Netanyahu: Konflik Israel-Palestina Soal Negara Yahudi
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan konflik Israel-Palestina sebenarnya bukan tentang pemukiman atau pembentukan negara Palestina, tetapi “konflik itu selalu tentang keberadaan negara Yahudi”. Pernyataan itu disampaikan pada Sidang Majelis Umum PBB yang digelar hari Kamis (22/9) kemarin.
"Negara Israel siap, saya siap untuk bernegosiasi sampai status akhir. Tetapi satu hal yang saya tidak akan pernah bernegosiasi adalah hak untuk menjadi satu-satunya negara Yahudi," katanya, seraya menyebut nama Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk berbicara kepada orang-orang Israel di Knesset di Yerusalem dan "dengan senang hati" bila penawaran tersebut juga dibicarakan kepada parlemen Palestina di Ramallah.
Dalam podium Sidang Majelis PBB, setelah Mahmoud Abbas mengatakan 'tangan kami tetap terulur untuk membuat perdamaian', tetapi mempertanyakan apakah para pemimpin Israel menginginkan perdamaian sejati yang bebas dari ekspansionisme. Namun, Netanyahu menekankan "masalah pemukiman adalah salah satu yang nyata" dan harus dapat diselesaikan dalam negosiasi pada tahap akhir nantinya”.
Netanyahu mengungkapkan, hampir 70 tahun setelah kelahiran kembali Israel, Palestina masih menolak mengakui hak "kami untuk bertanah air, hak kami untuk bernegara, hak kami untuk melakukan apapun. Dan ini adalah inti sebenarnya dari konflik tersebut yaitu penolakan keras Palestina untuk mengakui negara Yahudi dalam keadaan apapun. Seperti yang kalian lihat, konflik ini bukan tentang pemukiman," katanya.
"Ketika orang-orang Palestina akhirnya berkata 'ya' untuk negara Yahudi, kita akan dapat mengakhiri konflik ini untuk selamanya. Karena Palestina tidak hanya terjebak di masa lalu, namun karena pemimpin mereka telah meracuni masa depan," katanya.
"Konflik ini terus meningkat karena untuk warga Palestina, pemukiman yang sebenarnya adalah seperti Haifa, Jaffa dan Tel Aviv," katanya. "Jadi saya menyatakan kepada Presiden Abbas, kalian hanya memiliki satu pilihan, dengan tidak terus menyalakan kebencian, seperti yang kalian lakukan hari ini atau kalian bisa mengatasi kebencian dan bekerja sama dengan saya untuk membangun perdamaian di antara kedua bangsa."
Netanyahu menyimpan beberapa pernyataan pedas untuk badan-badan PBB, yang menuduhnya bias, konstan, memperlihatkan gambar perang virtual mereka untuk melancarkan melawan Israel. "Saya memiliki satu pesan untuk kalian hari ini, urungkanlah niat kalian," katanya.
"PBB sebagai kekuatan moral, menjadi lelucon moral," kata Netanyahu, sambil menceritakan "aib" Sidang Majelis Umum tahun lalu yang memutuskan 20 resolusi terhadap Israel, dan hanya tiga yang terlaksana.
"Dan bagaimana dengan lelucon Dewan HAM PBB yang menyebut setiap tahun mengutuk Israel dan lebih dari semua negara di dunia ikut mengutuk serta melihat perempuan yang secara sistematis diperkosa, dibunuh, dijual sebagai budak di seluruh dunia," katanya.
"Ya, kalian dapat menebaknya, Israel, Israel, Israel di mana perempuan menerbangi pesawat jet tempur, memimpin perusahaan besar, menjadi kepala universitas, memimpin dua kali di Mahkamah Agung, dan telah menjabat sebagai Ketua Menteri Knesset dan Prime," lanjutnya.
"Dan sirkus ini terus berlanjut di UNESCO yang merupakan Badan PBB untuk urusan pelestarian warisan dunia. Sekarang ini sulit untuk percaya, tetapi UNESCO membantah koneksi 4.000 tahun, antara orang-orang Yahudi dan situs yang paling suci seperti Temple Mount. Hal tersebut dinilai bias seperti menyangkal hubungan antara Tembok Besar Cina dan Tiongkok,” kata Netanyahu.
Sebagai penutup pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB, Netanyahu merasa sangat optimis tentang "masa depan cerah" Israel di PBB, karena semua yang negatif ini segera berakhir, dan semakin banyak negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin melihat Israel sebagai mitra ampuh dalam memerangi terorisme hari ini dan mengembangkan teknologi di bidang pertanian, kesehatan, air, cyber dan fusi data besar, konektivitas dan kecerdasan buatan.
Pada hari yang sama, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menyerukan kepada para pemimpin dunia dalam Sidang Majelis Umum PBB untuk menyepakati tahun 2017 "mengakhiri kependudukan Israel dari tanah Palestina" dan mengerahkan segala upaya mengakhiri dekade ketidakadilan yang dipaksakan kepada warga Palestina. (un.org)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...