MUI Ajak Pendukung Capres-Cawapres Tidak Saling Mengkafirkan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Majelis Ulama Indonesia mengajak pendukung capres-cawapres peserta Pilpres 2014 agar tidak berlebihan dalam membela pemimpin idamannya, bahkan saling mengkafirkan.
"Jangan sampai masuk kepada hal seperti itu, kafir-mengkafirkan. Alhamdulillah dua pasangan calon itu adalah orang Islam," kata Ketua Umum MUI Din Syamsuddin di kantornya, kawasan Monumen Proklamasi, Jakarta, Kamis (5/6).
Din mengimbau agar setiap pendukung memberikan dukungan secara wajar dan tidak berlebih-lebihan.
"Jangan sampai ada yang terlalu ekstrim dalam membela salah satu pasangan, bahkan sampai mendeklarasikan diri berani mati untuk capres-cawapres idamannya," kata dia.
Ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengimbau agar masyarakat tidak terjebak kepada fanatisme buta.
"Agar setiap pihak tidak terjebak kepada fanatisme buta. Masyarakat Islam sendiri jangan sampai terpecah belah hanya karena terbelah kepada pilihan nomor satu atau dua. Silakan pilih sesuai fatwa kalbu masing-masing karena kedua pasangan itu sama-sama Muslim."
"Jangan sampai masyarakat terjebak dalam permusuhan dan pertentangan menuju perprcahan. Silakan tentukan pilihan masing-masing. Beri dukungan secara wajar tidak berlebihan bahkan fanatik buta dan menjadi ekstrimis dengan berpegangan pada moto `baik buruk adalah calon pemimpinku`," tukasnya.
Menurut Din, ajang pilpres sangat rentan terhadap terjadinya perselisihan yang parah.
"Di ajang kontestasi ini adalah saat yang rentan dengan merajalelanya ghibah (pergunjingan) dan fitnah, merebaknya isu-isu SARA khususnya agama," ucapnya.
Sebagaimana diberitakan, terdapat kampanye hitam yang diduga dilancarkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab terhadap masing-masing capres-cawapres.
Kampanye hitam itu sangat bervariasi seperti masalah HAM, nasionalisme, SARA dan tentang kadar ketaatan beragama dari capres atau cawapres.
Dari kenyataan yang terjadi di lapangan itu, MUI mengimbau kampanye-kampanye hitam semacam itu untuk tidak dilakukan karena mengancam persatuan dan memicu disintegrasi bangsa.
Pemilu Presiden 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yati Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Perang Badar
Terkait Perang Badar yang disampaikan Amien Rais, Din Syamsuddin menilai sebagai sesuatu yang berlebihan jika Pilpres 2014 disamakan dengan Perang Badar, perang antara kaum Muslimin dengan orang kafir di masa Nabi Muhammad.
"Saya pribadi tidaklah berpandangan demikian (Pilpres 2014 sama dengan Perang Badar). Perang Badar sendiri merupakan peperangan antara Muslimin dan Musyrikin (orang syirik yang menyekutukan Allah). Sementara pasangan yang bersaing dalam kontestasi pilpres itu antara Muslim dan Muslim. Kurang arif jika digolongkan seperti itu, hal itu tidak perlu," kata Din.
Din justru mendorong masyarakat, terutama orang Islam yang memiliki hak pilih, untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pilpres 2014 tanpa harus terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Terlebih belakangan banyak beredar kampanye hitam yang menggunakan isu SARA.
Menurut dia, isu-isu itu sangat sensitif dalam memecah belah persatuan umat, terutama di periode jelang pemungutan suara Pilpres 2014.
"Janganlah terjebak pada permusuhan dan pertentangan menuju perpecahan. Silakan tentukan pilihannya masing-masing sesuai fatwa kalbu masing-masing," kata dia.
Sebagaimana diberitakan, Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Amanat Nasional Amien Rais mengatakan pihaknya akan menggunakan mental Perang Badar dalam menghadapi pemilu presiden ini.
Partai berlambang matahari itu sendiri tergabung dalam koalisi yang mendukung pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, rival dari Joko Widodo- Jusuf Kalla.
Amien saat itu mengutip semangat Perang Badar sebagai semangat perjuangan memenangkan Prabowo-Hatta, atau mengenyampingkan politik bagi-bagi kekuasaan di pemerintahan jika pasangan nomor urut satu itu mampu keluar sebagai pemenang dalam Pilpres 2014.
"Dahulukan perjuangan ketimbang bagi-bagi harta rampasan perang, jangan menerapkan mental Perang Uhud (yang mengedepankan rampasan perang)," kata dia.
Menurut petinggi PAN itu, perjuangan tentara Muslim dalam Perang Badar juga membawa semangat ikhlas membela kehormatan diri dan tanah air.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum PAN Drajad Wibowo meluruskan pernyataan Amien Rais terkait Perang Badar. Menurut dia, pernyataan seniornya dipelintir oleh berbagai pihak.
Drajad mengatakan pemelintiran itu seolah-olah menggelorakan peperangan antara Muslim dan non-Muslim padahal bukan begitu adanya.
Di lain pihak, cawapres Jusuf Kalla menyesalkan pernyataan Amien Rais yang menyamakan pemilu presiden dengan Perang Badar.
"Jangan selalu berbicara permusuhan, kami menyesalkan yang mengatakan pemilu adalah Perang Badar. Indonesia jangan dijadikan seperti Afghanistan, Mesir atau Suriah. Kita ini damai," kata pria yang akrab disapa JK tersebut. (Ant)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...