesir.
Nilai Mata Uang Turun 50%
Nilai mata uang pound Mesir terus merosot mengikuti keputusannya untuk beralih ke nilai tukar yang fleksibel. Mata uang telah kehilangan sekitar 50 persen nilainya terhadap dolar sejak awal 2022.
Pada hari Rabu, Pemerintah Mesir mengumumkan rencana untuk menjual saham di puluhan perusahaan yang dikendalikan negara, termasuk bank dan perusahaan energi.
Ekonom telah lama mengkritik dominasi ekonomi pemerintah dan tentara Mesir, menyebutnya sebagai penghalang pertumbuhan sektor swasta.
Mesir juga menghadapi kekurangan mata uang asing. Banyak bank telah membatasi penarikan tunai asing, sementara pemerintah Mesir mengumumkan akan menunda banyak proyek masa depan yang akan membutuhkan pengeluaran luar negeri yang signifikan. (AP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...