Moon Dance untuk Sambut Imlek
SATUHARAPAN.COM – Perancang busana Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese meneruskan tradisi menggelar peragaan busana untuk menyambut dan merayakan Tahun Baru Imlek. Peragaan koleksi baru 68 gaun bergaris feminin yang menjadi ciri khas pasangan perancang busana itu, digelar di Grand Ballroom Hotel Mulia, Jakarta, 3 Februari, ditutup pameran dua gaun pengantin putih dari koleksi Sebastian Sposa.
Pasangan perancang itu kembali menginterpretasikan gaun cheongsam menjadi beragam busana modern yang kaya siluet, konstruksi, detail, dan kemewahan baru. Seba dan Cristina menampilkannya dalam gaun pendek, gaun panjang, celana terusan, busana dua bagian, hingga busana tiga penggal.
Selain detail bordir di bagian dada dan chinese tessel di antara garis belahan tinggi rok, Seba dan Cristina menampilkan koleksi cheongsam berkerah tinggi, siluet boxy pada blus ataupun gaun terusan, hingga koleksi gaun dengan garis bahu rendah tanpa menghilangkan ciri khas kerah China.
Kemeriahan suasana ditampilkan pasangan perancang itu melalui pemilihan warna yang bervariasi, mulai dari hijau limau, lavender, merah, oranye, selain warna monokromatis hitam, putih, warna-warna perak dan emas, di atas bahan-bahan pilihan lace, brokat, pique, damask, mikado, dan jacquard.
“Saya memilih tajuk Moon Dance, atau Yue Liang Wu, untuk menggubah eksplorasi busana rancangan yang bernuansa Oriental ini. Selain sebagai perayaan yang membawa makna kebahagiaan, bulan seolah tengah menari mengikuti pergantian musim,” kata Seba mengenai inspirasi karyanya.
Mengedepankan Kreativitas
Perayaan menyambut Tahun Baru Imlek, atau sering disebut Lunar New Year, menjadi peringatan penting bagi warga Tionghoa. Chinese New Year yang jatuh di tanggal berbeda dalam almanak Masehi, mengikuti perputaran bulan dalam perhitungan kalender Tiongkok, juga menjadi penanda pergantian musim.
Bagi pasangan Sebastian dan Cristina, menyambut Tahun Baru Imlek menjadi bagian dari perjalanan karier mereka untuk meluncurkan koleksi baru, selain peluncuran koleksi baru melalui peragaan tunggal tahunan.
Berbeda dengan di pusat-pusat mode di luar negeri yang mengenal empat musim, musim semi-musim panas (spring/summer) dan musim gugur-musim dingin (fall/winter), Indonesia, menurut Sebastian dalam suatu pembicaraan dengan satuharapan.com sebelumnya, memiliki ciri khas. “Pesta” mode di negeri ini, menurut Sebastian, dalam arti peluang besar untuk melahirkan koleksi rancangan, lebih dikaitkan dengan perayaan hari besar keagamaan seperti Lebaran dan Natal, selain Imlek.
Seba dan Cristina termasuk dalam jajaran perancang busana di negeri ini yang mampu mengembangkan usaha. Walau terasa berat, menurut pengakuannya, Seba optimistis, dengan tak pernah berhenti mencari peluang. Di antaranya, memilih melahirkan koleksi rancangan yang mengedepankan kreativitas. “Dengan demikian produk akan lebih eksklusif dan menyiasati pemasarannya dengan kalender peristiwa yang sesuai, yang mampu menarik konsumen,” kata Seba.
Editor : Sotyati
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...