Miss World 2013: Manuela Modong Mogga, Wakil Sudan Selatan, Orang Kristen Lahir Baru
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kecantikan tidak hanya dimonopoli perempuan berkulit putih. Tetapi, perempuan berkulit hitam nan eksotis ini pun mampu memukau para juri. Manuela Modong Mogga (21) menang di ajang Miss Sudan Selatan. Kini bergabung dengan gadis-gadis seluruh dunia di Nusa Dua, Bali, berkompetisi di ajang Miss World 2013. Ia adalah orang Kristen lahir baru yang hidup di negara yang baru merdeka. Berpuluh tahun, kampung halamannya hancur karena perang saudara.
Manuela Modong Mogga, pada 15 April 2013 lalu menggantikan posisi Atong Demach—pemenang 2012—meraih mahkota sebagai Miss World Sudan Selatan 2013. Tahun ini ia mengambil jurusan kedokteran untuk meraih cita-citanya sebagai dokter. Ia pun memiliki hasrat untuk membangun rumah singgah untuk anak-anak. Manuel Modong menggambarkan dirinya sebagai seseorang yang rendah hati dan gadis muda pekerja keras. Hobinya adalah bermain netball, mendengarkan musik gospel, dan bernyanyi.
Sebelum ke Indonesia, ia sempat mengunjungi sekelompok anak-anak putus sekolah dan berdiskusi dengan mereka. Sangat menakjubkan ketika ia tahu bahwa anak-anak tersebut memiliki mimpi besar dan ingin meraih impian tersebut. “Pendidikan adalah langkah yang tepat untuk menyempurnakan mimpi dan sebuah kunci keberhasilan,” kata Manuela.
Gadis Kristen yang taat terhadap ajaran agamanya ini mempunyai motto hidup, yaitu, "Cintai apa pun yang Anda lakukan dan lakukan apa pun yang anda cintai. Ada harta karun pada setiap kesempatan dan tidak ada batasan dalam hidup Anda."
Sudan Selatan
Manuela Modong adalah pemenang dalam perhelatan kali kedua di negaranya. Sudan Selatan awalnya merupakan bagian dari negara Sudan Anglo-Mesir dan Mesir. Lalu, menjadi provinsi dari Republik Sudan saat merdeka pada 1956.
Perang Saudara Sudan Pertama berlangsung dari tahun 1955-1972 itu disebabkan karena banyak faktor, yaitu orang-orang selatan merasa dilupakan oleh pemerintah pusat Khartoum, selatan menganggap kesempatan kerja, kekayaan dari minyak, pembangunan infrastruktur, dan layanan publik semua dipusatkan di utara, yang dikenal sebagai ”segitiga Arab”, sepanjang bagian utara Sungai Nil.
Orang-orang selatan juga merasa bahwa pemerintah pusat memaksakan budaya dan agama pada mereka. Sejak semula, secara historis Sudan terbelah menjadi dua: utara didominasi orang-orang Arab dan Muslim, sedangkan selatan non-Arab, animis, dan Kristen.
Kemudian terjadilah Perang Saudara Sudan Kedua dengan penyebab yang sama yaitu, masalah politik-ekonomi berdasarkan masalah agama dan etnis pada 1983-2005 yang berakhir dengan Perjanjian Damai Komprehensif tahun 2005.
Akhirnya, otonomi selatan dikembalikan ketika Pemerintah Otonomi Sudan bagian Selatan sudah dibentuk. Dengan demikian, Sudan Selatan merdeka pada 9 Juli 2011 dari hasil referendum yang dibacakan pada 9 Januari 2011 yang hasilnya 98% warga memilih merdeka.
Jumlah penduduk Sudan Selatan menurut data statistik 2006 adalah sekitar 11 juta orang sampai dengan 13 juta orang. Wilayah Sudan Selatan juga mayoritas memeluk agama Kristen sebagai kepercayaan mereka dan aliran kepercayaan tradisional. Sisanya sekitar 18% memeluk agama Islam. Kini, mereka mulai membangun negara dari reruntuhan perang saudara lebih dari 40 tahun. (missworld.com, wikipedia.org)
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...