Negara-negara G-7 Hentikan Penggunaan Batubara Bertahap Hingga Tahun 2035
MILAN, SATUHARAPAN.COM-Para menteri energi dan lingkungan hidup dari Kelompok Tujuh (G-7) negara-negara industri terkemuka pada hari Selasa (30/4) berkomitmen untuk menghentikan penggunaan tenaga batubara pada tahun 2035, menandai pertama kalinya G-7 secara eksplisit merujuk pada penghentian penggunaan tenaga batubara, namun memberikan fleksibilitas bagi negara-negara yang sangat bergantung pada batubara.
Komunike terakhir dari pertemuan di kota Turin, Italia, mencakup pernyataan yang dapat memperpanjang batas waktu tahun 2035 ke “jangka waktu yang konsisten dengan membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius” di atas tingkat pra-industrialisasi.
Menteri lingkungan hidup dan keamanan energi Italia, Gilberto Picchetto Fratin, menekankan pentingnya menargetkan batubara, “sumber emisi terbanyak.”
Komunike tersebut memberikan batas waktu pada komitmen negara-negara yang dibuat pada konferensi COP 28 tahun lalu di Dubai, yang menyerukan percepatan penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara yang tidak dapat dikurangi, yang emisinya belum tercapai.
“Ini adalah pertama kalinya jalur dan tujuan telah ditentukan,” kata Picchetto Fratin pada konferensi pers.
Para penggiat lingkungan hidup mengatakan komitmen tersebut tidak mencapai tujuan dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan di negara-negara G-7 pada tahun 2035, yang direkomendasikan oleh Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim dan Badan Energi Internasional, yang mengharuskan penghentian penggunaan batu bara secara bertahap pada tahun 2030 dan pembangkit listrik tenaga gas pada tahun 2035.
Kampanye Beyond Fossils Fuel menyebut komitmen penghapusan pembangkit listrik tenaga batubara tidak jelas, “kemungkinan dalam upaya untuk membujuk komitmen keluarnya batubara dari Jepang.”
Jepang adalah satu-satunya negara G-7 yang tidak mempunyai tanggal penghentian penggunaan batubara. Inggris, Prancis, Italia, dan Kanada berkomitmen untuk menghentikan penggunaan batu bara secara bertahap selambat-lambatnya pada tahun 2030, sementara Amerika Serikat dan Jerman “mengambil langkah-langkah besar untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Pieter de Pous, pemimpin program di program Coal to Clean E3G.
“Para menteri G-7 perlu memimpin dengan memberi contoh dan menyelaraskan komitmen mereka dengan kenyataan dan urgensi krisis iklim,” kata Claire Smith dari Beyond Fossil Fuels. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...