Musikono #16: Lagu untuk Syifa
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Malam sedang beranjak menyisakan mega merah di barat langit senja Dusun Semail. Dua buah piano diletakkan berdampingan di atas hamparan karpet di atas tanah berdebu karena masih dalam puncak musim kemarau. Tidak ada panggung, hanya hamparan sawah yang sudah selesai dipanen beberapa waktu lalu dan belum ditanami.
Oemah Larasati yang berada di Dusun Semail, Bangunharjo, Sewon-Bantul menjadi tempat perhelatan Musikono ke-16, sebuah program edukasi musik yang digagas secara mandiri oleh pianis Bagus Mazasupa. Melalui dialog interaktif Bagus menyampaikan materi-materi musik yang dimainkan dalam bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan ringan.
Pilihan Bagus pada tempat-tempat di perdesaan selain untuk edukasi adalah untuk menangkap nuansa dalam setiap repertoar yang disajikannya dalam suasana nglaras khas pedesaan. Pilihan tersebut sekaligus sebagai upaya mengenalkan warna musik klasik yang dipelajarinya sejak duduk di bangku SMA.
Mengawali Musikono #16 Bagus membawakan dua repertoar dari original soundtrack (OST) film The Notebook dan A Town with an Ocean View karya Joe Hishaishi yang menjadi OST film Kiki Delivery Service.
“Pada Musikono kali ini menghadirkan pianis cilik yang belajar secara otodidak. Namanya Syifa Ardianti Ishaputri. Saya ketemu secara tidak sengaja saat ngamen di Mirota Batik. Dia memiliki ketertarikan pada komposisi klasik yang saya mainkan. Iseng-iseng saya tawari untuk main di Musikono. Dan tanpa berpikir dia langsung mengiyakan. Surprised juga saya,” kata Bagus kepada satuharapan.com, Sabtu (28/9) malam.
Dua repertoar dimainkan oleh Syifa berjudul Pieces karya Amadeus Wolfgang Mozart dan lagu yang dipopulerkan Sherina berjudul Lihatlah Lebih Dekat melanjutkan dua repertoar Bagus.
“Saya belajar dari YouTube,” jelas Syifa sebelum memainkan repertoar Pieces tanpa partitur. Syifa adalah penyandang tuna netra. Gadis berusia 10 tahun mempelajari notasi piano langsung di bawah bimbingan bapak-ibunya dari kanal YouTube hanya dari nada-tempo tanpa mengenal aturan-aturan yang ada dalam sebuah partitur. Hanya mengandalkan kepekaan pendengaran.
Pada repertoar berikutnya Lihatlah Lebih Dekat dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi dimainkan Syifa dengan lancar.
Jeda sejenak dimanfaatkan Bagus untuk menjelaskan secara sederhana periodisasi musik klasik dan beberapa cirinya.
“Musik klasik itu muncul setelah era barok (baroque) dan sebelum munculnya era romantik (romantic). Berkembangnya sekitar tahun 1600-1900-an. Paling gampang melihatnya saat dimainkan dengan piano. Pianis memainkan musik klasik, tangan kiri digunakan untuk musik pengiring sementara tangan kanan untuk melodinya. Ini berbeda dengan musik barok dimana pada kedua tangannya, pianis memainkan melodi secara bersamaan,” jelas Bagus sambil memberikan contoh.
Penampilan berikutnya pianis asal Belgrade (Serbia) Vanja Dabic memainkan satu komposisi karya Frederic Chopin berjudul Ballade no.1 in G minor. Di bawah rumpun bambu yang tumbuh di pinggir sawah Vanja memainkan komposisi yang mungkin agak asing di telinga warga pedesaan. Namun, musik punya bahasanya sendiri untuk mencairkannya saat di tengah komposisi yang sedang dimainkannya Vanja sempat tersentak kaget mendengar suara kambing yang sedang mengembik dengan cukup keras. Berjarak 40 meteran dari tempat Musikono #16 dihelat terdapat kandang kambing warga. Respons Vanja tak urung membuat pengunjung tertawa. Semilir angin yang menyegarkan pun kadang dibarengi dengan aroma kotoran kambing. Itulah Musikono.
Dua repertoar berikutnya dimainkan Syifa membawakan komposisi Liberetto karya Lars Danielson dan Titi Kala Mangsa karya Sujiwo Tejo. Pada komposisi Titi Kala Mangsa Syifa sekaligus menyanyikan lirik lagu tersebut. Sebuah pilihan yang cukup berisiko mengingat Syifa harus membagi konsentrasi antara permainan piano dan lirik lagu yang dinyanyikan.
Pada repertoar berikutnya Syifa memainkan komposisi Negeri di Awan mengiringi Bagus yang menyanyikan lirik lagu tersebut.
“Lagu ini (Negeri di Awan) akan dimainkan Syifa mengiringi penyanyi aslinya Katon Bagaskara besok tanggal 2 Oktober,” jelas Bagus.
Intermezzo dalam Musikono #16 diisi Bagus dengan dua buah lagu berjudul Tiga-tiga dengan mengajak pengunjung untuk tampil menyanyikannya, sementara pada lagu Korban Janji-nya Guyon Waton dimainkan secara instrumen oleh Bagus dalam warna musik klasik.
Vanja yang pernah tampil pada Festival Seni Performa Kaliwungu tahun lalu mempersembahkan komposisi Metamorphosis No 2 karya Philip Glass untuk Syifa.
“Lagu ini untuk Syifa. Teruslah berlatih,” pesan Vanja kepada Syifa.
Musikono #16 ditutup dengan tiga komposisi. Dua komposisi berjudul Halimun dari Bulan Jingga dan Bag of Thick dimainkan kolaborasi antara Bagus dan Syifa. Pada lagu penuntup berjudul Desaku seluruh pengisi acara Musikono #16 maju ke panggung memainkan bersama-sama.
Selalu ada hal baru dan menarik dari Musikono, setidaknya kehadiran Syifa Ardianti Ishaputri pada Musikono #16 yang dihelat di Oemah Larasati Sabtu (28/9) malam dengan keterbatasan yang dimilikinya menyadarkan kita bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai.
Teruslah berlatih Syifa. Teruslah menyanyi.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...