Museum Menawarkan Cara Alkitabiah Merayakan Halloween
PARK HILLS, SATUHARAPAN.COM – Walau dianggap sebagai perayaan tradisional orang Amerika Serikat, ternyata tidak semua warganya nyaman merayakan Halloween. Museum All Saints di Elvins menawarkan alternatif yang lebih sesuai iman Kristen.
Acara yang memasuki tahun ketujuh ini aka diselenggarakan di Museum All Saints pada Rabu (31/10) dari pukul 5.30-20.30 Rabu dan Kamis (1/11) di Gereja Baptis Elvins.
“Kami sedang mencari beberapa cara untuk mengubah semua darah dan monster Halloween menjadi pernyataan positif. Kami mengatakan bahwa semua mutilasi dan anggota badan yang rusak yang kita lihat selama Halloween adalah hal nyata yang dilakukan sepanjang sejarah dan masih dilakukan demi segala macam dewa,” kata Pastor Bill Bond (30/10).
Museum ini memiliki display pada kehidupan orang-orang kudus yang berbeda, sejarah bagaimana mereka dikenal, dan menawarkan pengalaman Halloween alternatif.
“Banyak gereja benar-benar menghindari Halloween seperti wabah karena itu adalah perayaan sekuler,” kata Bill Bond Pastor. “Apa yang kami lakukan di sini adalah berusaha untuk menangkap sepotong sejarah bagi gereja dan melakukan sesuatu yang baik bagi masyarakat.”
Tur dimulai dengan ruangan yang didedikasikan untuk Halloween modern. Ini membahas simbolisme di balik perayaan dan interpretasi alkitabiah terhadap simbol-simbol Halloween. Hal ini juga berisi lelucon “flip-up” yang berserakan dinding dan “fakta atau fiksi “pertanyaan tentang asal-usul orang-orang kudus dan Halloween.
“Yesus menggunakan banyak humor dalam mengajar. CS Lewis pernah menulis, ‘satu hal yang Iblis tidak tahan adalah ditertawakan.’ Itu sebabnya banyak alasan orang mulai membuat topeng. Itu dua sisi bertentangan. Pertama, mereka bersembunyi dari apa yang mereka pikir adalah roh-roh jahat. Yang lainnya, mereka mengolok-olok Iblis. Dan, di sini semacam lelucon tentang iblis,” kata Bond.
Ruang Para Orang Kudus
Ruang berikutnya didedikasikan untuk orang-orang kudus modern. Sebuah tampilan di ruangan ini berfokus pada kehidupan lima orang martir di Ekuador yang dianggap kudus dalam banyak agama. Ruang ini juga memberi penghormatan kepada Eric Liddell, yang hidupnya menjadi dasar pembuatan film “Chariots of Fire.”
Ruangan lain didedikasikan kepada orang -orang kudus yang hidup pada periode Reformasi. Mereka termasuk Martin Luther dan pendiri dari Gereja Presbyterian.
“Sekarang kita akan kembali dari zaman modern menuju abad ke-13. Dan, kami memiliki orang-orang kudus yang telah banyak memengaruhi kita, seperti John Wycliffe, yang pertama kali mulai menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Kemudian, tidak ada perbedaan antara politik dan gereja, jadi jika Anda menantang gereja terorganisasi Anda berada dalam kesulitan,” kata Boyd.
Kamar empat dikhususkan untuk “bapa gereja “atau pendiri Gereja Kristen modern. Sebuah tema umum di antara para pendiri gereja adalah syahid dan ruangan ini bercerita tentang dua orang anggota pendiri yang meninggal atas nama kekristenan.
Ruangan terakhir di museum didedikasikan untuk Yesus dan Murid-murid Pertama, dan berisi pameran yang menyerupai makam tempat Yesus dibangkitkan. Beberapa buku di ruangan ini menyoroti kehidupan para murid yang menyaksikan kehidupan Yesus. Ruangan ini juga berisi penggambaran daVinci “Perjamuan Terakhir”, dan beberapa pesan lain dari Injil.
“Gambar-gambar berdarah yang kita lihat di Halloween, adalah benar-benar telah dilalui selama berabad-abad karena iman mereka, “kata Boyd.
Selain menampilkan sastra dan sejarah, museum menawarkan permainan dan aktivitas untuk anak-anak, makanan, dan minuman. Ada juga film, dokumen-dokumen Alkitab, dan simulasi katakombe.
Sejarah Singkat
Halloween juga disebut All Hallow’s Eve dirayakan padal 31 Oktober setiap tahun. Kemungkinan, budaya merayakan Halloween berasal dari orang-orang Celtic, nenek moyang bangsa Eropa, terutama di daerah Britania Raya. Halloween sering dihubungkan dengan festival Samhain yang digunakan untuk memperingati perubahan, dari musim panen menuju dinginnya musim dingin.
Konon, pada Hari Samhain, pintu menuju Dunia Kematian –yang sebenarnya melambangkan dekatnya manusia pada kelaparan dan kematian di musim dingin— terbuka. Maka, untuk menghalau roh jahat, pada festival Samhain dinyalakanlah api unggun dan kostum tertentu.
Halloween merupakan perpaduan antara budaya pagan dengan tradisi Kristiani. Hari Samhain merupakan tahun baru orang Celtic, yang jatuh pada 1 November. Ketika ajaran Kristiani makin kuat, digeserlah perayaan menjadi tanggal 31 Oktober. Halloween sendiri merupakan kependekan ‘All Hallows Even’ atau Petang sebelum Hari Raya All Hallow. Konon, perayaan ini diganti namanya hingga lima kali.
Jika ditilik ke akarnya, perayaan Halloween bukan sekadar menakut-nakuti orang atau membuat hari paling seram dalam setahun. Akan tetapi, sebaliknya. Perayaan ini, menyadarkan manusia akan kelemahan manusia dibandingkan alam. (dailyjournalonline.com)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...