Mint, untuk Kesehatan Mulut
SATUHARAPAN.COM – Tanaman mentha, juga dikenal sebagai mint, menurut Wikipedia adalah tumbuhan dari keluarga Lamiaceae (keluarga mint), tanaman herbal yang sangat terkenal di seluruh dunia. Daun mint mempunyai aroma wangi dan cita rasa dingin menyegarkan, digemari banyak orang. Daun mint juga dipercaya dapat mencegah dan mengatasi beberapa penyakit, salah satunya demam.
Aroma wangi dan semriwing menyegarkan daun mint, disebabkan kandungan minyak atsiri berupa minyak menthol. Daun mint ini bisa diolah menjadi beragam masakan, mulai dari bumbu seafood, campuran salad, campuran jus, campuran teh atau ditumis.
Daun mint yang memiliki rasa hangat, segar, aromatik, manis, dengan aftertaste dingin, digunakan dalam teh, minuman, jeli, sirup, permen, dan es krim.
Mint juga banyak digunakan untuk berbagai produk, seperti penyegar napas, permen karet, pasta gigi, obat kumur, dan minyak angin.
Selain itu, mint juga bisa menghilangkan racun yang ada dalam tubuh karena mint bersifat diuretik dan antimikroba
Tim peneliti Departemen Farmasi Universitas Urmia Ilmu Kedokteran, Urmia, Iran, meneliti efek farmakologis dan terapeutik dari mint dan konstituen utamanya, mento. Hasil penelitian menunjukkan mint adalah herbal dengan berbagai sifat farmakologi seperti efek antimikroba, gastrointestinal, dan sistem saraf.
Daun mint, dikutip dari repository.unimus.ac.id, bermanfaat sebagai antibakteri untuk mengatasi kesehatan organ mulut dan gigi, serta merangsang produksi air liur. Selain itu daun mint mengatasi masalah pernapasan, meringankan rasa mual dan kembung, merelaksasi kerja otot polos di perut sehingga terhindar dari kram.
Pemerian Botani Tanaman Mint
Mint dikutip dari repository.unimus.ac.id, adalah herba berakar rizoma, tumbuh mencapai tinggi 30 – 90 cm. Daunnya berwarna hijau gelap dengan pembuluh daun kemerahan. Ujungnya tajam dan tepi kasar seperti gigi. Pada daun dan batangnya teraba bulu-bulu kecil. Bunga daun mint berwarna ungu, bermahkota 4 lobus berdiameter sekitar 5 mm.
Di sekitar batang terdapat duri tebal tapi tumpul tersusun melingkar. Bunganya muncul pada pertengahan akhir musim panas.
Tanaman mint, dikutip dari Wikipedia, memiliki nama ilmiah Mentha piperita, merupakan sebuah genus yang terbagi menjadi 25 spesies. Tanaman ini biasanya ditanam di Eropa, Asia, Afrika, Australia, dan Amerika Utara.
Mint , dikutip dari ayurvedicoils.com, adalah obat herbal universal untuk berbagai masalah kesehatan. Orang-orang Romawi dan Yunani tradisional menggunakan daun ajaib ini untuk mengobati gangguan pencernaan, sakit perut, dan penyakit pernapasan.
Orang-orang Eropa menggunakan daun mint untuk mengatasi gangguan kandung empedu, perut kembung, batuk, dan gangguan pencernaan lainnya. Daun mint juga telah digunakan dalam berbagai hidangan lezat di seluruh dunia termasuk masakan India, benua Asia, Timur Tengah, Amerika, dan Inggris. Daun mint juga telah digunakan dalam pembuatan varietas teh tradisional di India.
Di India, daun mint berguna mengobati pencernaan. Suku Aztec menggunakannya untuk obat sakit kembung dan batuk, juga untuk menginduksi berkeringat dan menyembuhkan insomnia. Minyak mint diekstraksi dan dioleskan ke kulit untuk mengatasi nyeri.
