MUI dan Gereja Tingkatkan Harmonisasi Umat Palu
PALU, SATUHARAPAN.COM - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah dengan pimpinan sinode gereja yang tergabung dalam Regional Forum Evangelische Mission in Solidaritat (EMS) bersinergi untuk meningkatkan harmonisasi umat beragama.
"Harmonisasi umat beragama sulit dicapai, bila yang ditonjolkan ada perbedaan," ucap Ketua MUI Palu KH Zainal Abidin, di Palu, Minggu (9/10).
Gereja Pantekosta Indonesia Donggala (GPID) menggelar pertemuan regional Forum Evangelische Mission in Solidaritat (EMS) berlangsung di Desa Kalora, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Pertemuan itu menghadirkan para pimpinan gereja di antaranya Sinode Gereja Kristen Protestan di Bali, Gereja Masehi Injil Minahasa, Gereja Masehi Injili Halmahera, Gereja Kristen Sulawesi Selatan, Gereja Protestan di Sulawesi Tenggara, Gereja Toraja, Gereja Toraja Mamasa, Gereja Kristen Sulawesi Barat, Gereja Protestan Indonesia Luwu.
KH Zainal Abidin dilibatkan oleh EMS tersebut untuk membahas tentang strategi pembangunan harmonisasi antar umat beragama.
Kepada para pendeta, Zainal mengatakan semua umat beragama meyakini bahwa agama dan kitab sucinya berasal dari Tuhan.
Dengan demikian, ujar dia, agama memiliki persamaan, karena berasal dari sumber yang sama yaitu Tuhan.
Oleh karena itu, ia mengajak kepada tokoh agama untuk meningkatkan pemahaman keagamaan umatnya mengenai persamaan yang ada.
"Keharmonisan harus ada keserasian, olehnya kita semua perlu mengedepankan persamaan," ujarnya.
"Sesuatu yang berbeda, jangan dipaksakan untuk sama, dan yang sama jangan dipaksakan untuk berbeda," ungkap dia.
Zainal yang merupakan Guru Besar UIN Palu menjelaskan, dari sudut pandang dogmatis-teologis, setiap agama memiliki karakteristik yang khas dan membedakannya dari agama lain. Hal ini tergambar terutama pada tata cara beribadah atau sistem ritualnya masing-masing.
Namun, dari segi pesan- pesan moral yang bersifat sosiologis, terlihat jelas adanya nilai-nilai humanis universal yang disepakati oleh semua ajaran agama.
Maka, Rais Syuriyah PBNU itu mengatakan untuk membangun interaksi, dan harmonisasi umat beragama, aspek persamaan tersebut harus dikedepankan dalam kehidupan sosial keagamaan.
Dia juga mengatakan bahwa tokoh agama perlu menanamkan lima sikap yang menjadi pilar kerukunan umat beragama meliputi menerima perbedaan, mengedepankan persamaan, saling percaya dan memahami, menanamkan moderasi beragama, membangun kesadaran global.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...