NATO Belum Punya Rencana Bangun Pangkalan Militer di Swedia atau Finlandia
BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM-NATO tidak memiliki rencana saat ini untuk mengirim pasukan ke Swedia dan Finlandia setelah mereka menyelesaikan proses keanggotaan yang diluncurkan pekan ini, kata wakil kepala aliansi pertahanan, hari Selasa (5/7).
“Kami tidak berencana untuk memiliki kehadiran tambahan di kedua negara, mereka memiliki kekuatan nasional yang tangguh. Mereka mampu membela diri,” kata Wakil Sekretaris, Jenderal Mircea Geoana, dalam sebuah wawancara telepon.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan pekan lalu bahwa “jika kontingen militer dan infrastruktur militer dikerahkan di sana, kami akan berkewajiban untuk merespons secara simetris dan meningkatkan ancaman yang sama untuk wilayah-wilayah di mana ancaman telah muncul bagi kami.”
Geoana mengatakan bahwa “kami tidak berencana memiliki pangkalan NATO di kedua negara ini, karena mereka memiliki tingkat kematangan militer dan strategis yang sangat tinggi.”
Setelah proses aksesi diluncurkan hari Selasa, terserah kepada parlemen di 30 negara anggota untuk meratifikasi keanggotaan Oslo dan Helsinki dalam aliansi militer Atlantik itu.
Meskipun pada prinsipnya kesepakatan telah dicapai dengan Turki untuk mengatasi keberatannya terkait dengan kebijakan negara-negara Nordik terhadap militan Kurdi, masih ada keraguan apakah Ankara akan segera meratifikasi.
“Kami berharap prosesnya akan selesai dengan cepat,” kata Geoana, dengan mengatakan “banyak negara telah meluncurkan” langkah-langkah menuju ratifikasi, meskipun ia menolak untuk memberikan jadwal yang tepat.
Juga berbicara pada hari Selasa, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan: “Saya mengandalkan sekutu untuk memberikan proses ratifikasi yang cepat dan lancar.”
Geoana memuji dukungan anggota NATO dan sekutunya untuk Ukraina karena mempertahankan diri terhadap invasi Rusia yang diluncurkan pada 24 Februari.
Namun dia mengakui "keprihatinan aktif" tentang berapa lama aliran senjata dan amunisi dapat dipertahankan.
Meskipun pertukaran informasi tentang kebutuhan Ukraina "berjalan sangat baik ... tentu saja ada masalah cadangan di negara-negara sekutu," kata Geoana.
Stok militer terbatas di negara-negara Eropa, banyak di antaranya tidak memiliki kapasitas industri untuk dengan cepat meningkatkan produksi senjata dalam jangka panjang.
Tetapi “ada upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kreativitas dari pabrikan, sejauh ini telah berjalan dengan sangat baik,” kata Geoana. Dia mengingat juga bahwa para pemimpin Barat telah berulang kali menyatakan tekad untuk mendukung Ukraina selama ini.
“Semua orang sadar bahwa kami memiliki kesabaran strategis” pada KTT NATO bulan Juni di Madrid, tambahnya.
Tetapi ketika dampak dari perang menghantam pasar energi, makanan dan keuangan, para pengamat telah memperingatkan bahwa para pemimpin nasional mungkin menghadapi opini publik yang meningkat dan kendala pendanaan. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...