Mesir Tutup Perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Mesir menutup perbatasan di Rafah dengan Jalur Gaza mulai hari Senin (23/8) sebagai protes atas perilaku Hamas baru-baru ini, menurut beberapa laporan media.
Sepekan yang lalu, Mesir kembali membuka perlintasan perbatasan Gaza-Mesir Rafah dua arah untuk membantu warga Palestina yang terdampar di perlintasan untuk memasuki negara Afrika Utara itu dengan alasan kemanusiaan.
Mengutip masalah keamanan, Israel dan Mesir sama-sama membatasi pergerakan lintas perbatasan dengan Gaza, wilayah yang dikendalikan oleh Hamas.
Rafah adalah satu-satunya titik keluar bagi warga Gaza yang ingin melakukan perjalanan, melalui Mesir, ke negara lain.
Menurut Times of Israel, Mesir telah mengatakan kepada Hamas bahwa mereka akan menutup perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza mulai Senin, kata seorang juru bicara Hamas.
"Kami diberitahu oleh pihak berwenang Mesir bahwa penyeberangan Rafah akan ditutup, Senin, di kedua arah," kata Iyad al-Bozom, juru bicara kementerian dalam negeri Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Minggu (22/8) malam.
Sumber-sumber keamanan di Mesir mengkonfirmasi langkah itu kepada AFP, dengan mengatakan penyeberangan akan ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut, tanpa memberikan rincian atau mengatakan alasannya.
Bentrokan dengan Israel
Kantor berita Reuters mengutip sumber keamanan Mesir yang mengatakan penutupan itu untuk "alasan keamanan."
Langkah itu tampaknya merupakan ekspresi kemarahan dari Kairo setelah kelompok Hamas mengadakan protes keras di perbatasan dengan Israel, di mana seorang tentara Israel ditembak dan terluka parah. Empat puluh satu warga Palestina terluka dalam bentrokan tersebut.
Israel melakukan serangan udara terhadap empat depot senjata Hamas setelah kerusuhan tersebut.
Mesir telah mencoba untuk menengahi perpanjangan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dan kekerasan akhir pekan dipandang sebagai kemunduran dalam upaya tersebut.
Mesir telah memerintahkan penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir, satu-satunya titik perbatasan daerah kantong yang tidak dikendalikan oleh Israel, dibuka pada bulan Mei untuk memungkinkan warga Gaza yang terluka dirawat di rumah sakit Mesir dan untuk memberikan bantuan.
Pembukaan itu dilakukan setelah pertukaran tembakan roket Hamas dan serangan udara Israel selama 11 hari, yang juga mendorong Mesir untuk menjanjikan US$ 500 juta untuk rekonstruksi Gaza.
Israel dan Mesir mempertahankan blokade di Gaza, yang mereka katakan dirancang untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata dan bahan untuk membangun benteng dan terowongan.
Hamas telah memerintah Gaza sejak menggulingkan Otoritas Palestina dalam kudeta kekerasan pada 2007. Sejak itu telah terjadi empat putaran pertempuran besar antara Israel dan kelompok teror itu.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...