Militer Amerika Serikat Larang Disforia Gender
WASHINGTON, D.C., SATUHARAPAN.COM - Larangan atas disforia gender di militer Amerika Serikat akhirnya diberlakukan pada hari Jumat (12/4). Setelah lebih dari setahun perubahan kebijakan ini diumumkan.
Kebijakan itu diambil setelah akhir Maret lalu berkonsultasi dengan mantan Menteri Pertahanan James Mattis dan mantan Sekretaris Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen.
Kebijakan ini membatalkan pelayanan orang-orang transgender dengan sejarah atau diagnosa disforia gender, khususnya mereka yang kemungkinan memerlukan perawatan medis yang substansial. Termasuk obat-obatan dan operasi. Pengecualian dalam batas tertentu.
Disforia gender dirasakan seseorang sebagai akibat dari seks dan gender yang diberikan kepada mereka saat mereka lahir. Dalam kasus ini, gender dan seks yang diberikan kepada orang tersebut tidak sesuai dengan identitas gender mereka.
Anggota yang sudah terlayani diperkirakan berjumlah 1.320 hingga 6.630 orang. Tetapi mereka akan diperlakukan sebagai anggota dari jenis kelamin biologis daripada identitas gender mereka. Perawatan medis saat ini tetap berlanjut untuk para anggota yang didiagnosa disforia gender. Tetapi prosedur pergantian baru tidak akan ditawarkan.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat Pentagon membantah peran kebijakan baru itu sebagai larangan. Malah membingkainya sebagai penghapusan bantuan khusus kepada orang-orang dengan disforia gender tetapi tidak kepada orang lain.
"Lebih dari 70 persen orang Amerika menjalani masa penting kemiliterannya tanpa memenuhi standar militer. Siapa pun yang memenuhi standar militer tanpa bantuan khusus dapat dan harus mampu melayani."
Tetapi disforia gender adalah kondisi medis yang diakui. Hal ini menyebabkan tekanan atau gangguan klinis yang signifikan di bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi di bidang penting lainnya.
Calon presiden Amerika Serikat 2016 yang gagal, Hillary Clinton, adalah di antara mereka yang mengecam kebijakan baru itu pada minggu ini. Dia menyatakan ini sebagai langkah menjijikkan yang harus diubah sesegera mungkin.
Dalam pembelaan kebijakan tersebut, pakar pertahanan Heritage Foundation dan pensiunan Letnan Jenderal Tom Spoehr menuliskan data survei Departemen Pertahanan Amerika Serikat secara lengkap dan menegaskan bahwa individu dengan disforia gender berupaya bunuh diri dengan tingkat antara delapan dan 10 kali rata-rata dan lagi kecemasan parah di antara delapan dan sembilan kali. Tidak ada bukti bahwa perawatan medis, termasuk operasi pergantian gender dapat mengatasi tantangan-tantangan itu.
“Stres, kecemasan, dan bunuh diri sudah merupakan masalah yang ada di militer. Memang, tingkat bunuh diri untuk anggota militer yang aktif bertugas perlahan-lahan meningkat selama beberapa dasawarsa terakhir,” ”jelasnya.
“Karena itu, akan menjadi ceroboh dan kurang bijaksana untuk individu yang secara nyata mungkin berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri dan kecemasan untuk bergabung dengan militer dan menjadi sasaran tekanan tugas militer yang meningkat. Baik untuk kesiapan unit mereka dan untuk keselamatan individu." (lifesitenews.com)
Pemberontak Suriah: Kami Tak Mencari Konflik, Israel Tak Pun...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin kelompok pemberontak Islamis Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), ...