Museum Zoologi LIPI Gelar Open House
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Merayakan ulang tahun yang ke-120, Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar Open House dan Science Camp di Gedung Widyasatwaloka, Cibinong Science Center, Pusat Penelitian Biologi LIPI, pada hari ini dan besok, 30 September dan 1 Oktober.
Direktur Museum Zoologicum Bogoriense LIPI Prof Dr Rosichon Ubaidillah, yang juga peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, menjelaskan kekayaan koleksi ilmiah MZB hingga sekarang telah mencapai 3.015.846 spesimen, terdiri atas 2.484 jenis koleksi moluska, 134 jenis cacing nematoda, 12.000 jenis serangga, 780 jenis krustasea, 1.200 jenis ikan, 498 jenis reptil, 334 jenis amfibi, 1.100 jenis burung, dan 470 jenis mamalia.
Kekayaan koleksi ilmiah fauna MZB -LIPI disebut-sebut terbesar dan terlengkap di kawasan Asia Tenggara. Salah satu kontribusi paling fenomenal museum ini adalah penemuan reptil biawak raksasa Varanus komodoensis dari Pulau Komodo pada 1912 oleh staf MZB bernama PA Ouwens.
Sebagai penanda penemuan itu, binatang komodo menjadi logo resmi institusi yang didirikan pada 1894 itu, dan sekarang ini menjadi bagian dari Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Kepala LIPI Prof Dr Lukman Hakim, sepertidikutip dari siaran pers LIPI, mengungkapkan pada masa awal berdirinya, museum tersebut hanya berupa satu laboratorium kecil yang terletak di kawasan Kebun Raya Bogor. “Seiring berjalannya waktu, laboratorium yang awalnya hanya mengoleksi dan meneliti serangga pada tanaman pertanian itu, terus berkembang meneliti jenis fauna lain seperti burung, mamalia, ikan dan moluska,” dia menjelaskan.
Pada 1997, Lukman melanjutkan, seluruh staf dan koleksi ilmiah fauna Indonesia MZB dipindahkan ke gedung baru Wiyasatwaloka di kawasan Cibinong Science Center, yang memiliki fasilitas berstandar internasional. Gedung museum lama di Kebun Raya Bogor tetap menjadi museum pameran, sedangkan seluruh kegiatan penelitian dilakukan di gedung baru. “Komitmen LIPI saat ini akan terus melakukan kegiatan ekspedisi di seluruh wilayah Indonesia sehingga jumlah koleksi ilmiah fauna Indonesia semakin lengkap dan dikenal dunia,” dia menegaskan.
Kurang Dikenal
Lukman mengakui, keterbukaan akses serta publisitas yang minim membuat MZB kurang dikenal masyarakat umum. Bahkan museum pameran MZB di dalam Kebun Raya Bogor masih kalah populer dibandingkan museum sejenis, seperti Museum Batu Secret Zoo di Jawa Timur dan Museum Rahmat di Medan.
Karena itu, MZB bekerja sama dengan Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI) mencoba mengubah pandangan masyarakat tentang kesan museum yang tertutup dan membosankan menjadi museum yang menarik dikunjungi. “Pada peringatan ke-120 tahun ini, kami membuat kegiatan Open House dan Science Camp yang menjadi media publikasi untuk menyampaikan perkembangan iptek khususnya tentang fauna Indonesia kepada masyarakat luas,” Rosichon mengemukakan.
Dia menambahkan, open house adalah kegiatan yang melibatkan semua elemen masyarakat. Mereka terlibat dan berinteraksi langsung dengan para staf peneliti melalui media display, acara game/kuis, multimedia dan sebagainya. Open house dibuat pula agar lebih komunikatif sehingga nantinya museum akan menjadi tempat yang nyaman untuk berkunjung, bermain, dan belajar.
Science camp adalah kegiatan yang menitikberatkan pada transfer ilmu pengetahuan zoologi bagi peserta yang dikemas dalam bentuk kegiatan kemah/outdoor. “Kedua kegiatan ini diharapkan memperluas pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman fauna Indonesia serta meningkatkan kepedulian dan peran aktif masyarakat dalam upaya pelestariannya,” Rosichon menambahkan. (lipi.go.id)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...