Natal A Plus
Natal adalah cinta!
SATUHARAPAN.COM – Engkau menuliskan kata yang agung itu… Natal. Kemudian tanganmu berhenti di udara… tidak ada lagi yang dapat kau tuliskan… Natal… lalu apa… apa… apa… apa…!
Jika engkau masuk ke gerbang ibadah… untuk pertama kalinya… engkau mendengarkan pesan yang disampaikan Sang Rohaniwan. Setitik air bagai jatuh pada sanubarimu yang kerontang… engkau memejamkan mata… merasakan sukacita yang melonjak-lonjak itu…. Dan engkau ingin lagi… lagi… dan lagi….
Engkau bahkan dapat mengulangnya untuk siapa saja yang mau mendengarkan ceritamu… tentang kisah menakjubkan yang telah membuatmu menangis… tertawa… tersenyum setiap harinya… seakan-akan engkau Sang Rohaniwan itu sendiri….
Namun, jika engkau telah mendengarkannya pada usia dini di pelataran ibadah itu… maka di usia dewasamu… kisah itu mulai kehilangan pesonanya… kehilangan gregetnya. Memang… itu kisah yang sangat indah… luar biasa indah… tetapi keindahannya telah menjadi klise bagimu.
Berapa kali engkau mendengarkan kisah itu… dua ratus kali? Lima ratus kali? Seribu kali? Maka engkau telah mendengarkan semua…. Engkau bisa mengulangnya sambil multitasking… memasak… mencuci mobil… menonton televisi… berkendara… Yah… begitulah… jika ada ujian yang memuat pertanyaan tentang kisah natal… Engkau akan menjawab semuanya tanpa ampun… dan mengantungi nilai A Plus! Aha… engkau lulus dengan magna cum laude…ilmu pernatalan….
Tetapi tolong… jangan tanyakan yang itu-itu saja… tanyakanlah yang baru… dan kisahkanlah cerita baru…. Manusia papa dengan kebosanannya yang akut…! Betapa engkau tidak menyadari… betapa tidak tahu bersyukurnya dirimu…. Karena di banyak belahan dunia lain… untuk menikmati sedikit dari kisah itu saja… orang rela mempertaruhkan hidupnya….
Mereka menyimpannya di bawah bantal… di sela-sela pakaian… di ceruk dinding… dan mengeluarkannya dengan hati-hati… secarik kertas lusuh yang terserak dari kumpulannya… diedarkan bagaikan roti penyambung hidup yang berharga… meratakannya… dan membacanya… lagi dan lagi… Dan semua menjadi begitu berarti karena Natal…
Tetapi tanganmu terhenti di udara… bagaimana engkau akan menuliskannya? Sebuah kisah yang suatu kali pernah begitu memesonamu… tentang cinta yang begitu agung…. Ah cinta pertama yang purba…. Tidakkah engkau dapat merasakannya lagi di dalam hatimu yang kelu membatu?
Akhirnya engkau bangkit dari mesin pengolah katamu… berusaha keluar dari otakmu yang tersumbat… hati yang mati rasa…
Hujan Desember mulai jatuh menyapa bumi. Udara yang harum tanah itu… engkau menghirupnya dengan nikmat dan… rakus… Tiba-tiba engkau tertegun… engkau tidak mengatakan: ”Udara… udara lagi… udara yang itu-itu saja….”
Angin… udara… hujan… sinar matahari… cinta… kasih-sayang… bumi yang berputar pada porosnya… semuanya itu memberimu dinamika kehidupan… hidup yang tidak pernah sama… hidup yang sangat hidup!
Jadi Engkau bergegas menghampiri papan pengetikmu…. Hatimu… benakmu… penuh kata-kata yang berjejalan hampir tak terbendung…
Akan banyak yang engkau tuliskan… Pertama adalah ini: Natal adalah kehidupan… merayakan Natal adalah merayakan Sang Pemberi Kehidupan dan hidup itu sendiri.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...