Nadia Murad, dari Budak Seks ISIS Menjadi Peraih Nobel Perdamaian
OSLO, SATUHARAPAN.COM – Nadia Murad, bersama Denis Mukwege, resmi menerima Hadiah Nobel Perdamaian dalam satu upacara di Oslo, Norwegia, pada Senin (10/12).
Bagi Murad dan Mukwege, Nobel Perdamaian merupakan pengakuan atas upaya keduanya mengkampanyekan dampak dari penggunaan pemerkosaan sebagai senjata perang.
Sudah sejak lama, Murad dan Mukwege, berkampanye untuk memastikan tidak ada pihak yang menggunakan pemerkosaan sebagai sebagai senjata perang di masa mendatang.
Saat menerima Hadiah Nobel Perdamaian, Murad mengatakan lebih dari 6.500 perempuan dari komunitas Yazidi diculik, diperkosa, dan diperjualkan.
"Ini terjadi di abad ke-21, di era globalisasi dan hak asasi manusia," kata Murad.
Nasib sekitar 3.000 perempuan dan remaja putri dari komunitas Murad, yang ditangkap kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) hingga kini tak diketahui.
"Para remaja yang masih belia dijual, dibeli, disekap, dan diperkosa setiap hari. Tak bisa dipahami, bagaimana pemimpin dari 195 negara tidak tergerak untuk membebaskan gadis-gadis ini," kata Murad.
Lelang Perempuan di Whatsapp
Ia dipuji karena secara terbuka berani membeberkan dan membagikan pengalaman menjadi budak seks ISIS, dengan harapan dunia akan memberikan perhatian yang lebih besar atas nasib komunitas Yazidi.
Murad ditangkap oleh milisi ISIS pada 2014.
Ia adalah satu dari sekitar 6.500 perempuan Yazidi yang diperlakukan sebagai "rampasan perang" oleh ISIS. Di tangan milisi ISIS, para perempuan ini dipaksa menjadi budak seks. Banyak di antaranya yang diperkosa beramai-ramai setiap hari.
Ekhlas, yang kini bermukim di Jerman, diperkosa setiap hari selama enam bulan ketika disekap oleh ISIS. Saudara perempuannya hingga sekarang tak ditemukan.
Video propaganda ISIS menunjukkan, bagaimana milisi-milisi ISIS memperjualbelikan perempuan-perempuan Yazidi.
Selain diperjualbelikan di pasar, banyak juga perempuan Yazidi yang dilelang melalui layanan pesan Whatsapp dan Telegram.
Salah satu pesan yang dilihat wartawan kantor berita Reuters menunjukkan, milisi ISIS menawarkan seorang gadis Yazidi berusia 12 tahun seharga US$12.500 (sekitar Rp182 juta).
Dari sekitar 6.500 perempuan Yazidi yang disekap oleh milisi ISIS, 3.000 dikembalikan ke keluarga, 1.000 diasuh oleh keluarga atau organisasi, sementara sisanya tak diketahui keberadaannya. (bbc.com)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...