Nelson Mandela Meninggal Dunia
PRETORIA, SATUHARAPAN.COM - Nelson Mandela, bapak bangsa Afrika Selatan, meninggal dunia pada pada hari Kamis (5/12) pukul 20:50 waktu setempat, pada usia 95 tahun.
Presiden Afsel, Jacob Zuma, menyampaikan pengumuman dari Union Buildings di Pretoria pada Kamis malam. Dia mengatakan Mandela meninggal di rumah Houghton-nya ,dikelilingi oleh istrinya , Graça Machel, dan anggota keluarganya.
Zuma mengatakan Mandela akan dimakamkan dengan upacara kenegaraan dan bendera Afsel akan dikibarkan setengah tiang dari 6 Desember sampai setelah pemakaman.
Zuma juga menyerukan seluruh rakyat Afrika Selatan untuk "mengenang nilai-nilai yang diperjuangkan Madiba (panggilan bagi Mandela yang bernama lengkap Nelson Rolihlahla Mandela.
Penyakit Lama
Mandela dirawat di rumah sakit pada 8 Juni karena infeksi paru-paru. Laporan Presidensi menyatakan kondisi Mandela stabil, tetapi pada 23 Juni disebutkan bahwa kondisi Mandela telah memburuk dan kritis.
Kondisi Mandela terus memburuk, hingga dia dinyatakan berada dalam "keadaan vegetatif permanen" , meskipun presiden mempertahankan pernyataan bahwa dia dalam keadaan "kritis namun stabil.”
Pada ulang tahunnya yang ke-95, 18 Juli, Mandela diberitakan kondisinya membaik . Mandela keluar dari rumah sakit pada bulan September dan diangkut ke rumahnya di Houghton. Pada bulan November, keluarganya mengatakan dia masih sakit, namun pneumonia-nya telah dibersihkan.
Pada hari Selasa (3/12) putrinya, Makaziwe Mandela, mengatakan, mantan presiden itu "cukup kuat" dan "berani", meskipun dia "di tempat tidur kematiannya.” Cucu Mandela, Ndaba Mandela, mengatakan, kakeknya "tidak melakukan dengan baik", meskipun "dia masih bersama kita.”
Penampilan publik terakhir Mandela adalah pada akhir 2010 ketika diselenggarakan Piala Dunia sepak bola di negara itu.
Pejuang Afsel
Mandela menjadi simbol dari perjuangan melawan politik perbedaan ras, apartheid di Afrika Selatan. Dia dinyatakan bersalah di Pengadilan Rivonia dari tuduhan sabotase dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di penjara Robben Island.
Pada akhir persidangan, Mandela memberikan pidato yang sekarang menjadi ikon di mana dia berkata, "Saya telah berjuang melawan dominasi putih, dan saya telah berjuang melawan dominasi kulit hitam. Saya menghargai cita-cita masyarakat yang demokratis dan bebas di mana semua orang hidup bersama secara harmonis dan dengan kesempatan yang sama. ini adalah yang ideal, yang saya harapkan dalam hidup dan untuk dicapai. Tapi jika diperlukan, itu adalah yang ideal dan saya siap mati untuknya.”
Mandela , seorang tokoh penting dalam Kongres Nasional Afrika (ANC), yang membantu membentuk liga pemuda , sayap bersenjata partai itu, Umkhonto Kami Sizwe yang berjuang melawan apartheid. Mandela, dipenjara selama 27 tahun sebelum akhirnya dia dibebaskan pada tahun 1990 pada usia 71.
Tokoh Rekonsiliasi
Selama bertahun-tahun dia bernegosiasi dengan pemerintah lama, memperjuangkan transisi demokratis di negara itu, dan membangun melalui rekonsiliasi nasional untuk mencegah pertumpahan darah yang mengancam ketika itu.
Perannya yang dominan dalam transisi, Mandela dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1993 , bersama dengan mantan presiden FW De Klerk, mitranya dalam negosiasi transisi. Keduanya berusaha menghentikan sevara damai rezim apartheid dan untuk meletakkan fondasi demokrasi bari Afrika Selatan baru.
Setahun kemudian, Mandela dipilih sebagai presiden dengan kemenangan mutlak dalam pemilu demokratis pertama negara yang penduduknya disebutnya sebagai “rainbow nation” (bangsa pelangi)
Mandela mengundurkan diri dari kursi kepresidenan pada tahun 1999 setelah satu periode. Namun dia terus dengan jadwal yang sibuk untuk kegiatan publik.
Figur Inspiratif
Dia ditengahi negosiasi untuk perdamaian di Rwanda, dia mendirikan Mandela Rhodes, sebuah Yayasan yang memebrikan beasiswa pendidikan, dan medirikan Yayasan 46664 untuk menggalan dana membantu penderita HIV/AIDS. Nama yayasan itu diambil dari nomor di di dalam penjara Ruben Island.
Mandela sangat dihormati di seluruh dunia. Pria yang biasa mengenakan pakaian batik itu bukan saja pejuang yang mengangkat Afrika Selatan menjadi negara yang makin maju dan demokratis, tetapi juga kepemimpinan yang kuat dalam menlaksanakan rekonsili nasional.
Pengalaman Afrika Selatan dalam hal ini telah menjadi pembelajaran yang diambil di seluruh dunia. Dan Mandela sangat perhatian pada rakyat pada level terbawah. Dia pernah mengatakan, “sebuah pemerintah seharusnya tidak dinilai bagaimana memperlakukan kelompok elite, tetapi pada caranya melayani warga yang paling lemah.”
Bukan hanya Afrika Selatan yang kehilanga tokoh ini, tetapi dunia telah kehilangan tokoh perdamaian dan rekonsiliasi, figur sederhana yang banyak memberi inspirasi. Terima kasih dan selamat jalan, Madiba. (mg.co.za)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...