Mint adalah bahan yang diperlukan dalam teh Touareg, teh populer di negara-negara Afrika dan Arab utara.
Meskipun digunakan dalam banyak produk konsumen, mint dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang, menginduksi gejala seperti kram perut, diare, sakit kepala, mulas, kesemutan atau mati rasa di sekitar mulut, anafilaksis atau dermatitis kontak.
Dalam sebuah penelitian tahun 2011, para peneliti menemukan minyak pepermint sangat baik mengurangi penyakit irritable bowel syndrome yang punya gejala sembelit, diare, kembung, mual, dan mulas.
Manfaat Herbal Tanaman Mint
Mint, dikutip dari ayurvedicoils.com, dipercaya untuk menyembuhkan berbagai kondisi kesehatan termasuk depresi, kecemasan, ketegangan saraf, kurangnya harga diri, asma, rematik, kongesti bronkhial, kurang nafsu makan, demam, kondisi rematik, halitosis, ketombe, jerawat, perut kembung, bau mulut.
Daun mint, dikutip dari repository.unimus.ac.id, juga meningkatkan kelembaban kulit , mengobati jerawat, mengangkat sel mati, menghaluskan kulit, serta vitamin A mampu mengontrol minyak berlebih.
Kandungan utama daun mint, minyak atsiri yang komponennya terdiri atas menthol, monoterpen lain termasuk menthone, mentil asestat, menthofuran, cincol, dan limonne.
Ramadinda Dewi Laura Ongko dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha, meneliti perbandingan efektivitas berkumur ekstrak bunga cengkeh dan ekstrak mint pada pasien gingivitis. Hasil penelitian menunjukkan dari bahan kumur ekstrak bunga cengkeh dan ekstrak mint memiliki kemampuan dapat menurunkan skor gingivitis berdasarkan Modified gingiva indeks (MGI).
Meida Prestihani (2014), Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, melakukan uji efektivitas minyak esensial daun mint sebagai insektisida terhadap nyamuk Anopheles aconitus dan Aedes aegypti. Bau khas dari minyak esensial daun mint tidak disukai oleh nyamuk. Sebab itu minyak esensial daun mint dapat digunakan sebagai insektisida untuk mematikan nyamuk Anopheles aconitus dan Aedes aegypti. Hasil penelitian menunjukkan terdapat efek insektisida minyak esensial daun mint terhadap nyamuk Anopheles aconitus dengan konsentrasi 40 persen dan Aedes aegypti dengan konsentrasi 60 persen.
Penelitian Edy Siswantoro dari Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto, meneliti pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap penurunan sesak napas pada pasien tuberkulosis. Sesak napas pada tuberkulosis paru akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
Gejala itu ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas. Karena itu ditemukan cara untuk mengurangi sesak napas, salah satunya dengan aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana. Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap penurunan sesak napas pada pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Sooko-Mojokerto.
Sampel diambil sebanyak 16 responden, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan teknik simple random sampling.
Melihat hasil penelitian itu maka aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana dapat dijadikan sebagai terapi nonfarmakologi untuk mengurangi gejala klinis dari tuberkulosis yaitu sesak napas.
Tim peneliti Institut Kesehatan Nasional, Islamabad-45500, Pakistan, dan Pusat Virologi dan Imunologi, Universitas Sains dan Teknologi Nasional Islamabad, Pakistan, menganalisis fitokemikal, antialergi, dan antiinflamasi aktivitas Mentha arvensis pada hewan
Penyakit alergi cukup umum di semua bagian dunia dan melibatkan semua kelompok etnis dengan bronkhial asma, rinitis alergi, konjungtivitis dan eksim merupakan manifestasi yang paling umum. Daun Mentha arvensis kaya sumber phytoconstituents sekunder, yang memberikan efek terapeutik mereka terhadap alergi dan penyakit radang. Hasil ini mendukung klaim tentang penggunaan ramuan ini dalam obat-obatan rakyat.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...