Militer Amerika Tinggalkan Bandara Bagram, Afghanistan
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Pangkalan Udara Bagram, pusat pasukan Amerika Serikat di Afghanistan selama 20 tahun sampai mereka mundur pekan lalu, kembali ramai dengan aktivitas pada hari Senin (5/7) ketika pasukan Afghanistan menetap di tempat yang luas, lengkap dengan landasan pacu, barak, menara kontrol, dan rumah sakit.
Pasukan Amerika menyerahkan pangkalan itu kepada pasukan keamanan Afghanistan untuk mengakhiri perang terpanjang dalam sejarah AS, menyusul kesepakatan dengan gerilyawan Taliban tahun lalu.
"Mereka (Amerika) benar-benar keluar sekarang dan semuanya berada di bawah kendali kami, termasuk menara pengawas, lalu lintas udara dan rumah sakit," kata seorang pejabat senior pemerintah Afghanistan kepada Reuters.
Wartawan Reuters pada hari Senin mengunjungi kompleks yang dijaga ketat, yang lama menjadi simbol pasukan Barat yang dikerahkan untuk menopang pemerintah Afghanistan melawan serangan Taliban untuk mendapatkan kembali kekuasaan setelah digulingkan oleh intervensi AS pada tahun 2001.
Lusinan kendaraan yang ditinggalkan oleh Amerika Serikat berdiri di tempat itu sementara yang lain berkeliling dengan pejabat dan personel Afghanistan yang ingin berdamai dengan besarnya operasi pangkalan yang luas itu.
Radar berputar saat tentara berjaga-jaga, dan ratusan personel keamanan Afghanistan pindah ke barak yang pernah menampung tentara AS.
Di mana penghibur Amerika pernah berkunjung untuk meningkatkan moral pasukan AS, seorang tentara Afghanistan memetik gitar, menyanyikan epik bahasa Pashto di tanah air Afghanistan, sementara tentara Afghanistan lainnya berkeliling lapangan dengan sepeda.
Di luar dinding pangkalan yang luas, keadaan tidak begitu tenang. Taliban telah meningkatkan serangan terhadap pasukan pemerintah Afghanistan di seluruh negeri, terutama di utara, di mana gerilyawan telah menguasai wilayah dengan cepat.
Pada hari Minggu (4/7), ratusan anggota pasukan keamanan Afghanistan melarikan diri ke tempat perlindungan di negara tetangga Tajikistan.
Pembicaraan damai antara Taliban dan pemerintah Afghanistan tetap tidak meyakinkan, dan banyak yang khawatir negara itu bisa kembali ke perang saudara besar-besaran.
Lingkungan dan pasar di bawah bayang-bayang pangkalan dibiarkan menyesali masa lalu dan bersiap untuk apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Tidak masalah bagi kami jika ada pasukan asing (di sini) atau mereka pergi, tetapi fakta bahwa Taliban mengambil alih distrik setiap saat mempengaruhi pekerjaan kami," kata Wasim Shirzad, seorang penjaga toko kepada Reuters.
Penjaga toko lainnya, Nematullah Ferdaws, setuju: “Kebanyakan pemilik toko tidak berinvestasi…karena mereka ragu-ragu tentang masa depan negara.” (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...