“Milenial Pejaga Rembang” Antisipasi Paparan Radikalisme
REMBANG, SATUHARAPAN.COM - Kepolisian Resor Rembang, Provinsi Jawa Tengah, membentuk Milenial Penjaga Rembang atau mereka singkat dengan MPR guna mengantisipasi potensi paparan radikalisme dan intoleransi.
"Ini kita luncurkan dan dibentuk sampai ke tingkat desa, sekarang juga banyak kades-kades yang muda-muda, mereka akan kita rekrut juga masuk ke dalam MPR, dengan kategori milenial itu," kata Kapolres Rembang AKBP Dolly Arimaxionari Primanto, di Rembang, Sabtu (15/2).
Menurut dia milenial akan lebih efektif menjaga wilayah, karena sebagian besar masyarakat berasal dari golongan tersebut, kemudian peran milenial juga besar, baik di sisi bisnis perekonomian, pemerintahan desa sampai menjaga stabilitas daerah.
Generasi muda juga lebih mudah diterima di kalangan mereka sendiri, sehingga literasi toleransi dan upaya pencegahan radikalisme bisa tersampaikan dengan baik.
"Terkait dengan radikalisasi dan intoleransi yang memang berkembang saat ini, Alhamdulillah bisa saya nyatakan untuk di wilayah Polres Rembang, wilayah hukum ini tidak ada, dan dengan MPR ini kita bisa menjaganya lebih baik," ujarnya.
Selain "Milenial Penjaga Rembang", Polres Rembang juga menggelar kegiatan rutin makan bersama dengan para santri dan pelajar untuk mendekatkan Polri dengan generasi muda.
"Yang sudah berjalan kemarin di Pondok Leteh yaitu di tempatnya Gus Mus sudah sering kita lakukan, juga di pondok Al Anwar tempatnya Mbah Maimun juga kita kita lakukan, nanti kali berikutnya kami akan lakukan juga di pondok Kauman, Gus Zaim," tuturnya.
Kemudian, kepolisian bersama desa dan karang taruna setempat juga meluncurkan program pintu ke pintu untuk meningkatkan literasi masyarakat terhadap ideologi bangsa Pancasila, toleransi dan saling guyub rukun.
"Kita juga menggelar pengajian Kamtibmas di pesantren-pesantren untuk menyampaikan toleransi, pencegahan radikalisme dan juga pelanggaran hukum umum di masyarakat," kata Dolly.
Pengasuh Pondok Pesantren Kauman, Lasem, Rembang KH Moch Zaim Ahmad Ma'soem mengatakan di daerah itu kehidupan warganya sangat heterogen, hal itu menciptakan toleransi yang sangat baik.
"Dan kita memberikan contoh kecil yang akhirnya membuat generasi muda ikut membiasakan hal-hal baik seperti itu, tidak perlu acara besar seperti seremonial, tapi hal kecil saja, saling peduli, memungut sampah, membiasakan ramah, bahkan hanya menyusun sendal, santri nanti dengan sendirinya mengikuti kebiasaan itu tanpa perlu diperintah-perintah," ucapnya. (Ant)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...