Mimika Pinjam Obat Malaria dari Kabupaten Tetangga
TIMIKA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kabupaten Mimika, Papua, terpaksa akan meminta pinjaman obat malarian jenis primaquine dari Kabupaten Paniai lantaran persediaan obat tersebut diperkirakan akan habis pada September 2020.
Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob di Timika, Kamis (16/7), mengatakan Pemkab Mimika terus mengupayakan ketersediaan obat malaria dalam jumlah yang cukup mengingat Mimika merupakan daerah endemis malaria dengan angka kesakitan yang tinggi.
"Terkait dengan kekurangan stok obat malaria, kami terus mengusahakan termasuk akan meminjam stok ke kabupaten tetangga, salah satunya yaitu Kabupaten Paniai, mereka sudah siap bantu untuk meminjam stoknya ke Mimika. Stok obat primaquine yang ada saat ini hanya bisa bertahan sampai September," jelas Wabup John.
Ia mengatakan Pemkab Mimika melalui Dinas Kesehatan sudah lama mengajukan permintaan stok obat primaquine, namun di tengah situasi pandemi COVID-19 saat ini pabrik yang menyediakan obat tersebut juga mengalami kesulitan bahan baku.
Menyangkut adanya laporan bahwa sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Timika kini tidak lagi memberikan obat primaquine kepada pasien terinfeksi malaria, John mengatakan seharusnya hal itu tidak perlu terjadi.
"Saya kira ini hanya soal koordinasi saja. Yang jelas persediaan obat itu masih ada di Instalasi Farmasi Daerah (IFD), hanya saja jumlahnya yang terbatas. Kalau memang persediaan di fasyankes sudah tidak ada, tinggal diajukan ke IFD," imbaunya.
Primaquine merupakan obat yang digunakan untuk menangani atau mencegah penyakit malaria, penyakit yang disebabkan oleh parasit melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Primaquine bekerja dengan menghambat pertumbuhan parasit penyebab malaria dalam tubuh. Primaquine juga digunakan untuk mencegah malaria kembali muncul.
Di Mimika dan Papua pada umumnya, pasien terinfeksi malaria selain mengonsumsi obat primaquine (berturut-turut selama 14 hari pada jam yang sama) juga diberikan obat dehidro artemisinin pipraquine (DHP) Frimal (obat biru).
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Mimika Reynold Ubra mengatakan saat ini persediaan obat primaquine di Mimika tersisa 180 dus yang diperkirakan akan bertahan hingga September.
"Kami sudah mengonfirmasi ke Kemenkes ternyata bahan baku obat ini baru tersedia akhir tahun ini sehingga ketersediaan stok di pusat baru akan ada pada 2021. Tentu ini menjadi masalah bagi Mimika," kata Reynold.
Dinkes Mimika juga telah berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi Papua, namun ternyata stok obat primaquine di Jayapura juga sudah mulai menipis. (Antara)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...