Nama Royal Baby: Apakah Nama Mempengaruhi Kehidupan Seseorang?
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Para psikolog menyelidiki hal menarik tentang bagaimana nama mempengaruhi kehidupan kita, hal ini juga disampaikan dalam National Geographic.
Pangeran Inggris yang baru lahir diberi nama: George Alexander Louis. Pemilihan nama merupakan urusan penting bagi orangtua, maka tidak heran penelitian para psikolog menunjukkan nama seseorang bisa berpengaruh terhadap kejadian dalam hidup seseorang di kemudian hari.
Pangeran William, dengan gelar Duke of Cambridge, bernama lengkap William Arthur Philip Louis. Ayahnya, Charles, dengan gelar Prince of Wales, nama lengkapnya Charles Arthur George yang diberikan orangtua kerajaannya.
Pola nama tersebut terdiri dari empat kata tanpa menggunakan nama keluarga. Setiap nama pertama dipilih untuk menghormati keluarga kerajaan yang lalu dalam garis panjang House of Windsor (sebutan lain keluarga kerajaan).
Psikolog juga mengetahui beberapa orang mencari bantuan profesional yang mengerti tentang urusan pemberian nama bayi. Dalam sebuah fenomena yang disebut aptronim (pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan seseorang). Contohnya di Amerika pemain basket Tyce Tallman, juru masak, Jeff Kitchen, fotografer Christopher Fotos, pengacara Michael Laws, direktur HRD sebuah perusahaan Debi Humann, dan lain sebagainya.
Bagaimana Nama Dipersepsikan?
Untuk memahami lebih jauh bagaimana nama dipersepsikan, profesor psikologi Richard Wiseman dari University Herdfordshire menanyakan 6.000 penduduk Inggris untuk menilai 40 nama awal yang paling populer seperti yang menggambarkan kualitas intelejensia dan kesuksesan. Untuk sifat lainnya, “nama royal” yang paling banyak, misalnya James dan Elizabeth.
Wiseman menyimpulkan bahwa kemungkinan ada elemen nujum (ramalan) dari pemenuhan diri, jika anak-anak menggenggam standar tinggi, mereka sepertinya akan bisa melakukan sesuatu yang lebih besar.
Bagaimana Nama Mempengaruhi Karir?
Sejumlah peneliti menyisir melalui data demografi (penduduk) untuk menemukan bagaimana tren penamaan berpengaruh pada dunia kerja.
Adam Alter, seorang penulis dan profesor psikologi dan pemasaran, menemukan bahwa orang cenderung memilih nama yang sederhana untuk politisi.
Ekonom Bentley Coffey dan Patrick McLaughlin menemukan dalam sebuah penelitian bahwa wanita dengan nama yang terdengar maskulin (misal Kerry atau Jody) lebih mungkin untuk menjadi hakim daripada nama yang identik dengan feminin (Hazel, Laurie, atau Ashley).
Dalam penelitian tahun 2000an, psikolog James Bruning dari Ohio University menemukan bahwa orang yang secara sadar memprediksikan kesuksesan karir bagi mereka dengan nama mendekati stereotip jender yang cocok dengan profesi tersebut, hal ini berdasarkan pernyataan dari universitas.
Bruning menambahkan, “Saya tidak menduga terlalu tinggi pengaruh nama, tapi pada saat yang sama, nama sangat penting bagi kesan pertama.”
Bruning mengatakan, para pekerja kemungkinan membuat hubungan secara sadar antara jabatan dan apa yang mereka lihat sebagai kecocokan jender dari nama pelamar. Dalam penelitiannya yang dipiblikasikan dalam Journal of Social Psychology, wanita dengan nama feminin (Emma, Marta, Irma, Winifred) diperhitungkan akan lebih sukses dengan jabatan wanita secara tradisi seperti perawat, penata rambut, atau dekorator interior. Pria dengan nama maskulin (Howard, Boris, Hank, Bruno) diasumsikan akan lebih sukses dengan pekerjaan pria secara tradisi seperti tukang ledeng, pengemudi truk, dan mekanik.
“Nama wanita Garret dikaitkan cocok bagi pekerjaan penitipan anak. Pria dengan nama Hank yang menginginkan pekerjaan penata rambut misalnya, kemungkinan akan agak lama menyesuaikan dengan pekerjaan yang diinginkan tersebut, daripada Emma yang merencanakan jadi pramugari atau Bruno yang mencari pekerjaan konstruksi,” kesimpulan dari penelitian tersebut.
Ada Apa Dengan Nama Depan?
Tahun 2000, psikolog Brett Pelham yang kemudian menjadi analis untuk Gallup, menulis laporan penelitian yang disebut “Why Susie Sells Seashells by the Seashore (kenapa Susie menjual kerang di tepi pantai),” yang memposisikan orang sering mengikuti profesi yang mirip dengan nama depan mereka. Wanita dengan nama Laura sering menjadi pengacara (lawyer), sementara pria dengan nama Dennis sering menjadi dokter gigi (dentist), tulisnya.
Pelham juga mencatat bahwa wanita bernama Georgia cenderung pindah ke negara bagian Georgia, sementara pria dengan nama Louis sering berakhir tinggal di Louisiana.
Pelham melaporkan pada Science Focus bahwa ada kekuatan di balik pemilihan diri adalah sesuatu yang ia sebut “egoisme implisit”, di mana kita cenderung memilih hal-hal yang mengingatkan pada diri kita (sesuka hati kita), bahkan huruf dalam nama kita. “Jika Anda menyadari beberapa bagian dari nama Anda, ini menarik perhatian dan menciptakan hubungan positif bagi anda,” kata Pelham.
Dalam hal memberi nama royal baby, Bruning mengatakan bahwa keluarga kerajaan tersebut mempertimbangkan hal sejarah dan tradisi dengan sangat hati-hati. Ketika masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, Bruning mengatakan, “Ketika Anda memberi nama bayi, tapi sebenarnya Anda memberi nama pada orang dewasa, karena mereka akan menjadi dewasa 40, 50, atau 60 tahun.”
“Meletakkan gelar di depan nama orang dewasa dan coba perhatikan apakah cocok atau tidak. Presiden Trixie? Atau Presiden Catherine sepertinya akan lebih baik.”
Jika Anda orangtua dan telah memikirkan profesi tertentu bagi bayi Anda, cobalah berikan nama yang pantas bagi pekerjaannya ketika ia sudah dewasa kelak.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...