Musisi Jepang Minta Maaf Atas Pelecehan pada Penyandang Disabilitas
Keigo Oyamada adalah komposer yang musiknya bagian dari pembukaan Olimpiade Tokyo.
TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Keigo Oyamada, seorang komposer Jepang yang musiknya menjadi bagian dari upacara pembukaan Olimpiade Tokyo, meminta maaf karena telah menggertak teman sekelasnya selama masa kecilnya.
Laporan tentang pelecehannya terhadap seorang anak penyandang cacat, yang muncul secara online baru-baru ini dan diliput di media Jepang, memicu reaksi keras di media sosial, menuntut pengunduran dirinya.
Oyamada, seorang musisi rock terkenal, telah membual tentang pelecehan secara rinci dalam wawancara majalah Jepang yang dia berikan pada tahun 1990-an.
"Saya meminta maaf dari lubuk hati saya yang paling dalam, tentu saja kepada teman sekelasnya sendiri yang telah saya sakiti, dan semua penggemar, teman, dan orang lain yang terlibat," kata Oyamada, yang juga dikenal sebagai Cornelius, dalam pernyataan pada hari Jumat (16/7) di situsnya.
Oyamada, yang juga meminta maaf di Twitter, mengatakan dia berharap untuk menghubungi orang yang telah dia ganggu dan meminta maaf. Dia "belum dewasa," katanya, dan rasa bersalahlah yang telah mencegahnya untuk melakukan sebelumnya.
Skandal itu adalah yang terbaru yang mengganggu Olimpiade, yang sudah bergulat dengan pandemi virus corona, dengan hanya lima hari sebelum pembukaan. Survei menunjukkan publik Jepang tetap khawatir dengan risiko kesehatan, dan beberapa menginginkan acara tersebut dibatalkan atau ditunda lagi.
Presiden IOC, Thomas Bach, telah menghadapi pengunjuk rasa di Tokyo dan Hiroshima, lokasi bom atom Perang Dunia II. Kritik juga berkembang tentang "resepsi selamat datang" untuk Bach yang dijadwalkan hari Minggu (18/7) malam di wisma negara. Tokyo sekarang berada di bawah "keadaan darurat" pemerintah atas pandemi, yang meminta orang untuk tidak keluar pada malam hari atau berkumpul dalam kelompok.
Awal tahun ini, Yoshiro Mori, mengundurkan diri sebagai ketua panitia penyelenggara atas pernyataannya yang dianggap seksis, tentang perempuan yang terlalu banyak bicara. Hiroshi Sasaki mengundurkan diri sebagai direktur kreatif untuk upacara pembukaan dan penutupan, karena menyarankan seorang aktris Jepang berpakaian seperti babi.
Takayuki Fujimoto, profesor studi media di Universitas Toyo, mendesak Oyamada untuk mengundurkan diri. Pelecehan itu, yang berlangsung saat Oyamada masih di sekolah dasar hingga sekolah menengah, melanggar prinsip-prinsip Olimpiade tentang keragaman dan hak asasi manusia, katanya dalam komentar online.
“Jika tidak, Olimpiade Tokyo akan memiliki warisan negatifnya, diberitahu dan diceritakan kembali, bahwa pelaku intimidasi yang mengerikan bekerja pada musik upacara pembukaan. Itu memalukan bagi bangsa kita,” kata Fujimoto. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Negara Pertama dan Terakhir Merayakan Tahun Baru 2025
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setiap negara ternyata memulai hitungan mundur tahun baru mereka pada wak...