Militer Myanmar Tuduh Pemberontak Didanai Uang Narkotika dan Judi
Pemberontak dan Pemerintah Myanmar berusaha dekat dengan China,tapi kejahatan di perbatasan banyak dikendalikan etnis Tionghoa.
NAYPYITAW, SATUHARAPAN.COM-Kepala pemerintahan militer Myanmar menuduh bahwa serangan besar-besaran di timur laut negara itu yang dilakukan oleh aliansi organisasi etnis minoritas bersenjata sebagian didanai oleh keuntungan yang diperoleh salah satu kelompok tersebut dari perdagangan narkoba yang menguntungkan di kawasan itu, katamedia yang dikendalikan negara melaporkan hari Kamis (9/11).
Tuduhan yang dilontarkan Jenderal Senior Min Aung Hlaing muncul setelah pemerintahannya lengah akibat pertempuran sengit di beberapa kota di wilayah perbatasan timur laut negara tersebut.
Pada tanggal 27 Oktober, Tentara Arakan, Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar, dan Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang, yang mencap diri mereka sebagai Aliansi Tiga Persaudaraan, melancarkan serangan terkoordinasi di negara bagian Shan bagian utara.
Militer telah mengakui kehilangan kendali atas tiga kota di negara bagian Shan utara, termasuk titik penyeberangan perbatasan utama untuk perdagangan dengan China, namun tidak menjelaskan mengapa tentara gagal melakukan pertahanan yang efektif.
“Masalah hari ini di negara bagian Shan (Utara) dipicu oleh masalah narkoba,” surat kabar Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah mengutip ucapan Min Aung Hlaing pada pertemuan Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional negara bagian pada hari Rabu (8/11). “Pendapatan dari narkoba digunakan untuk merebut kekuasaan melalui perjuangan bersenjata. Rencana seperti itu ditutupi oleh produksi dan perdagangan narkoba.”
Kelompok yang dituduhnya melakukan perdagangan narkoba, Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar, membantah tuduhannya.
Produksi dan perdagangan narkoba dalam skala besar telah lama terjadi di wilayah perbatasan Myanmar, yang secara historis melibatkan opium dan heroin, serta metamfetamin dalam satu dekade terakhir. Perdagangan narkoba telah dikaitkan dengan berbagai kelompok etnis minoritas yang mendanai gerakan bersenjata mereka, namun anggota militer, terutama di tingkat regional, juga dituduh terlibat.
Global New Light of Myanmar melaporkan bahwa pada pertemuan dewan pertahanan, Penjabat Presiden Myint Swe memperingatkan bahwa negara tersebut berada dalam kondisi kritis dan dapat terkoyak jika militer tidak mengambil tindakan efektif terhadap kelompok yang melakukan serangan.
Min Aung Hlaing dilaporkan telah mengatakan kepada Kabinetnya pekan lalu bahwa militer akan melakukan serangan balik terhadap mereka yang menyerang kamp-kamp militer meskipun dia mengklaim telah membentuk ikatan kepercayaan dengan kelompok etnis minoritas.
Laporan hari Kamis mengutip pernyataannya yang mengatakan bahwa konflik di negara bagian Shan terjadi karena Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar, atau MNDAA, telah menggunakan keuntungan dari produksi obat-obatan terlarang untuk tumbuh lebih kuat sehingga dapat menjadi kekuatan dominan seperti dulu di wilayah yang dikenal sebagai Kokang Special. Wilayah yang beribukota di Laukkai ini berbatasan dengan China.
MNDAA adalah cabang perjuangan etnis minoritas Kokang di Myanmar.
Min Aung Hlaing dikutip mengatakan bahwa sejak tahun 2006 telah terjadi 18 kasus narkoba besar di wilayah Kokang, dengan 140 orang ditangkap dan obat-obatan dengan nilai total 71,6 miliar kyat (US$34 juta) disita.
Lee Kyar Wai, juru bicara MNDAA, membantah tuduhan narkoba tersebut, dan mengatakan bahwa kelompok tersebut telah menerapkan langkah-langkah anti narkoba dan pertanian tanaman alternatif di wilayah Kokang sejak tahun 2007.
Dia mengatakan serangan aliansi etnis bertujuan untuk “memberantas kediktatoran militer yang menindas, membangun negara berdasarkan sistem demokrasi federal dan memerangi penipuan perjudian online yang meluas yang melanda Myanmar, khususnya di sepanjang perbatasan China-Myanmar.”
Myanmar sudah terpecah oleh apa yang oleh beberapa ahli PBB disebut sebagai perang saudara setelah perlawanan bersenjata muncul untuk menentang perebutan kekuasaan oleh tentara dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada tahun 2021.
Serangan aliansi tersebut dipandang membantu perjuangan bersenjata nasional yang dipimpin oleh Angkatan Pertahanan Rakyat, angkatan bersenjata Pemerintah Persatuan Nasional yang terorganisir secara longgar, organisasi oposisi besar yang mengklaim sebagai pemerintah sah Myanmar. Beberapa kelompok etnis bersenjata telah bersekutu dengan Tentara Pertahanan Rakyat.
Situasi ini menjadi rumit karena baik pemerintah militer maupun kelompok dalam Aliansi Tiga Persaudaraan menjaga hubungan baik dengan China, dan keduanya mengklaim berusaha menghentikan operasi penipuan kejahatan dunia maya yang sebagian besar berbasis di kasino dan kompleks hotel di wilayah perbatasan Myanmar.
China baru-baru ini berupaya menghentikan operasi ini. Perusahaan-perusahaan tersebut sebagian besar dijalankan oleh pengusaha etnis Tionghoa, mempekerjakan sejumlah besar orang Tionghoa, sering kali ditipu untuk bekerja untuk mereka, dan target mereka juga sering kali adalah orang Tionghoa. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Mensos Tegaskan Tak Ada Bansos untuk Judi Online
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan tak ada ...