NasDem Tolak Pembangunan Perpustakaan DPR
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dari Fraksi NasDem, Irma Suryani Chaniago, mengatakan DPR tidak perlu memaksakan pembangunan gedung baru untuk mendirikan perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara pada tahun ini.
Sebab, kata Irma, ekonomi di Indonesia sekarang sedang tidak stabil.
“Pembangunan gedung pada rapat akhir sebelum reses kami sepakati untuk ditunda dulu karena ekonomi sedang tidak stabil,” kata Irma saat dihubungi wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, hari Selasa (29/3).
Irma tidak menampik perpustakaan yang lengkap dibutuhkan dan masyarakat dapat memanfaatkannya. Namun demikian, ia menilai belum saatnya sekarang.
“Saya kira kita memang butuh perpustakaan yang lengkap dan nyaman, agar semua orang dapat memanfaatkan perpustakaan tersebut sebagai tempat menambah ilmu bagi masyarakat luas. Namun sekali lagi, biarkan pembangunannya dilaksanakan oleh pemerintah dan DPR terima gedung saja. Di tengah situasi ekonomi yang belum stabil seperti saat ini harus dihitung kembali tingkat kebutuhan dan kepentingannya,” kata dia.
Lain hal dengan politikus senior dan petinggi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hasrul Anwar yang mendukung pembangunan perpustakaan DPR.
“Sebagai gedung parlemen RI, sudah perlu ada perpustakaan, kalau kita melihat berbagai kantor parlemen negara lain, mereka punya perpustakaan yang bagus,” kata dia.
“Jadi diperlukan lah itu, saya pikir jangan konotasikan menghamburkan biaya. Lihat manfaatnya jauh ke depan untuk generasi muda. sebagai negara yang punya penduduk nomor 5 terbesar di dunia, sebagai parlemen modern, kurang baik kalau tidak punya perpustakaan,” dia menambahkan.
Sementara itu, Ketua DPR RI Ade Komarudin memperjuangkan gedung perpustakaan supaya berdiri di DPR.
“Saya pribadi, memperjuangkan yang saya pandang benar. Selaku ketua DPR, belum tentu pendapat pribadi jadi kebenaran kolektif. Untuk jadi kebenaran kolektif harus diperjuangkan. Kadang berhasil kadang tidak. Saya tidak akan pernah ambil keputusan tanpa bicara dengan fraksi,” kata dia.
“Publik mengatakan DPR tidak boleh dipercaya, itu tantangan yang tidak mudah saya hadapi. Realitanya yang harus saya hadapi, tidak mungkin hadapi sehari dua hari. Saya kerja keras. Saya tidak mau jadi jaim phobia. Jaga image phobia. Banyak yang pilih citra di atas. Saya lebih memilih tidak peduli pada citra itu,” dia menambahkan.
CBA Nilai Pembangunan Perpustakaan Sebagai Akal-Akalan DPR
Sebelumnya Direktur Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menilai rencana pembangunan perpustakaan itu sebagai akal-akalan DPR memainkan anggaran negara setelah sebelumnya rencana pembangunan gedung baru DPR senilai Rp 570 miliar ditolak rakyat dan pemerintah dengan kebijakan moratorium.
Namun, Ketua DPR Ade Komarudin tidak diambil pusing dengan adanya kritikan terhadap wacana proyek pembangunan perpustakaan umum parlemen itu.
“Kalau ada yang bilang akal-akalan, silakan saja, EGP (Emang Gue Pikirin)," kata Ade Komarudin.
Menurut Ade proyek pembangunan perpustakaan umum parlemen yang diusulkan sejumlah cendekiawan itu sesuai akal sehat.
“Kalau dengan akal sehat, saya kira tidak ada alasan untuk merecoki usulan yang disampaikan cendekiawan," kata dia.
Editor : Eben E. Siadari
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...