Nantilah
SATUHARAPAN.COM - Dulu…
Ketika anak-anak masih balita, saat terlintas keinginan untuk belajar ini dan itu, saya berpikir, nantilah kalau anak-anak sudah “gedean”. Ketika anak-anak sudah “gedean”, saat terbuka kesempatan untuk ke sana dan ke sini, saya berpikir, nantilah kalau anak-anak sudah bisa “mandiri”.
Dan ketika anak-anak sudah bisa “mandiri”, keinginan untuk belajar ini dan itu sudah menguap, kesempatan untuk ke sana dan ke sini pun tidak pernah datang lagi. Sedang waktu terus bergulir; tak terhenti, tak terbendung. Dan saya, tetap begini-begini saja.
Sekarang…
Ketika menengok ke belakang, kepada kehidupan yang sudah dijalani, saya tersadar dan tersentak, betapa banyak hal yang belum saya lakukan. Beberapa bahkan tidak bisa saya lakukan lagi.
Arghhh, andai dulu itu saya begini, sekarang tentu saya sudah di sini; andai dulu itu saya begitu, sekarang tentu saya sudah bisa ke sana. Andai dan andai. Padahal yang namanya perandaian, selalu adanya dalam imajinasi. Tidak di kenyataan.
Begitulah yang kerap terjadi.
Lalu kita pun menyesal. Bukan karena apa yang sudah kita lakukan, tetapi karena apa yang tidak (dan tidak pernah lagi bisa) kita lakukan; baik yang tidak kita lakukan untuk diri kita sendiri, maupun yang tidak kita lakukan untuk orang-orang terdekat kita.
Maka, jangan menunda-nunda apa (yang baik) yang bisa kita lakukan sekarang. Sebab kita tidak pernah tahu esok lusa akan bagaimana. Seperti ungkapan bijak ini, “Kemarin adalah kenangan. Besok adalah misteri. Hari ini adalah kenyataan.”
Editor: Tjhia Yen Nie
DJP: Semua Buku Bebas PPN, Kecuali Melanggar Hukum
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyataka...