Meski Masih Terjadi, PGI Nilai Proses Intoleransi Cenderung Turun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menilai meskipun proses intoleransi masih terjadi di sejumlah daerah di tanah air, kalau dilihat sebenarnya tendensinya menurun pada belakangan ini.
“Kita melihat proses intoleransi ini buah dari perjalanan panjang dari pembiaran yang terlalu lama dari kelompok-kelompok intoleran, yang berlangsung di negara ini selama ini. Kalau kita lihat tendensinya kan menurun sebenarnya belakangan ini,” kata Sekretaris Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, seusai bersama pengurus PGI diterima oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (5/3) siang.
Mengenai terjadinya pemindahan makam di beberapa tempat, Pdt Gomar Gultom mengatakan, kalau dilihat motifnya lebih karena soal pilkada atau pemilu. Tidak semua kasus yang terjadi belakangan ini murni karena intoleransi agama tapi juga karena pilihan-pilihan politik dan ini dipolitisasi. “Kita juga mesti aware terhadap ini untuk tidak menyamaratakan semua kasus yang ada,” katanya.
Secara umum, menurut Pdt. Gomar Gultom, PGI menilai tidak ada penambahan signifikan, terhadap kasus-kasus penutupan rumah ibadah misalnya. Yang ada, lanjut Sekretaris Umum PGI itu, masih efek-efek dari kasus yang lama, yang belum terselesaikan sampai sekarang.
Menyinggung masalah pemilu tanggal 17 April mendatang, Pdt. Gomar Gultom menyampaikan, bahwa PGI secara khusus mengeluarkan imbauan, baik melalui video klip maupun surat pastoral supaya seluruh warga gereja aktif menjadi pemilih, tidak ada seorang pun akan menjadi golput.
“Itu imbauan kita. Dan kalau bepergian, hendak mengurus formulir A5. Kalau mau mau berlibur, berliburlah setelah mencoblos pada tanggal 17 April,” kata Gomar.
Konferensi Gereja dan Masyarakat
Sebelumnya Ketua Umum PGI Pdt Henriette Tabita Hutabarat-Lebang menyampaikan, kedatangan pengurus PGI ke Istana Merdeka dimaksudkan untuk menyampaikan dan mengundang Presiden Jokowi, untuk menghadiri Konferensi Gereja dan Masyarakat yang akan diselenggarakan di Manado, 28-31 Maret 2019. Pada perhelatan ini Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey didapuk menjadi ketua panitia.
Konvensi itu, lanjut Ketua Umum PGI, diselenggarakan untuk merenungkan, menggumuli masalah-masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia dalam konteks iman kristiani, dan bagaimana umat kristiani merespons, ikut berpartisipasi aktif dalam membangun bangsa ini, ikut memberi sumbangsih bagi tujuan kemaslahatan semua umat.
“Pada saat yang sama, gereja-gereja di Indonesia berpartisipasi dalam mengadakan perubahan-perubahan yang dibutuhkan di tengah masyarakat Indonesia yang berubah cepat,” kata Pdt. Henriette.
Menurut Henriette, PGI juga akan mengadakan Sidang Raya pada 8-13 November 2019 di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). PGI juga menyampaikan undangan kepada Presiden untuk menghadiri Siang Raya itu.
Saat menerima pengurus PGI itu, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Staf Khusus Presiden Bidang Politik dan Pemerintahan Ari Dwipayana. (setkab.go.id)
1.100 Tentara Korea Utara Jadi Korban dalam Perang Rusia-Ukr...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 1.000 prajurit Korea Utara tewas atau terluka dalam perang Rusia d...