Mitigasi Bencana dengan Tanaman Vetiver
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden RI Joko Widodo memerintahkan agar jajarannya turut melakukan penanaman tanaman yang diketahui memiliki kemampuan untuk mencegah tanah longsor dan erosi seperti tanaman vetiver, yang dapat menahan gempuran aliran hujan deras dan menjaga kestabilan tanah sebagai langkah upaya mitigasi bencana.
"Saya kira tanaman vetiver, akar wangi, akan saya cari sebanyak-banyaknya bibit dan benihnya, sehingga bisa kita lakukan penanaman terutama di Lebak dan Kabupaten Bogor," kata Presiden saat menerima sejumlah kepala daerah di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, (8/1) bersama Kepala BNPB, Menteri PU, Menteri LHK, dan Seskab.
Vetiver atau akar wangi adalah sejenis rumput yang berasal dari India dengan nama Latin Chrysopogon zizanioides, dengan nama sinonim Vetiveria zizanioides. Jarang orang tahu bahwa tanaman vetiver memiliki banyak manfaat yang baik terhadap lingkungan hidup. Manfaat dari tanaman vetiver antara lain bagian daunnya dapat bermanfaat menyerap karbon, pakan ternak, mengusir hama, bahan atap rumah, dan bahan dasar kertas. Pada bagian akarnya bermanfaat mencegah longsor dan banjir, memperbaiki kualitas air, melindungi infrastruktur, menyerap racun, dan menyuburkan tanah.
Jenis rumput ini mempunyai nama berbeda untuk daerah-daerah di wawasan Nusantara, seperti: Gayo useur, di Manado akar babau, di Timor, akar banda, di daerah Sunda janur, narawasatu, usar.
Di Jawa namanya larasetu, larawastu, rarawestu. Nama lokal lainnya adalah karabistu (Madura), anggarawastu, padang babad sanur (Bali), tahale (Gorontalo), narawasatu, sare ambong (Makassar), nawarasatu, sere banding (Bugis), gara ma kusu batawi (Ternate), bara ma kusu batai (Tidore), ruju-ruju (Halmahera utara), dan di Halmahera selatan babuwa mendi (weda).
Vetiver, yang di Indonesia dikenal sebagai akar wangi (Vetiveria zizanioides), adalah sejenis rumput-rumputan berukuran besar yang memiliki banyak keistimewaan.
Di Indonesia, rumput ajaib ini baru dimanfaatkan sebagai penghasil minyak atsiri melalui ekstraksi akar wangi, tetapi di mancanegara vetiver banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan ekologis dan fitoremediasi (memperbaiki lingkungan dengan menggunakan tanaman) lahan dan air, seperti rehabilitasi lahan bekas pertambangan, pencegah erosi lereng, penahan abrasi pantai dan stabilisasi tebing melalui teknologi yang disebut Vetiver Grass Technology (VGT), atau Vetiver System (VS), sebuah teknologi yang sudah dikembangkan selama lebih dari 200 tahun di India.
Vetiver System adalah sebuah teknologi sederhana yang berbiaya murah dengan memanfaatkan tanaman vetiver hidup untuk konservasi tanah dan air serta perlindungan lingkungan. VS sangat praktis, tidak mahal, mudah dipelihara, dan sangat efektif dalam mengontrol erosi dan sedimentasi tanah, konservasi air, serta stabilisasi dan rehabilitasi lahan.
Vetiver juga mudah dikendalikan, karena tidak menghasilkan bunga dan biji yang dapat cepat menyebar liar seperti alang-alang atau rerumputan lainnya. Keistimewaan vetiver sebagai tanaman ekologis disebabkan oleh sistem perakarannya yang unik. Tanaman ini memiliki akar serabut yang masuk sangat jauh ke dalam tanah, saat ini rekor akar vetiver terpanjang adalah 5,2 meter.
Akar vetiver diketahui mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras. Di lereng-lereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi semacam jangkar yang kuat. Cara kerja akar ini seperti besi kolom yang masuk ke dalam menembus lapisan tekstur tanah, dan pada saat yang sama menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya. Kondisi ini bisa mencegah erosi yang disebabkan oleh angin dan air sehingga vetiver dijuluki sebagai “kolom hidup”.
Akar-akar vetiver yang masuk ke dalam tanah sedalam ± 3 meter, akan berfungsi seperti kolom-kolom beton yang menahan tanah agar tidak longsor sehingga tanah menjadi stabil. Barisan itu juga menahan material erosi di belakang tubuhnya yang dapat mengurangi kecuraman dan akhirnya membentuk teras-teras yang lebih landai.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan evaluasi dan bekerja sama dengan baik dalam hal pengendalian banjir dan bencana alam, utamanya di wilayah ibukota dan sekitarnya. Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan kota harus berjalan beriringan dalam menjalankan strategi pengendalian baik dalam jangka pendek maupun panjang.(bnpb.go.id)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...