Metro Sensual Tomy Faisal Alim
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Asbak berbentuk buah apel terbelah di tengah-tengah meja kaca dengan gelombang-gelombang mirip air melingkarinya. Ada pula yang tidak biasa pada tiga kaki penyangganya. Ada yang berbentuk seperti sesuatu meleleh, ada yang berbentuk bola dunia berkarat, dan ada yang berupa shock beker. Karya ini bisa disaksikan di pameran seni visual Tomy Faisal Alim bertema “Metro Sensual”.
Tomy Faisal Alim menggambarkan bentuk bola dunia berkarat itu sebagai bumi yang renta berkarat. Shock beker adalah kehidupan yang bekerja seperti mesin motor dengan bagian bawahnya yang meleleh. Sesuatu yang meleleh pada kaki-kai penyangga meja digambarkannya bisa berupa keringat atau air. Walau gambarannya seperti itu, Tomy Faisal Alim mengatakan, ”Tetapi masih ada harapan karena ada air. Itulah meja kita. Mari duduk di meja kita karena itulah kehidupan.”
Karya instalasi yang tidak diberinya judul merupakan bagian dari perkara metrosensual Jakarta. Seperti gairah malam di Kemang buat kalangan atas. Tetapi bagi kalangan bawah, sensualitas Kemang kurang bila dibandingkan dengan Tanah Abang. Ibukota dan juga kota-kota besar menjadi sensual buat orang-orang di daerah.
Sensualitasnya mengundang orang-orang di daerah berbondong-bondong untuk mencari penghidupan. Melalui lukisan berjudul ‘Pengamen Kota’, dia bercerita, “Tetapi koq bass betot-nya aneh, ada kayak kontruksi rumah. Itu sebagai home, rumah tinggal. Dia bisa ke mana-mana, mencari penghidupan. Dia bisa nongkrong, tidur bersama bass betot-nya di pinggir jalan, di rumah temannya.”
Di antara pelbagai persoalan metropolis itu Tomy Faisal Alim mengemasnya dalam bentuk karya dua dimensi dan tiga dimensi. Untuk lukisan, ada 15 karya yang dipamerkannya. Karya lukisnya ada yang abstrak figurative, abstrak berunsur figure, tetapi ada juga abstrak expressionism. Menurutnya,“Bicara aliran sebenarnya saya kurang sepakat. Saya lebih suka menyebutnya style.”
Pengajar painting di Universitas Multimedia Nusanatara (UMN) dan Design Elementer di Binus tidak menyebut diri pelukis. “Ketika kita bicara lukis, tetapi ada meja, ada fotografi, disebutnya bukan pelukis tetapi seni visual, visual artist.” Kata Tomy.
Kesehariannya yang lampau sebagai jurnalis, penulis, dan fotografer di majalah seni mencobanya untuk menangkap sensualitas metropolis Jakarta. Sensualitas itu ditampilkannya dalam pameran seni visual bertema “Metro Sensual” yang berlangsung di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki Jakarta dari 7-14 September 2013.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...