Mesir Membuka Diri untuk Menerima Pengungsi
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Mesir menyatakan membuka diri untuk orang-orang yang melarikan diri akibat krisis di negara mereka.
Bukan hanya itu, mereka juga tidak akan dianggap sebagai pengungsi, kata Menteri Negara Imigrasi dan Urusan Ekspatriat Mesir, Nabila Makram, hari Senin (16/12).
Mereka juga akan menikmati manfaat dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan yang sama yang tersedia untuk warga Mesir, tambah Makram, seperti dilaporkan media setempat, Al Ahram.
Makram membuat pernyataannya itu dalam pidatonya dalam sebuah sesi di “Model Union for the Mediterranean (MUfM)”, yang diadakan sebagai bagian dari World Youth Forum yang sedang berlangsung di Sharm El-Sheikh dengan tema "Peradaban Kemanusiaan Kuno dan Sejarah Bersama".
Pernyataan itu disampaikan di tengah arus imigran dari Afrika, Timur Tengah dan Asia yang umumnya ke Eropa, Amerika Utara dan Australia.
Menteri menyinggung inisiatif "Roots Revival", yang diluncurkan oleh Presiden Abdel-Fattah el-Sisi selama kunjungannya ke Siprus pada November 2017.
Inisiatif ini dimaksudkan untuk meningkatkan diplomasi masyarakat antara Mesir, Yunani dan Siprus dengan menjelaskan kehidupan masyarakat Yunani dan Siprus yang tinggal di Mesir beberapa dekade yang lalu.
Putaran keempat inisiatif itu akan diluncurkan dalam beberapa hari. Makram mengungkapkan bahwa inisiatif itu akan menjangkau anak-anak ekspatriat Mesir untuk membuat mereka berkenalan dengan tanah air mereka dan kriteria yang digunakan untuk menentukan keamanan nasional Mesir.
Sementara itu, ahli Mesir terkenal, Zahi Hawass, menjelaskan kerja sama arkeologis dengan Union untuk negara-negara anggota Mediterania melalui 240 misi arkeologi asing yang beroperasi di Mesir. Forum Pemuda Dunia selama empat hari dimulai pada hari Sabtu (13/12).
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...