Muslim Pakistan: “Kita Harus Belajar dari Bunda Teresa”
ROMA, SATUHARAPAN.COM – Filantropis Muslim asal Pakistan, Abdul Sattar Edhi mengatakan banyak hal yang dapat dipelajari dan diambil maknanya dari sosok biarawati legendaris yang baru saja ditahbiskan menjadi santa, yakni Santa Teresa.
“Kita harus belajar dari dia. Muslim harus mengadopsi konsep semangat misionaris. Kami akui lalai tidak banyak muslim yang terlibat dalam misi kemanusiaan,” kata Sattar Edhi beberapa waktu lalu, dan diberitakan kembali Catholic News Agency, hari Sabtu (3/9).
Paus Fransiskus menobatkan Bunda Teresa sebagai orang suci (santa) dalam sebuah misa kanonisasi, pada hari Minggu (4/9) di Vatikan, bertepatan dengan peringatan 19 tahun kematiannya di Kalkuta, India. Bunda Teresa lahir di Skopje, Makedonia dari orang tua Albania. Dia mendedikasikan hidupnya untuk orang miskin di India.
Sattar Edhi merupakan salah satu dermawan terkenal di Pakistan, banyak warga Pakistan dan India yang memberi julukan kepada laki-laki yang meninggal dunia 8 Juli 2016 tersebut sebagai “Teresa dari Pakistan".
Saat Sattar Edhi meninggal dunia, beberapa orang yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda menghadiri pemakamannya.
Sattar Edhi lahir di Gujarat, India pada 1928, namun dia pindah ke Pakistan pada 1947 untuk memulai aktivitas kedermawanannya yakni dengan mengepalai klinik kesehatan yang tidak memungut biaya bagi kaum papa. Klinik tersebut kini menjadi rumah bagi lebih kurang 5.700 orang.
Sementara itu anak Sattar Edhi, menurut India Today, Faisal Edhi mengemukakan Bunda Teresa adalah pekerja sosial yang besar yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani umat manusia tanpa membedakan kasta atau agama. “Kanonisasinya akan mengabadikan pelayanan untuk mereka yang termasuk kelompok termiskin,” kata Faisal Edhi.
Sosok seperti Santa Teresa, kata dia, membantu menciptakan lingkungan yang baik yang dapat membantu mengakhiri persaingan antara negara dan masyarakat.
Faisal menceritakan ayahnya, Sattar Edhi sering membicarakan Santa Teresa. “Ayah saya mengatakan umat Islam harus belajar teladannya dan pelayanan kepada orang lain,” kata Faisal Edhi.
Dia mengatakan saat ini di dunia masih banyak yang tidak setuju terhadap langkah yang dilakukan ayahnya dan Santa Teresa, karena masih ada kelompok yang tergolong garis keras dari agama tertentu yang melarang membantu pemeluk agama lain, karena mengalami ketakutan akan berpindah agama.
“Untuk mewujudkan kesejahteraan bagi sesama, saya rasa seluruh dunia membutuhkan semangat pelayanan dalam memahami penderitaan kelompok termarjinalkan,” kata Faisal Edhi.
Dia mencatat Edhi Foundation – yayasan yang didirikan Abdul Sattar Edhi – merupakan lembaga yang aktif membantu keluarga berkekurangan yang mengirimkan lima kilogram daging kambing untuk sebuah tempat pemeliharaan tunagrahita dan tunadaksa di Karachi, Pakistan yang bernama Dar ul Sukun. “Setiap hari saya harus melatih diri untuk melakukan apa yang Ibu Teresa lakukan,” kata dia.
Menurut dia, saat ini di dunia butuh banyak orang yang membantu kelompok disabilitas tanpa membeda-bedakan latar belakang. “Terutama anak-anak disabilitas,” kata dia.
Dia mengatakan pemerintah Pakistan saat ini gagal menyediakan fasilitas layanan publik yang baik seperti transportasi umum, kesehatan dan pendidikan yang berkualitas.
“Kami perlu lebih banyak orang seperti Ibu Teresa,” kata dia. (catholicnewsagency.com/intoday.in)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...