"Milah-Milih" Coretan Sri Maryanto di Atas Kanvas
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dalam bahasa Jawa milah-milih masuk dalam tembung rangkep dwilingga salin swara dari kata dasar 'pilih'. Frase milah-milih menjadi kata kerja aktif yang menggambarkan sebuah proses memilih yang dilakukan secara berulang-ulang pada satu atau beberapa obyek/pilihan.
Tembung rangkep milah-milih dipilih perupa Sri Maryanto menjadi tema dalam pameran tunggalnya di Sangkring art space yang dibuka oleh guru besar ISI Yogyakarta M. Dwi Marianto, Jumat (8/9) malam. Sembilan belas karya yang terdiri dari 2 karya lithografi serta 17 karya lukisan dipamerkan hingga 22 September 2017.
Cukup menarik ketika sebelumnya pada 13-21 Mei 2017 Sri Maryanto memamerkan karya bertajuk "Sungai" di Bentara Budaya Yogyakarta yang keseluruhannya adalah karya grafis lithografi di atas kertas. Pada pameran "Milah-Milih", Maryanto justru hanya memamerkan 2 karya lithografi, selebihnya karya lukisan di atas kanvas. Keterbatasan alat tidak memungkinkan Anto, panggilan Sri Maryanto, membuat karya lithografi baru di sekitar Yogyakarta. Dengan latar belakangnya, kembali melukis di atas kanvas sepertinya pilihan yang realistis. Untuk keperluan ini, Sri Maryanto bahkan cuti dari studi di Kampus Akademie der Bildenden Kunste (AdBK) Munchen, Jerman.
Kehidupan sekitar sungai masih menjadi 'warna' 17 karya lukisan Anto. Pemilihan tema "Milah-Milih" cukup menggelitik ketika dikaitkan dengan upaya memilah dan memilih yang digambarkan dalam bubu (alat penjebak/perangkap ikan) yang sering digunakan oleh nelayan dalam menangkap ikan di sungai. Dengan ukuran lubang serta bubu secara keseluruhan bisa dibayangkan seberapa besar ukuran ikan yang ingin ditangkapnya.
Proses me-Milah-Milih dalam konteks saat ini seolah Anto sedang mengingatkan kepada masyarakat luas bahwa perkembangan ilmu-teknologi telah membawa konsekuensi begitu cepatnya kabar-berita menyebar sehingga perlu kecerdasan dan kecermatan untuk memilah dan memilih sebelum mengonsumsinya.
"Proses milah-milih diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat dalam menyaring informasi yang dapat dengan mudah diperoleh secara cepat dan bertebaran di berbagai media, termasuk media sosial." kata Anto dalam siaran persnya Kamis (7/9) di Sangkring art project. Dengan begitu, masyarakat bisa memperoleh informasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Lukisan "Milah-Milih" (acrylic di atas kanvas, 2017) dengan bubu dalam berbagai ukuran menjadi filter bagi ikan yang akan ditangkapnya. Begitupun di masyarakat, bubu informasi tetaplah diperlukan. Terlebih dalam sungai kehidupan yang sehat, masyarakat bisa dengan jernih memilih mana yang bisa dikonsumsinya sekalipun informasi telah masuk dalam jebakan bubu-nya. Melepaskan informasi yang tidak diperlukan ataupun tidak bisa dipertanggungjawabkan adalah pilihan bijak-cerdas yang memerlukan kejernihan berpikir.
Terlepas dari keterbatasan alat dalam penciptaan karya untuk pameran "Milah-Milih", alih-alih dunia seni rupa Yogyakarta disuguhi karya lithografi terbaru Anto, justru pengunjung disuguhi karya lukisan terbaru Anto setelah sekian lama tidak melukis. Pengunjung disuguhi tarikan garis dan pemilihan komposisi warna dari dua jenis karya Anto yang berbeda: karya cetak lithografi dan lukisan. Menarik membandingkan tarikan garis dalam karya litho di atas kertas dan lukisan acrylic di atas kanvas yang sama kuatnya.
Ketika membicarakan kehidupan sungai, dengan mudah pengunjung bisa menduga-duga bahwa Anto tidak sedang mendeskripsikan sebuah sungai di Indonesia. Lukisan berjudul "Dangkal" (acrylic di atas kanvas, 2016) dengan ilustrasi nelayan menangkap ikan ukuran besar hanya bisa ditangkap pada kondisi sungai yang sehat, air jernih, minim sampah-polutan, dan itu sulit ditemukan di sungai-sungai di Indonesia saat ini. Atau jika pun itu ada di Indonesia, sepertinya Anto sedang bercerita tentang sungai pada masa kecilnya di Klaten dengan air yang mengalir jernih, rimbun rumpun bambu di kiri-kana sungai, dan nelayan dengan tangkapan pada sungai yang dangkal menggunakan jala.
"Di Jerman, sungai itu menjadi tempat rekreasi. Tema Sungai tidak melulu tentang isu lingkungan, namun juga ingatan pada cerita-cerita mistis yang melingkupi sungai. Hal-hal demikian justru tidak ada di luar negeri," kata Anto.
Dengan pameran tunggalnya "Milah-Milih" apakah Sri Maryanto sedang akan kembali memilah dan memilih untuk melukis di atas kanvas di tengah kesibukannya menekuni seni grafis lithografi? Layak ditunggu.
Pameran "Milah-Milih" yang dibuka pada Jumat (8/9) malam akan berlangsung hingga 22 September 2017 di Sangkring art project Jalan Nitiprayan No 88, Ngestiharjo, Kasihan - Bantul.
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...